"Aku akan bertanya lagi untuk yang keseratus kalinya padamu, Teme. Kau yakin tak ingin tinggal ditempatku? Maksudku, kau tidak perlu membayar apapun, ttebayo!"
"Dobe, jawabanku sudah final. Tidak dan terimakasih."
"Ummm, Naruto? Kau sudah menanyakan hal itu sebanyak seratus tujuh puluh tiga kali. Dan jumlah itu belum digabung dengan ratusan pertanyaan yang terus menerus kausampaikan pada Sasuke-kun sejak beberapa hari lalu. Aku mulai muak mendengarnya, shannarroo!!"
Perdebatan itu terus berlanjut dihadapan seorang pria berambut abu abu yang kini memutuskan untuk mengalihkan pandangan matanya dari buku berwarna jingga. Perhatiannya kini terpusat pada tiga sumber suara yang sedari tadi tampaknya tak kunjung berhenti beradu pendapat.
Mereka tak berubah, itu merupakan hal yang bagus. Ikatan diantara ketiga muridnya kian kuat dengan proses yang menurutnya cukup unik.
Tapi, jika hal ini terus dibiarkan, kepalanya akan meledak kapan saja.
"Lalu, dimana kau akan tinggal, Teme? Dasar kau bajingan. Jangan pernah terlintas di pikiranmu bahwa kau akan tinggal bersama Sakura-chan !! Aku akan jadi orang pertama yang menentang hal itu, ttebayo!", mulai Naruto lagi sambil memasang raut kesal.
"Aku rasa akan lebih baik jika aku tinggal dibawah reruntuhan daripada harus mendengar kau mengigau dengan suara aneh setiap malam.", sahut sang Uchiha yang berimbas pada merahnya wajah Naruto.
"Sa-Sasuke-kun, aku tak keberatan jika kau tinggal dirumahku, masih ada beberapa kamar kosong.", tutur Sakura dengan wajah yang memerah.
"Apakah kau harus mengatakan hal pribadi seperti itu dihadapan semua orang, Teme!! Kau menyebalkan, ttebayo!"
"Diamlah kalian semua.", sela sebuah suara yang berasal dari pria yang sedari tadi mendengar perdebatan mereka.
"Oi, Kakashi-sensei! Lakukan sesuatu! Mereka sangat keras kepala, ttebayo!", jawab Naruto sambil mencari pembelaan.
"Bukankah kau juga keras kepala? Baka Naruto!!", timpal Sakura tak terima.
Kakashi kembali menghela nafas melihat pemandangan didepan matanya. Team 7 dengan sifat mereka yang tampaknya tak berubah dari waktu ke waktu.
"Aku tahu, dan aku sudah memikirkannya.", potong Kakashi lagi yang diikuti dengan tatapan penasaran dari ketiga orang yang sudah dianggapnya sebagai keluarga itu.
"Kau tak berpikiran untuk membiarkan mereka berdua tinggal bersama bukan ?!", ancam Naruto sambil menunjuk kearah Sakura dan Sasuke yang kini tengah memasang raut tak tertarik.
"Tidak.", jawab Kakashi singkat sambil sedikit membetulkan maskernya.
"Apa? Sensei, kau tak berniat untuk membuat Sasuke-kun mendengarkan igauan Naruto setiap malam kan?! Shannarooo!", imbuh sang gadis bersurai merah muda dengan nada kesal.
"Tidak Sakura, tenanglah."balas Kakashi dengan nada datar.
"Aku sudah membicarakan hal ini dengan Godaime-sama. Dan Sasuke, aku sudah meminta beberapa orang untuk membangun kembali kediaman Uchiha ditempat yang baru. Akan butuh sekitar dua hari untuk menyelesaikannya. Selama menunggu rumah itu selesai dibangun, kau bisa tinggal ditempatku untuk sementara waktu.", jelas Kakashi tenang sambil memandang kearah Sasuke yang kini terlihat begitu terkejut mendengar kata katanya barusan.
"Bagaimanapun juga, kau merupakan orang yang cukup berjasa bagi desa ini, anggaplah ini sebagai suatu balas budi.", terang Kakashi lagi.
"Hn.", gumam sang pemuda berambut hitam itu singkat sambil kembali memalingkan pandangannya.