"Satu porsi miso ramen dan Tonkotsu Ramen. Selamat menikmati."
"Arigatou, Teuchi-san."
"Itadakimasu!"
Ichiraku ramen di malam itu tampak tak terlalu ramai. Hanya terlihat beberapa orang yang duduk di meja luar dan dua orang yang tengah menikmati makanannya didalam bangunan kedai yang sudah berdiri beberapa puluh tahun itu.
Sepasang shinobi yang tampak semakin dekat dari hari ke hari tengah terduduk di kedai itu, menyibukkan tangan mereka masing masing untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka yang menyangkut dengan makanan.
"Ah, Sasuke-kun. Kudengar kau mulai menjalankan misi. Kakashi sensei benar benar tak menunggu lama untuk ini.", Sakura kembali membuka pembicaraa diantara mereka.
"Aa. Rank E dan Rank D.", Sasuke menjawab seadanya, memahami kenyataan bahwa gadis disampingnya ini telah mengetahui semua hal.
"Mm. Kuharap kau bisa kembali menjalankan misi yang lebih tinggi. Secepatnya.", ucap Sakura dengan nada menyemangati sembari melempar sebuah lirikan kearah keturunan terakhir klan Uchiha disampingnya. Senyuman tipis menghiasi wajah kunoichi itu.
"Hn."
Obrolan obrolan kecil sesekali terjadi diantara mereka, Sasuke yang tak terbiasa dengan keramaian tampak memghindari percakapan yamg membutuhkan penjelasan sebagai jawaban. Sang kunoichi berambut merah muda pucat disisinya kerap berusaha membantunya dengan sesekali bercerita tentang banyak hal.
"Sasuke-san, banyak hal yang kau lewatkan selama kau berada di uh..dalam tahanan? Aku senang kau memiliki seseorang yang bisa menceritakan segalanya untukmu.", ujar gadis pemilik toko ramen itu sambil melirik kearah Sakura yang tampak sedang berusaha mencegah pipinya berubah warna menjadi crimson.
"Aa. Aku tahu.", tukas Sasuke singkat.
Teuchi hanya tersenyum canggung melihat reaksi Sasuke.
"Uchiha dan ketidakmampuan mereka untuk menambahkan kosakata lain dalam kamusnya.", gumamnya dalam hati.
Sakura yang telah berhasil mengendalikan dirinya kini mencoba menceritakan sedikit banyak hal yang telah terjadi saat Sasuke berdiam dibalik jeruji besi.
"Aku hampir bertengkar dengan Morino-san hanya karena ia tak mendengarkan perkataanku untuk memberimu makanan yang lebih layak. Aku beruntung pengendalian chakraku telah menjadi jauh lebih baik.", racau Sakura saat ia memberitahu pemuda disampingnya tentang hal hal yang tidak pernah bisa dilihat oleh Sasuke.
"Ya, kau beruntung pengendalian chakramu sudah jauh lebih baik. Satu sentilan jarimu saja sudah mampu membuat lubang besar di dinding.", batin pria berambut raven itu sambil sesekali menikmati Tonkotsu ramennya yang hanya tersisa setengah.
Kenyataan bahwa Sakura tak mampu membaca pikiran merupakan kelegaan tersendiri bagi sang Uchiha. Karena jika tidak...
.
.
.
.
.
Ia akan pulang dari tempat ini dengan beberapa luka parah dan pendarahan internal."Sepertinya aku sudah harus kembali. Tsunade-sama memintaku untuk datang ke pertemuan kepala medis besok pagi. Aku juga memiliki beberapa jadwal operasi."
Sakura menyelipkan beberapa juntai rambutnya kebelakang telinga. Tubuhnya yang terbalut dalam sweater biru muda kini tampak sedikit gemetaran. Langit malam Konohagakure tampak tak henti henti menuangkan serpihan serpihan salju yang kerap membasahi rambut gadis itu.
"Aku akan mengantarmu.", tukas Sasuke singkat sembari memasukkan tangan kanannya kedalam saku mantel yang ia kenakan. Udara dingin seperti ini bukanlah hal yang cukup menyenangkan bagi pewaris klan Uchiha itu. Matanya mendelik ketika dilihatnya butiran salju itu membasahi kepala Sakura.