Chapter 8

3.4K 297 5
                                    


[ Delapan bulan kemudian... ]

.

.

.

"Omo? Apa kau pup lagi?"

Aku bisa mencium aroma tidak sedap dari tubuh anak berusia dua tahun yang ada di pangkuanku ini. Lagi-lagi Sena pup. Apa dia salah makan? Tapi dia terlihat sehat-sehat saja?

"Jjamkaman... eomma akan mengambil pempers untukmu," aku pun memasukkan Sena ke dalam box bayi dan melangkah menuju lemari untuk mengambil pempers. "Aigoo... ini akibatnya karena kau terlalu banyak minum susu, Sena-ya."

Aku melepaskan pempers Sena dan menggantinya dengan yang baru. Anak itu tertawa saat aku menggelitiki perutnya yang buncit. Inikah rasanya bermain bersama dengan seorang anak? Aku merasa bahagia.

Sejak pertemuan terakhirku bersama dengan Hanbyul, aku memutuskan untuk memaafkan Mingyu dan kembali bersamanya. Aku begitu mencintai pemuda itu. Rasanya tak sanggup jika aku harus berpisah dengannya. Sudah bertahun-tahun kami bersama dan bertahun-tahun pula Mingyu menunjukkan rasa cintanya padaku. Aku percaya kalau Mingyu adalah seorang pria yang setia, yang tidak akan pernah mengkhianatiku. Saat aku pulang dari apartment Jeonghan – teman Hanbyul, aku mendengarkan semua penjelasan dari Mingyu. Hingga akhirnya, Mingyu berhasil meyakinkanku kalau apa yang terjadi padanya dan Hanbyul, hanyalah sebuah kecelakaan.

Sebulan setelah hari itu, aku dan Mingyu memutuskan untuk mengadopsi seorang anak. Di panti asuhan, aku jatuh cinta pada seorang bayi mungil berusia dua tahun yang akhirnya kami adopsi. Mingyu memberinya nama Kim Sena. Dialah bayi lucu yang ada di box bayi saat ini.

.

.

.

.

AUTHOR POV

Seorang pemuda sedang menunggu dengan gelisah di depan sebuah rumah kecil yang ada di daerah Anyang. Pemuda itu adalah Kim Mingyu, yang sedang menunggu di depan rumahnya sendiri – tepatnya rumahnya saat dia kecil dulu. Berdiri di depan rumahnya, membuat Mingyu bernostalgia pada masa kecilnya. Bagaimana ia bermain bersama dengan teman-temannya, bagaimana ia dimarahi ibunya karena sering pulang terlambat, dan bagaimana dia tumbuh besar bersama dengan ayah dan ibunya. Mingyu tersenyum kecil mengingat itu semua. Tapi tiba-tiba hatinya kembali gelisah karena mengingat hal lain.

"Kau membiarkan gadis itu pergi? Bukankah dia sedang mengandung anakmu?"

"Eomma, dengarkan aku..."

"Mingyu-ya... bukankah kau yang telah menghamili Yoo Hanbyul tapi kenapa kau tidak bertanggungjawab atas kehamilannya?"

"Eomma, aku tidak mungkin melakukannya. Bagaimana dengan Jangmi? Lagipula... aku tidak yakin jika anak yang ada di kandungan Yoo Hanbyul adalah anakku."

Sepulangnya dari Anyang beberapa hari yang lalu, Nyonya Kim menerima kabar tentang Mingyu yang menghamili Yoo Hanbyul. Sungguh – Nyonya Kim tidak terlalu kaget. Ia bahkan sedikit senang karena toh dia pernah memiliki rencana untuk menikahkan Mingyu dan Hanbyul. Tentunya agar dia memiliki seorang cucu. Keinginannya terkabulkan. Hanbyul dan Mingyu melakukan hubungan dan akhirnya wanita itu hamil. Namun, mendengar Yoo Hanbyul yang telah pergi dari Korea membuat Nyonya Kim marah besar.

"Mingyu-ya... apa kau tahu? Eomma-lah yang telah merancang ini semua..."

"Mwo?"

"Eomma yang merancang pertemuanmu dengan Yoo Hanbyul di Busan. Eomma tahu sampai kapanpun kau tidak akan melakukan apa-apa agar eomma memiliki seorang cucu, yang lahir dari darahmu sendiri. Eomma sengaja menyuruh Yoo Hanbyul  menyusulmu ke Busan agar ia bertemu denganmu. Eomma juga yang menyuruh seseorang menaruh obat perangsang di minuman yang kau minum malam itu. Dan ternyata... rencana eomma berhasil."

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang