Chapter 1

6.1K 461 9
                                    



Jangmi POV

Lagi-lagi hasil test pack pagi ini mengecewakan. Ini sudah kesekian kalinya aku menggunakan alat itu tapi hasilnya selalu negatif. Alat sialan itu tak pernah memberiku dua garis yang aku harapkan. Apa aku benar-benar belum hamil? Atau alatnya yang rusak? Tidak – alat ini tidak mungkin rusak karena aku sering menggunakannya.

Di usia pernikahanku yang sudah memasuki tahun kedua, rasanya tidak wajar jika aku belum juga hamil. Lee Jieun bahkan telah melahirkan putri pertamanya, padahal dia dan Kwon Soonyoung menikah enam bulan setelah pernikahanku dan Kim Mingyu. 

Apa yang terjadi? Apa rahimku memang sedikit lemot?

"Bagaimana?"

Mingyu?

Sejak kapan dirinya berdiri di sana? Apa dia sengaja menunggu hasil tesku sebelum berangkat ke kantor? "Mianhae, Mingyu-ya... hasilnya masih negatif..." dan dapat kulihat wajahnya yang berubah kecewa.

"Gwaencanha... mungkin memang belum saatnya kita punya anak..." kata Mingyu. Dia kemudian memelukku dan mencium keningku. "Aku berangkat ke kantor dulu ya, Sayang..."

.

.

.

.

.

.

"Kau tidak berniat memeriksanya ke dokter?"

"Haruskah aku melakukannya?" tanyaku pada ibu mertuaku. Aku sudah memberitahunya soal hasil tes kehamilanku pagi ini yang negatif. Sama seperti Mingyu, dia tampak kecewa.

"Mintalah Mingyu untuk mengantarmu..."

"Ye, eomma..."

Aku kembali mencuci piring, sambil memperhatikan mertuaku yang sedang membaca ponselnya. Entah apa yang dibacanya saat ini, sepertinya dia sedang serius.

Jung Jaekyung atau Nyonya Kim – dia bukanlah seorang mertua yang tidak baik. Sejak aku masih berpacaran dengan Mingyu, dia selalu bersikap baik padaku. Dia merestui hubungan kami bahkan saat kami baru berpacaran selama tiga bulan. Hingga akhirnya kami menikah. Dia menyayangiku, mengajariku berbagai resep masakan, dan yang terpenting – selalu membuatkanku jamu tradisional yang bisa membantu masa kehamilanku. Aku ingat betul betapa pahitnya jamu-jamu yang ia bawakan. Mereka bau dan sangat tidak enak. Mingyu sendiri pernah mencicipi jamu itu dan dia merasa kasihan padaku karena aku harus meminum itu. 

Wajar – ibunya melakukan itu karena dia ingin segera aku hamil. Aku rasa semua ibu di dunia ini juga menginginkan anaknya segera memiliki keturunan sehingga mereka bisa menimang seorang cucu.

Namun, aku mulai merasakan perlakuan eomma berubah. Sejak dia sering mendengar tes kehamilanku yang hasilnya selalu negatif, sejak dia sering sekali mendengar aku yang belum juga hamil – dia mulai berubah cuek padaku.

.

.

.

.

.

"Ini hasil tes pemeriksaan kandungan istri anda Tuan Kim..." dokter pun membuka amplop putih itu.

Aku memindahkan tanganku ke pangkuan Mingyu. Dia tahu kalau saat ini aku sangat gugup. Dia pun mengenggam tanganku. Kami bersama-sama menunggu dokter membacakan hasil tes pemeriksaanku dua hari yang lalu. Kami menunggu dirinya membuka hasil tes itu. Aku harap, amplop itu memberikan jawaban yang tidak mengecewakan.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang