Hari ini tepat hari minggu, dimana semua tim dan crew yang bertugas sibuk untuk menyiapkan sebuah pemotretan eksklusif untuk sepasang kekasih yang akan menikah. Ini sebuah foto bertema prewedding. Bagianku adalah merias latarnya putih lengkap dengan beberapa pohon dengan daun putih seperti salju, yang lain sibuk dengan tugasnya masing-masing.
"Ren, kalau udah selesai, tolong kamu bantu yang lain ya." Pak Boss berteriak padaku, aku hanya menganggukkan kepala menimpali ucapannya barusan. Aku ini selain dikenal sombong juga aku dikenal dengan sosok pria pendiam dan pemalu.
Aku sudah bekerja sebagai tim kreatif atau sebagai tim perancang di studio ini hampir dua tahun, dan sudah banyak orang yang aku jumpai kurang lebih. Sebelumnya aku bekerja di sebuah kafe dan itu tidak lama karena aku sering diomeli karena jarang tersenyum pada customer atau pelanggan yang hadir, sumpah kalau modal ramah itu bukan keahlianku karena aku tipe pria dingin dan sedikit bicara. Banyak yang beranggapan kalau aku itu seorang pria yang notabene menyukai hidup sendiri dan kurang pergaulan. Meski banyak yang bilang wajah aku ini manis dan polos; tapi nyatanya banyak juga yang bilang kalau aku ini galak karena sifat diamku.
Kemudian setelah selesai dengan merias pohon untuk stage, aku mulai berjalan untuk membantu yang lain. Pekerja atau crew disini kebanyakan pria, karena pekerjaan disini cukup berat dan butuh tenaga ekstra. Sejauh ini aku hanya melihat pekerja wanita hanya sebagai freelance atau sewaktu-waktu dipanggil jika dibutuhkan.
"Ren, mau kemana?" Pria dengan rambut pirang gaya ala boyband korea memanggilku, dia sedang sibuk memotret sebuah hiasan gambar bertema 1001 malam. Nama pria itu Ken, biasanya aku melihat Ken dibagian studio ambil gambar, bukan di ruang panas begini.
Langkah kakiku mulai mendekati Ken, dia tersenyum padaku sambil terlihat sebuah kamera lensa dengan tali melingkar di pergelangan lehernya. "Aku mau bantu yang lain." jawabku dengan ekspresi yang biasa aku tampakkan, datar, itu saja. Tanpa membalas senyuman dan hanya berlagak sok dibutuhkan, itulah aku.
Ken lalu tersenyum dan sepertinya dia tau kalau aku tipe pria yang jutek. "Aku tau," begitu katanya sambil menghela napas. "Oh iya, besok aku free. Kamu mau ikut nonton bioskop?" tiba-tiba Ken mengajakku nonton bioskop, oh ya ampun, tapi boleh juga deh. Sejauh ini meskipun aku tau kalau Ken itu pria bisex, tapi dia tidak membahayakan. Aku kenal Ken dari awal aku kerja di sini. Tapi apa yang kalian pikirkan tentang Ken? Salah kalau kalian bilang Ken itu banci dan kemayu. Dia itu memiliki badan tegap dan proporsional, kulit putih dan memang gayanya ala boyband korea, tapi Ken itu maskulin dan macho. Sungguh.
Aku diam sejenak sebelum membalas ucapan Ken, "jemput aku, aku selesai besok jam tiga sore." kataku yang langsung to the point.
"Di studio?" tanyanya lagi.
"Iya," jawabku yang segera melenggang pergi.
Aku pikir Ken itu ganteng dan pria yang bisa diandalkan, dia juga ulet dalam bekerja. Tapi kebanyakan semua wanita dimainkan olehnya. Bodohnya Ken karena dia itu juga suka dengan sesama jenis, apa dia juga suka padaku? Bisa jadi. Aku percaya diri karena wajah dan fisikku juga lumayan kok. Benar dan itu fakta.
•••••
TBCReno
••••
Ken
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love - Boyxboy
RomanceOrang biasa memanggilku Ren karena namaku Reno, aku bekerja sebagai tim perancang stage di sebuah studio foto. Ini cerita pendek ketika aku mulai bertemu dengan beberapa pria yang mungkin tengah aku kenali sebagai sosok gay/bisex.