Confirmation

12K 488 1
                                    

Tepat saat bel istirahat kedua berbunyi, Skylar langsung merapikan barang-barangnya dan berjalan keluar kelas bersama Alicia dan Bella.

"Lo yakin nih gak mau ke ruang OSIS?" tanya Alicia sekali lagi pada temannya yang satu itu.

"Yakin." jawab Skylar dengan mantap.

"Dari pada mikirin hal yang gak penting itu, gimana kalau kita ke lapangan basket? Main dikit mungkin?" tawar Skylar. Skylar memang lumayan terkenal jago dalam bermain basket. Tidak jago-jago amat, tapi bisalah.

"Gue sih mau aja. Tapi gue gak main ya, gue nungguin lo doang." ucap Bella. Tentu Skylar sudah hapal dengan tingkah Bella yang tidak  senang dengan olahraga. Dia paling anti dengan keringat karena  ingin selalu menjaga penampilannya tetap rapih dan bersih, katanya.

"Yaudah, gue main dikit deh. Nemenin Skylar," ucap Alicia ketika mereka sudah tiba di lapangan basket outdoor sekolah yang sedang sepi karena sepertinya anak basket lebih pilih bermain di lapangan indoor yang terletak di dalam gedung sekolah.

"Kalian main gih. Gue duduk di sini aja nungguin kalian." Bella lalu mendudukkan dirinya di salah satu tempat duduk penonton, sedangkan Skylar dan Alicia langsung mengambil bola dan mulai bermain. Setelah 10 menit, Alicia mulai terlihat kelelahan, gadis itupun memutuskan untuk berhenti.

"Sky, lo main sendiri aja ya, gue capek nih. Ntar gue bau keringat," ucap Alicia sebelum berjalan ke arah Bella dan duduk di samping gadis itu.

Skylar kembali mengambil bola basket yang terlempar agak jauh darinya, lalu men-dribble bola itu dan melemparnya ke ring. Hanya itu yang Skylar lakukan berulang-ulang karena tidak punya lawan untuk bermain.

Setelah 5 menit melakukan kegiatan itu-itu saja, mata Skylar tidak sengaja melihat ke arah tribun saat ingin melempar bola ke ring. Skylar melihat Alicia sedang duduk berdua dengan Dylan. Gadis itu berpikir sejenak, kalau ada Dylan, pasti ada Gavin. Tapi, Skylar tidak menemukan sosok lelaki yang ia hindari itu di sana. Skylar pun memutuskan untuk kembali melanjutkan aksi dribble-nya. Saat ia ingin melempar bolanya, tiba-tiba terdengar suara tepat dari belakangnya.

"Nyari gue?"

Skylar terkejut bukan main. Gadis itu membalikkan badannya secara spontan. "AAA... Ngapain lo di belakang gue?! Pergi lo hantu!" Skylar memukul orang yang ada belakangnya itu dengan bola basket yang belum sempat ia lemparkan ke ring dan dengan mata tertutup.

"Aw! Ampun! Ini gue! Gue Gavin!"

Mendengar ucapan orang itu, Skylar langsung berhenti memukulnya. Perlahan gadis itu membuka matanya.

"Lo ngapain di belakang gue?!" protes Skylar marah-marah karena Gavin hampir membuatnya jantungan.

"RASAIN LO, VIN! GITU TUH JADINYA KALAU GANGGUIN ANAK ORANG MULU..." teriak Caleb dari arah tribun  yang disusul oleh gelak tertawa dari Kevin dan Dylan. Gavin langsung menatap teman-temannya itu dengan tatapan tajam yang berhasil membuat suasana kembali hening.

"Sori, Vin, sori... Galak amat, digodain dikit ngamok." cibir Caleb.

"APA LO BILANG, CAL?!" Gavin berteriak dengan suara yang meninggi.

"Engga kok, Vin..." Caleb menunjukkan senyum termanisnya kepada lelaki itu, seolah tidak habis mencibir temannya itu.

Gavin mendengus melihat tingkah Caleb lalu berbalik menatap Skylar.

"Lo harus tanggung jawa, badan gue jadi sakit-sakit semua gara-gara lo! Pokoknya gue gak mau tau lo harus tanggung jawab dengan cara jadi wakil gue! Gak ada penolakan!" ucap Gavin.

"Lah? Kenapa jadi gue yang harus tanggung jawab? Seharusnya lo tuh yang tanggung jawab! Karena lo, gue hampir aja jantungan!" balas Skylar tidak mau kalah.

"Dih! Siapa suruh gak datang ke ruang OSIS tadi. Gue kan udah bilang kalo lo harus datang!"

"Tapi lo bisa manggil gue dengan cara yang lebih baik dari tadi, kan? Atau lo emang sengaja pengen buat gue jantungan?!" balas Skylar yang mulai kesal pada lelaki itu.

"Kalau gue gak bisa lebih baik dari itu emang kenapa? Masalah lo?" ucap Gavin dengan wajah songongnya yang benar-benar membuat Skylar jengkel sejengkel-jengkelnya.

"Oh iya, hampir lupa, lo belum jawab pertanyaan gue. Tadi lo celingak-celinguk nyari gue kan?" sambung Gavin.

"Dih, pede banget lo!" balas Skylar sewot, lebih tepatnya sedang berbohong pada Gavin. Kenyataannya memang yang Gavin katakan itu benar.

"Udah deh, ngaku aja. Gue gak keberatan kok kalo lo emang nyari gue. Cewek-cewek lain juga nyariin gue, jadi lo tenang aja, lo bukan satu-satunya cewek yang nyariin gue." ucap Gavin dengan penuh percaya diri.

"Udah, udah! Gue lagi gak mood bertengkar sama lo. Mending lo langsung to the point aja kenapa nyamperin gue sebelum gue mukul lo pakai bola lagi." Skylar sudah bersiap-siap untuk memukul lelaki itu dengan bola basket yang ada di tangannya lagi.

"Iya, iya! Galak banget sih jadi cewek! Jadi gini, gue tadi udah ngomong ke kepsek kalo lo udah nerima tawaran jadi waketos. Jadi sekarang lo udah fix jadi wakil gue."

"APA?! Tadi kan gue udah bilang kalo gue gak mau jadi wakil lo!"

"Siapa suruh gak datang ke ruang OSIS." Gavin menggidikkan bahunya acuh tak acuh.

Lelaki itu langsung berjalan menjauh meninggalkan Skylar yang masih berdiri di tengah lapangan. Melihat Gavin yang ingin pergi, teman-temannya ikut menyusulnya. Sedangkan Bella dan Alicia langsung berlari menghampiri Skylar.

"Nih, Sky, lo minum dulu. Gue tau lo capek." Bella menyodorkan sebotol air mineral yang langsung diterima dan diminum habis oleh Skylar. Dan tidak lupa botol yang sudah habis itu langsung diremas olehnya.

"Tadi Gavin ngomong apa ke lo?" tanya Alicia dengan hati-hati, takut membuat suasana hati temannya itu makin buruk.

"Dia bilang ke kepsek kalo gue mau jadi wakilnya. Padahal kan jelas-jelas gue udah nolak tadi!"

"Yaudah, lo terima aja. Semua cewek di sekolah ini juga pengen jadi wakil Gavin. Lo malah nolak." cibir Bella.

Skylar menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Sekarang dia hanya bisa pasrah, pasrah untuk apa yang akan menimpanya kedepannya saat menjadi wakil Gavin.

***

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang