Chapter XI

5.2K 517 50
                                    

Skylar Otsu's

Presents...

--

Hampir semua kepala yang hadir mengikuti kelas dengan serius dan seksama, mendengarkan apa yang dosen lontarkan di depan sederet kursi yang tertata seperti anak tangga. Sesekali mengajak mereka tertawa, kemudian kembali serius, dan berakhir dengan tagihan tugas yang minggu kemarin dosen itu berikan.

Bergantian menyerahkan lembaran tugas yang tidak bisa dibilang sedikit. Tersenyum kala melihat semua anak didiknya datang menyerahkan tugas yang di minta, dosen pria berusia 55 tahun itu menganggukkan kepala ringan saat giliran pemilik rambut semerah api berdiri di depan mejanya.

"Apa kau masih melatih permainan gitarmu, Wu?" sang pengajar membuka obrolan ringan. Tepat setelah Chan Lie meletakkan tugasnya di tumpukan paling atas.

"Ya sir, saya masih berlatih" menjawab sesopan mungkin meski dengan nada suara yang dominan tanpa bantahan.

"Apa bandmu masih utuh?"

Kepala bermahkota semerah api miliknya mengangguk kecil. "Masih, tapi kami jarang berkumpul jika tidak ada tawaran untuk mengisi acara"

"Kenapa begitu?" dosennya mengernyitkan dahi samar.

"Saya semakin sibuk dengan tugas kampus, dan dalam waktu dekat saya akan menjalani ujian di kelas musik"

"Aah... " pria itu menganggukkan kepala paham. "Siapa Dosen yang mengajar? Mr. Liao Guo?"

"Benar" Chan Lie mengangguk kecil. "Kami diwajibkan untuk membuat lagu sendiri untuk ujian nanti"

"Apa aku pernah bilang kalau kau sangat mirip dengan anakku?" Mr. Hou tersenyum pias.

"Tidak sir"

Dosennya tersenyum lagi, lebih samar. Pria itu mengangguk, dan memperbolehkan salah satu mahasiswanya kembali ke mejanya.

Kelas masih berlangsung beberapa menit kemudian, bercerita ringan untuk menggapai para mahasiswanya. Hingga kelas itu berakhir, membubarkan kelas yang disambut baik oleh penghuninya.

Chan Lie mengemasi barang-barangnya ke dalam backpack, sementara beberapa temannya sudah menunggu di depan kelas untuk bersama menuju kantin. Memanggul backpack nya di punggung, lelaki muda yang memiliki tinggi berlebihan itupun beranjak dari mejanya. Menyusul teman-temannya yang berada di luar kelas, saat ketika terasa getaran di saku depan celananya.

Chan Lie menghentikan langkahnya saat itu juga, merogoh saku depan dan mengeluarkan ponsel pintarnya yang saat ini berdering lembut, serta memunculkan nama Shixun.

"Hallo?" ia bergerak menyingkir dari depan pintu, mengangkat tangan kanannya pada teman-temannya yang sudah menunggu. Untuk memberi gesture agar mereka menunggu sedikit lagi.

"Ada apa Shixun? Kenapa diam saja?" mengernyitkan dahinya samar, kebingungan karena adiknya itu tak kunjung bicara. Hanya terdengar hembusan nafas yang membuatnya tak nyaman mendengarnya.



--

Forever Home (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang