"Sakura, kau terlihat.....berbeda."
Sang Rokudaime sedikit memiringkan kepalanya yang kini sedang bertumpu diatas kedua tangannya yang diletakkan diatas meja kayu berwarna cokelat. Dengan wajahnya yang masih tersembunyi dibalik masker gelap miliknya yang entah sudah berapa lama ia kenakan, pria itu memberikan senyuman kecil pada seorang gadis dihadapannya.
"Kakashi-sama, apa apaan ?", sang kunoichi bersurai merah muda kini menunjukkan ekspresi tak nyaman bercampur bingung.
"Panggil aku dengan sebutan sensei. Aku tak ingin mendengar seorang kunoichi yang pernah menjadi salah satu murid...ah, satu satunya kunoichi yang pernah menjadi muridku memanggil namaku dengan sebutan Kakashi-sama, aku merasa aneh...dan tua.", ujar sang Hokage dengan nada santai sambil meraih salah satu dari sekian banyak gulungan misi yang ada di sisi kiri mejanya.
Melihat tingkah laku lawan bicaranya, Sakura kini mengeluarkan suara tawa kecil. Kakashi tetaplah Kakashi. Seorang pria penyendiri dengan selera berbusana yang aneh.
.
.
Dan seorang pria tua mesum."Ayolah Kakashi-sensei, kau memang sudah tua bukan? Dan...ya, aku juga merasa sedikit canggung memanggilmu dengan sebutan 'Kakashi-sama'."
Mata Sakura kini terarah pada gulungan misi yang ada dalam genggaman pria dengan suara baritone itu. Ini adalah misi yang pertama kali diberikan oleh Kakashi sejak ia menjabat sebagai Hokage ke-6.
"Hmm...aku rasa ada beberapa hal yang akan lebih baik jika tak kau ubah. Bukan begitu?", ucap pria dengan warna rambut abu abu itu sambil mengalihkan perhatiannya untuk kembali membaca detail misi yang akan ia berikan kepada sang kunoichi yang kini tengah menatapnya dengan ekspresi tak sabar.
"Baiklah...baiklah, kurasa kau sudah cukup mengerti tentang misi apa yang akan kaujalankan bukan? Haruno Sakura?", tanya Kakashi lagi sambil menyerahkan gulungan itu ke tangan gadis dihadapannya.
"Ya, aku vertugas untuk memeriksa segala kelengkapan fasilitas di Sunagakure berkaitan dengan klinik yang ingin aku dirikan disana. Namu hal utama yang harus kuperiksa ialah ketersediaan air, bukankah begitu?", jawab Sakura sambil menyimpan gulungan misi itu pada salah satu tas yang dibawanya.
Kakashi hanya menganggukkan kepala sebelum akhirnya melanjutkan.
"Kau juga harus bertemu dengan Kazekage terlebih dahulu, untuk membahas perjanjian ini dan itu. Semua penjelasannya ada di gulungan yang kau bawa. Misi ini berperingkat B, teta...."
"Misi ini berperingkat B, tapi takkan menutup kemungkinan bahwa misi ini akan berubah menjadi misi berperingkat A karena ada isu mengenai kawanan buronan ninja yang berkeliaran di sekitar perbatasan, aku tahu itu Kakashi-sensei.", potong Sakura sambil tersenyum tipis saat dilihatnya ekspresi Kakashi yang perlahan lahan berubah menjadi raut wajah khawatir.
"Kau yakin kau mau melakukan ini sendirian? Aku bisa meminta Sai untuk pergi bersamamu jika kau mau.", anjur Kakashi sembari menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Dan membuatku bertengkar dengannya sepanjang perjalanan? Tidak, terimakasih. Biarkan si kulit pucat itu mengerjakan tugasnya sebagai anggota ANBU.", tolak Sakura sambil menggelengkan kepala.
"Kau bisa meminta Shikamaru untuk menemanimu jika kau merasa keberatan dengan keberadaan Sai.", bujuk Kakashi lagi.
"Sensei, aku pernah menjalankan misi seperti ini sebelumnya. Jika aku mampu berpergian ke Amigakure dan Kirigakure, itu berarti aku akan mampu menyelesaikan misi yang mengharuskan diriku menempuh empat hari perjalanan ke Sunagakure. Ayolah, kau mulai bersikap seperti Naruto.", keluh Sakura sambil mengernyitkan dahinya.
Mendengar protes yang dilayangkan oleh sang kunoichi, Kakashi kini tak dapat melakukan apapun. Gadis ini mampu menyelesaikan misi ini dengan mudah. Hanya saja, isu mengenai para buronan itu terus mengisi pikirannya.