Chapter 2

50 1 0
                                    

Hai semuanya~
[Mlyyn] come back nihhh. Maaf ya baru update lagi sekian lamaa. Ada yang nungguin gak? 😂😂 Kalau pada lupa chapter 1, coba baca lagi aja biar inget. Sumpah ini nyempet²in buat ini demi kalian yang mau baca hahaha oke deh. Enjoyyy 😊😊

Putra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat ia ketahuan sedang menatap seorang gadis yang berhasil memenuhi pikirannya dalam tiga minggu ini. Tatapannya disambut dengan tatapan bingung oleh sang gadis karena merasa gerak geriknya diikuti sedari tadi. Karena kesal, gadis yang memakai seragam putih abu itu berjalan ke arah Putra dengan menghentak hentakkan kakinya. Pasalnya, ia merasa terganggu dari tingkah Putra yang akhir akhir ini terus menganggunya dimanapun dan kapanpun.

"Ngapain lo liatin gue?" Tanyanya sembari menempatkan kedua tangan di pinggangnya menatap Putra yang menyengir sambil menaikkan tangannya seperti menyerah. "Cie yang merhatiin gue balik" Putra mengedipkan sebelah matanya genit ke Nadya yang langsung memutar bola matanya.

"Pede banget lo" Nadya hendak berbalik tapi tangannya ditahan oleh Putra. "CIEE yang merhatiin Putraaaaa" Ledek teman teman Putra yang berada di belakang Putra sedari tadi setelah menerima kode dari jentikan tangan laki laki itu. Ledekan itu langsung membuat seisi kantin memperhatikan mereka. Nadya langsung melenggang pergi disusuli oleh Yaya.

"NGAKU AJA KALAU LO SUKA GUE GANGGUIN. GUE JUGA SUKA KOK" Teriak Putra dari kejauhan ke arah Nadya yang kesal dengan kelakuan Putra. Sedangkan anak anak lain hanya tertawa geli melihat Putra dan teman temannya.

*****

Nadya menghentak hentakkan kakinya dengan lantai menandakan ia sedang kesal sekali sekarang. Yaya sedari tadi hanya diam saja di belakangnya karena ia tahu Nadya akan memarahinya kalau ia melakukan kesalahan. Mereka duduk di kursi yang berada tepat di depan kelas mereka. Yaya melirik arloginya dan mendapatkan bahwa sepuluh menit lagi bel tanda istirahat akan berakhir.

"Nadya, mau makan gak? Gue ada roti sih. Strawberry kesukaan lo" Ujarnya mengguncang lengan Nadya yang diam daritadi. Nadya melirik roti yang disodorkan oleh Yaya dengan mata yang berbinar binar lalu mengambilnya masih dengan berpura pura kesal. Yaya tersenyum melihat sahabatnya yang sedang menyantap roti strawberrynya yang selalu menaikkan mood Nadya sampai ke level max.

"Jangan jangan Putra emang suka kali ama lo, Nad" Ucapan Yaya berhasil membuat Nadya memberi tatapan yang membuatnya bergidik ngeri. "Oke oke. Kita ga bahas dia" Lanjutnya membuat Nadya melanjutkan sesi makannya.

"Haiii NADYA FALISTAAAA" Teriak suara yang sangat Nadya kenal dari kejauhan. Ia langsung bangkit berdiri dan berjalan menuju kelas. Tapi langkah kakinya terhenti karena Putra dan Faris sudah ada di depan mereka. Kini mereka hanya berempat di lorong sekolahnya.

"Mau apaan lagi lo?" Nadya menatapnya tajam sedangkan Putra hanya tersenyum misterius. Putra melirik Faris yang langsung menarik Yaya meninggalkan mereka berdua. Secepat kilat Putra mengait lengan Nadya tak perduli dengan bel selesainya istirahat dan membawanya setengah berlari ke arah suatu lorong sekolah yang anehnya tidak pernah ia lewati selama ia bersekolah di SMA Anjaya. Sampailah mereka di depan ruangan. Putra membuka pintu dan menarik Nadya untuk masuk ke dalamnya. Nadya menatap ruangan itu dengan terkesima. Ruangan itu ternyata adalah ruangan musik yang kabarnya sedang dibangun dari enam bulan yang lalu. Sayangnya, Nadya memang tidak pernah berhenti untuk sekedar melihat lihat ruangan itu. Ruangan itu ternyata sudah selesai dibangun. Putra tersenyum saat ia rencananya berhasil. Ia menarik lengan Nadya yang bebas ke dalam. Beberapa siswi berjejer rapi sedang latihan paduan suara untuk lomba yang akan diadakan tiga bulan lagi. Kaki Nadya terhenti saat ia melihat pandangan yang ada di depannya. Ia suka sekali menyanyi dari dulu. Katanya, selain roti strawberry itu, menyanyi adalah cara untuk membangkitkan moodnya. Nadya tidak menyadari bahwa Putra sedang menatapnya dalam diam tanpa mengusiknya sedikit pun. Saat para siswi itu berhenti bernyanyi, Nadya tersadar akan dunia nyata dan mengalihkan pandangannya yang mengamati dirinya.

A Match Made In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang