3S :: (3) Syal dan Takdir

57K 4.3K 127
                                    

3S :: (3) Syal Dan Takdir

=========================

 

Mungkin perkataan guru Sejarahku benar, masalah adalah kesenjangan antara harapan dan realita. Kau berharap, di hari ulang tahunmu semuanya baik-baik saja. Tapi realita dengan kejamnya berkata lain. Kau bertemu seorang Vampire (cowok) yang mungkin akan membongkar identitasmu. Meski tak selebay itu, tapi kira-kira ini yang kurasakan sekarang.

“Udah berapa lama nyembunyiin identitas?” aku mengkerut di sisi paling jauh dari Mason ketika dia bertanya.

Sekarang kami tengah berada di jalan raya, entah kemana. Yang kutahu, mobil ini mengikuti mobil Rex yang ada di depan. Tapi bukan salahku jika tiba-tiba Mason berbalik arah dan membawaku ke tempat yang hanya dia dan Tuhan yang tau. Tenang saja. Aku sudah mempersiapkan alat paling ampuh yaitu tas Titania yang berduri jika tiba-tiba dia menyerangku.

Tiffany?” tegur Mason, aksennya benar-benar membuatku merinding.

“Hah? Ehm. I—itu ... dari lahir.” Jawabku kikuk.

Mason menatapku sekilas, melayangkan senyum misterius. “Lo takut gue ngebongkar identitas lo?” Jeda, “gue gak bakal ngelakuin itu.”

Tanpa Mason sadari, aku menghembuskan nafas lega. Jika dia tutup mulut, bukan masalah bagiku lagi. Dia bukan orang yang harus diwaspadai. Dengan pemikiran itu, aku tersenyum kecil pada Mason. Ketika aku ingin bilang terimakasih, dia menyela, “tapi lo harus ngebantu nyari bokap gue.”

Mataku langsung melotot. Dia bilang  apa?? “A—ay—ah?”

“Iya. Ayah.” Mason memberi aksen yang membuatku lagi-lagi merinding.

“Tapi, Ayah kamu ‘kan Ayah Rex juga ...” kataku berusaha mengelak, padahal tahu benar apa yang Mason maksud.

“Bukan itu. Ayah asli. Ayah yang ngebuat gue ada di sini,” tukas Mason.

Sebelum aku sempat menjawab, mobil berhenti. Aku baru sadar, sekarang sudah berada di area parkir. Senyumku terangkat begitu melihat mobil silver Rex terparkir di sebelah mobilku. Ini berarti, Mason benar-benar mengikuti Rex. Aku pun keluar dari mobil bertepatan dengan Titania.

Nyengir, Titania langsung menyenggol bahuku, “gimana? Seru ‘kan?”

Iya, seru banget sampe-sampe pengen bunuh diri, aku tertawa garing, berusaha kalimat yang ada di pikiranku tak keluar lewat mulut. Bisa berabe jika Titania bertanya macam-macam. “Yah, lumayan seru.”

Tiffany,” Mason memanggil, ini membuat mata dan cengiran Titania melebar.

“Sudah, sana, bareng sama Mason. Aku ada di belakang bareng Rex,” bisik Titania semangat.

Yang bisa kulakukan hanya pasrah. Ini pasti kerjaan Titania dan Rex. Mereka sudah merancang acara biro jodoh ini tanpa tahu, aku dan Mason adalah Vampire. Dasar, Kakak-Kakak gila. Saat aku merutuki mereka yang berjalan sambil bergandengan tangan menjauhi kami, sebuah tangan menepuk bahuku. Aku menoleh, dan mendapati Mason tengah mengerutkan dahi. Dia menghela nafasnya, “jangan bilang Tita sama Rex ninggalin kita.”

“Aku maunya mereka gak ninggalin,” kataku, “pulang aja, ya?” aku merengek sambil menarik-narik ujung baju Mason.

Mason, menepis tanganku, “heh, jangan narik-narik.” Dia pun melihat sekeliling, membuatku ikut melakukannya. “Ternyata mall. Kenapa gak muter-muter dulu aja? Gue suka muter-muter mall.”

“Kayak cewek aja,” cibirku kesal.

“Berisik,” Mason tanpa segan langsung menarik tanganku, tepatnya, menyeret tanganku untuk masuk ke dalam mall. Di dalam sangat dingin, sampai-sampai aku harus merapat di sisi Mason. Mengetahui itu, Mason menengok dan menunduk.

ST [7] - Step-Sister SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang