Langkah kakinya menuju ruang office sebelum dirinya mengambil dokumen dengan beberapa paper clip, setelahnya Reno membawa dokumen tersebut ke ruang kerja suaminya, Ken. reno harus menandatangani surat keputusan diatas materai sebagai wali dari manajer Ken, tugasnya tidak berat memang, hanya sebagian kecil saja.
Ketika suara pintu mulai berbunyi, lantas dua pasang mata melihat ke arahnya, Reno terdiam tak bekutik ketika melihat Ken sedang berdua dengan seorang wanita dengan rambut ombre panjang sampai pundak. Wanita itu cantik, mungkin mereka sedang mengobrol.
Langkah kaki Reno mulai memasuki ruangan kerja suaminya itu dengan perlahan, wanita itu tersenyum padanya, "Siapa dia?" tanya wanita itu pada Ken.
Reno hanya segera duduk di kursi kerjanya sendiri dan mulai bekerja dengan dokumen yang baru ia bawa dari office tadi. "Dia kekasihku." Ken menjawab dengan lantang, membuat senyuman indah terukir di bibir manis Reno sekarang. Ia senang ketika Ken mengakui dirinya pada wanita itu.
Wanita itu malah memandang ke arah Reno dengan tatapan aneh, seperti mengusik dan tidak suka. "Ohh, jadi dia pasangan kamu, Ken. Selamat ya, semoga kekasihmu itu tidak merepotkanmu." wanita itu memasang senyuman mencibir ke arah Reno, kemudian dia berjalan sambil sok cantik di hadapan Reno yang melirik sedikit.
"Tiffany, jangan menganggunya. Jika iya, Kau akan berurusan denganku." Ken terkekeh, sebenarnya dia sedang memperingati wanita jalang itu agar tidak mengganggu kekasihnya, Reno.
Wanita yang di panggil Tiffany itu lantas keluar ruangan dan meninggalkan suasana hening antara Ken dan Reno saat ini.
"Sudah selesai?" Ken menghela nafasnya sejenak, ia duduk di kursi kerjanya dan membuka laptop kembali. Dia bertanya pada Reno, tapi belum dijawab oleh kekasihnya tersebut.
"Sayang..." Lanjut Ken yang memanggil kekasihnya itu.
Reno masih diam, tangannya sibuk dengan pulpen dan beberapa materai yang masih menempel di tempatnya. Karena tidak sabaran, Ken mulai bangkit kembali dan mendekat ke kursi kerja Reno untuk memastikan kalau kekasihnya itu mendengarnya atau tidak. "Sayang..." suara Ken mulai menyergap masuk kembali ke telinga Reno.
"Kamu manggil aku?" Reno mulai mendongakkan kepalanya dan melihat Ken yang ada di hadapannya kali ini sambil menopang badan dengan kedua tangannya di atas meja.
Ken malah merasa bahwa dirinya sedang dikerjai oleh Reno, "Iya kamu, siapa lagi? Di sini cuman ada kamu sama aku, Sayang." timpal Ken yang mulai menutup lembar kerja Reno, lantaran Ken mulai emosi karena Reno tidak menghiraukannya daritadi.
Reno juga segera diam ketika melihat lembaran kerjanya ditutup oleh suaminya itu, "Aku kira kamu manggil perempuan tadi." Oh jadi Reno itu cemburu ternyata.
Lantas Ken segera tersenyum masam, dahinya mengernyit karena merasa kalau ini tidak jelas. "Kamu marah? Atau cemburu?" Ken langsung pada intinya saja.
"Kalau cemburu, kenapa?" Reno berdiri, menatap tajam ke arah dua manik mata suaminya kali ini.
Ken memandang langit ruangan kali ini, "Ck," dia berdecak dulu sebelum kembali bicara. "Dia sepupuku, dari Autralia. Sebelumnya Tiffany tidak hadir di pesta pernikahan kita karena dia sibuk. Sekarang dia kemari mau melihatmu."
Mendengar itu Reno langsung malu, "Oh," suaranya langsung tertekan. Ken yang malah sekarang bangga dalam hatinya karena bisa membuat Reno cemburu.
"Dia memang sedikit nakal, tapi dia sebenarnya baik." lantas Ken segera mengusap pangkal kepala Reno, rambut kekasihnya itu pun berantakan. "Aku senang kamu cemburu." lanjut Ken.
"Kenapa senang? Kamu suka liat aku emosi ya?" Reno membenahi rambutnya kembali, kemudian dia duduk karena rasa malunya masih ada dan tidak berani memandang ke arah Ken saat ini.
"Berarti kamu sayang sama aku, karena tadi kamu cemburu."
"Siapa yang tidak cemburu kalau liat suaminya malah dekat sama orang lain! Aneh deh kamu..." Suara cempreng Reno mulai terdengar.
Ken mulai tersenyum nakal sekarang, "Berarti nanti malam bisa ya kita main? Aku tidak sabar. Satu ronde saja tidak apa ya Sayang, aku keluarin cepat kok biar kamu tidak kesakitan." Ken bertanya dengan antusias, liat rona bahagia di wajahnya. Ini pembicaraan intim.
"Eh," Reno kalangkabut mendengarnya, "Kamu bicara apa sih." malah rona merah menempel di pipi Reno sekarang.
"Sekali ya? Nanti malam." pinta Ken yang agak horny sepertinya.
Reno diam sejenak, dirinya tidak bisa menolak karena ini permintaan sang suami. "Pelan-pelan ya?" timpal Reno yang langsung membuat Ken jadi semriwing.
"Asik! Iya aku janji pelan-pelan Sayang. Oh iya, tidak usah pakai pengaman ya, biar lebih terasa. Ya Sayang?" Ken malah semakin menjadi-jadi, membuat Reno seperti ingin meleleh.
"Terserah kamu aja deh!" balas Reno lagi sambil sok sibuk dengan pekerjaannya yang tadi. Pengaman? Aduh, Reno bahkan tidak siap untuk nanti menyambut malam tiba. Tonight with My Husband.
•••••••
Never Ending
Reno
••••••
Ken
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love - Boyxboy
RomanceOrang biasa memanggilku Ren karena namaku Reno, aku bekerja sebagai tim perancang stage di sebuah studio foto. Ini cerita pendek ketika aku mulai bertemu dengan beberapa pria yang mungkin tengah aku kenali sebagai sosok gay/bisex.