Same Hobby

6.2K 219 29
                                    

"Gue mau Trinity Cup tahun ini beda dari tahun-tahun sebelumnya. Gue mau Trinity Cup tahun ini dikenang baik oleh siswa siswi. Jadi, gue harap kalian bisa melakukan tugas kalian semaksimal mungkin. Sekian untuk rapat sore ini, kalian bisa pulang ke rumah sekarang. Selamat Sore." ucap Gavin mengakhiri rapat OSIS sore itu.

Skylar langsung merapikan kertas-kertas catatannya yang ia pakai untuk mencatat poin-poin penting yang diucapkan Gavin. Setelah menyatukan kertas-kertas itu dalam satu file, ia bangkit berdiri. Ruangan rapat sudah mulai sepi, hanya beberapa orang yang sedang merapikan barang-barangnya.

"Dijemput sama siapa?" tanya Gavin tiba-tiba saat Skylar baru ingin beranjak dari tempatnya.

"Penting ya?" tanya gadis itu balik.

"Penting lah. Kalau lo kenapa-napa, gimana? Udah pasti orang pertama yang orangtua lo tanyain adalah gue. Ntar gue dibilang gak becus lagi jagain lo." jelas Gavin.

"Yaudah terserah. Gue pulang sendiri, bokap nyokap gak bisa jemput." jelas Skylar singkat, padat dan jelas.

"Terus sekarang lo mau ke mana?" tanya Gavin.

Kadang Skylar bingung sendiri dengan lelaki di hadapannya ini. Kenapa dia tiba-tiba menjadi kepo seperti ini?

"Kepo." jawab Skylar dengan cepat lalu berjalan keluar dari ruang rapat OSIS.

Hal terakhir yang Skylar dengar sebelum ia benar-benar keluar dari ruangan itu adalah teriakan Gavin, "Hei!"

Tujuan Skylar saat ini adalah lapangan basket. Sudah lama sekali ia tidak memainkan bola basket dikarenakan kesibukannya untuk menyiapkan Trinity Cup, dan juga karena ia tidak memiliki teman bermain semenjak Alicia dan Bella menghilang. Sudah satu minggu lebih Alicia dan Bella menghilang, tapi Skylar masih tidak mendapat kabar sedikitpun tentang mereka. Skylar bahkan rela ke rumah mereka untuk menanyakan tentang mereka. Tapi sepertinya orangtua Alicia dan Bella tidak ingin Skylar mengetahuinya. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu dari gadis itu.

Untuk sekarang, Skylar sudah tidak terlalu memikirkan tentang Alicia dan Bella lagi. Sekarang, tujuannya hanya satu, membuat Trinity Cup tahun ini berjalan dengan lancar, tanpa ada halangan.

Saat ia tiba di lapangan basket, ia langsung menaruh tasnya dan mengambil satu bola basket yang berada di pinggir lapangan. Skylar mulai men-dribble bola itu, lalu melemparkannya ke ring. Masuk.

Skylar berlari mengejar bola itu lalu men-dribble-nya kembali. Tiba-tiba, ia merasa ada seseorang yang berdiri di belakangnya, mencoba untuk mengambil bola bakset yang sedang ia dribble. Skylar berusaha untuk melindungi bola yang sedang ia dribble, tapi sepertinya tangan orang itu lebih cepat untuk merebut bola, sehingga bola basket itu lepas dari tangan Skylar.

Skylar berbalik untuk merebut kembali bola itu sekaligus ingin melihat siapa yang berani-beraninya merebut bola yang ada di tangannya.

Skylar kaget setengah mati ketika melihat orang itu. Gavin. Gavin yang berani merebut bola basket darinya. Tunggu. Sejak kapan Gavin tahu cara bermain basket? Skylar kira di kepalanya hanya ada rumus-rumus matematika, teori-teori kimia, dan semacamnya. Tapi itu tidak penting untuk sekarang. Yang terpenting sekarang adalah ia harus merebut bola itu kembali.

Skylar berlari mengejarnya, berusaha untuk merebut bola itu. Tapi tidak berhasil. Gavin langsung melempar bola itu ke ring. Masuk. Astaga ini sangat membingungkan. Bagaimana bisa Gavin pandai bermain basket?

"Lo apaan sih, main rebut-rebut aja?!" protes Skylar tidak terima.

"Lagian lo sih, gak jawab pertanyaan gue." jawab Gavin dengan santainya.

"Terserah, terserah. Gue punya pertanyaan yang lebih penting dari masalah itu. Sejak kap-" belum selesai Skylar menyelesaikan pertanyaannya, ucapannya sudah terpotong oleh Gavin.

"Sejak kapan gue tau main basket? Kalau itu pertanyaan lo, jawabannya adalah sejak tiga tahun yang lalu." ucap Gavin.

"Oh. Gue kira di otak lo cuma ada rumus-rumus fisika dan semacamnya. Tapi ternyata lo bisa juga main bakset." ucap Skylar.

"Lo mau pulang bareng, gak?" tanya Gavin.

"Kalau gue gak mau gimana?" tantang gadis itu.

"Gak boleh gak mau. Harus mau." ucap Gavin memaksa

"Kalau gue masih gak mau?" tantang Skylar lagi.

"Ya gue bakal gendong paksa lo masuk ke mobil gue, terus gue antar lo pulang." ucap Gavin. "Pokoknya gak ada penolakan." sambungnya sambil menarik tangan gadis itu menuju parkiran.

***

"Halo. Ini lagi di jalan. Emang kamu gak bisa numpang sama temen kamu apa? Yaudah, sekarang kamu di mana? Iya ntar kakak ke sana. Iya, iya, sekarang kakak ke sana! Bawel banget sih!" Gavin mematikan sambungan telponnya.

"Kenapa?" tanya Skylar.

Sekarang, Skylar dan Gavin sedang berada di dalam mobil. Seperti katanya saat di lapangan basket, dia akan mengantar gadis itu pulang.

"Biasa, Emily minta dijemput. Eh, tapi gak pa-pa kan, kalau gue jemput Emily dulu baru nganter lo pulang? Atau lo mau gue anter pulang dulu baru gue jemput Emily?" tanya Gavin meminta pendapat Skylar.

"Mendingan kita jemput Emily aja dulu. Masa lo bolak-balik nganter gue abis itu jemput Emily, kan buang-buang bensin dan waktu." jawab Skylar.

"Yaudah." kata Gavin lalu melajukan mobilnya ke arah sekolah Emily.

***

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang