Seorang gadis kecil berumur 7 tahun itu sedang berlatih mengolah nafas, ditemani Ustadzah Asna yang merupakan sang guru TPQ (Taman Pendidikan Quran) Islamiyah. Nami, nama gadis kecil itu, dengan penuh semangat belajar melantunkan ayat suci AlQuran dengan berbagai nada.
Tak lama kemudian, seorang anak lelaki kecil yang seumuran dengan Nami datang. Nami menghentikan sejenak aktifitasnya, lelaki kecil itu lalu menyalami Ustadzah Asna dan duduk di sana. "Eh Kahfi, tunggu sebentar ya Nak, Ustadz Adam sedang salat." Kata ustadah Asna menyebutkan nama suaminya yang juga merupakan guru di TPQ Islamiyah. Kahfi--anak nak lelaki kecil itu-hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, tak lupa mengukirkan senyum tipis andalannya.
Kahfi mencari Ustadz Adam bukan tanpa tujuan, ia ke sana untuk berlatih adzan. Ya, Nami dan kahfi sebagai perwakilan dari sekolahnya, MI (Madrasah Ibtidaiyah) Islamiyah untuk diikutkan dalam lomba di desa. Mereka tentu menyambutnya dengan suka cita.
Dan kerja keras mereka membuahkan hasil. Nami keluar sebagai juara pertama pada lomba Tartil Quran, sedangkan Kahfi pun menjadi juara pada perlombaan Adzan. Lomba-lomba lainnya pun menyusul, kedua anak kecil itu semakin rajin diikutkan lomba, mulai dari tingkat kecamatan sampai kabupaten. Meskipun Nami hanya diikutkan dalam lomba Tartil Quran saja, sementara Kahfi, ia lebih bisa menguasai segala hal. Dari lomba adzan, menggambar, hingga cerdas cermat. Tentunya kedua anak itu merupakan siswa kebanggaan MI Islamiyah.
Seringnya Nami diikutkan lomba, yang di sana berbarengan dengan kahfi, membuat gadis kecil itu sadar, bahwa Kahfi adalah anak yang sangat pendiam sekali. Kahfi hanya berbicara seperlunya saja, berbeda dengan ia yang cenderung lebih aktif. Hingga saat kelas enam MI, yang merupakan lomba terakhir sebelum lulus. Dalam perlombaan Tartil tingkat provinsi ia berangkat bersamaan dengan Kahfi dalam satu mobil, di mana Kahfi akan mengikuti lomba menggambar kaligrafi. Selama itu Kahfi hanya diam saja, tak ada interaksi sama sekali di antara keduanya. Saat lulus dari MI, dan mereka berpisah sekolah, mereka seolah tak mengenal satu sama lain. Kahfi cuek saja jika bertemu dengan Nami di jalan. Dan semakin lama malah tidak ada interaksi antar keduanya. Nami jadi kesal sendiri dengan sikap Kahfi yang sama sekali tidak ada inisiatif menyapanya duluan jika mereka berpapasan. Entahlah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Strata (REPOST)
Spirituale(DI PRIVAT ACAK) Daniyah Namira Handoko, atau yang biasa dipanggil Nami. Mahasiswi tingkat akhir Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) salah satu universitas negeri di Surabaya. Anak dari Muhammad Rian Handoko-seorang guru besar, sekaligus cucu dari Kyai y...