Chapter 3

41 1 0
                                    

Drttt

Nadya menatap ponselnya yang daritadi terus bergetar di nakasnya. Ia membuka pesan yang muncul di layar ponselnya

From : +6281236710XXX

Keluar gih. Gue di dpn pgr rmh lo.

Nadya mengernyitkan dahinya bingung lalu berjalan ke arah jendela kamarnya yang ada di lantai dua ingin melihat siapa ia sebenarnya.

Napas Nadya tercekat saat melihat sosok itu di depan rumahnya. Dengan sebal ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pintu rumah.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Nadya jutek tanpa berniat untuk membuka pagar.

"Hai kutu kutub!" Cengiran Putra yang khas disunggingkan.

"Ngapain sih lo ke sini? Ngikutin gue mulu" Ucap Nadya kesal dengan tingkah Putra yang membuatnya gerah dari kemarin. Meskipun sempat keren sih, Pikir Nadya

"Ih galak banget tu. Gue ke sini cuma mau balikin kartu pelajar lo, tutu" Ujar Putra sambil menyodorkan kantong plastik. Tapi tertahan karena plastik itu terlalu besar untuk memasuki cela pagar.

Nadya menatapnya sebentar lalu membuka kunci pagarnya.

"Lah. Kok sama elu? Kan gue nitip Yaya. Lagian gue gak mesen bubur" Ujar Nadya bingung setelah melihat di dalam kantong plastik ada kartu pelajarnya dan sebungkus bubur.

"Tanya aja Yaya nya. Makanya jangan sok sok lari di lapangan. Gue mau gantiin, sok sok ga mau. Jadi sakit kan sekarang"

"Emang ga mau dan ga butuh juga" Ketus Nadya lalu berjalan masuk ke rumahnya sambil menenteng kantong plastik.

"BYE NADYA" Teriak Putra saat Nadya menutup pintu rumahnya dengan perasaan aneh dalam dirinya. Kemarin memang ia dihukum oleh Bu Ani, karena tidak membawa sepatu olahraga pada saat pelajaran olahraga. Karena itulah, ia dihukum lari memutari lapangan sebanyak lima kali. Yang luasnya seperti lapangan sepak bola dunia. Tadinya Putra ingin menggantikannya diam diam. Tapi tahu sendiri, Nadya tidak akan pernah mau. Begitulah ceritanya hingga akhirnya hari ini Nadya izin untuk masuk sekolah dan menitipkan kartu pelajarnya pada Yaya yang merupakan akses untuk mengabsen karena kakinya sakit. Sekolahnya memang bukan tipe yang mengabsen manual, melainkan mengabsen dengan mesin digital melalui kartu pelajar setiap harinya.

Ia segera mengambil langkah ke kamarnya dan menghubungj Yaya.

To : Yaya

Ya, kok krtu pljr gw ada di putra?

Ia meletakkan ponselnya di atas nakas dan menatap bubur yang ada di dalam kantong plastik bawaan Putra.

Drttt

Tiba tiba ponselnya berbunyi. Tapi apa daya, bukan Yaya yang membalas. Melainkan nomor tadi.

From : +6281236710XXX

Dimkn ya, kutu kutub! Gws

Nadya menatap sebal layar ponselnya.

To : +6281236710XXX

Berisik.

Putra terkekeh saat melihat balasan Nadya itu. Nadya memang tipe jutek tapi sekaligus malu malu. Hal itulah yang membuatnya tertarik padanya.

To : Kutu Kutub

Dimakan bu. Jangan dipelototin. Wkwk

From : Kutu Kutub

Iye. Tq

Putra menatap ponselnya tak percaya. Tq? THANK YOU? Putra meloncat loncat kegirangan saat melihat balasan Nadya yang berterima kasih padanya. Entah mengapa, hatinya menghangat.

A Match Made In HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang