part 7

45.4K 1.8K 10
                                    

Amora membaringkan dirinya dikamar tamu rumah Irfan. Ia mengambil ponselnya dan melihat beberapa pesan dari ayah dan adiknya. Amora membacanya satu persatu dan membalas pesan ayahnya dengan,

'aku lagi dirumah bunda Lina pa, papa baik-baik ya disana. Jaga diri, Mora sayang sama papa' kemudian dia menaruh ponsel itu kembali ke atas nakas.

Matanya memandang langit-langit kamar yang berwarna putih bersih itu, tapi pikirannya melayang jauh. Sekelebat wajah Brian yang emosi tadi tertangkap ingatannya. Amora menghela napas, "apa aku terima aja tawaran Irfan?" Lirihnya.

Tapi kemudian Amora bangkit dan berjalan kearah kamar Irfan yang berada tidak jauh dari kamar yang ditempatinya tadi, ia mengetuk pintu itu beberapa kali. "Kata kunci?" Sahut Irfan dari dalam kamar itu, Amora tersenyum lebar.

"Anak gajah makan wortel" jawab Amora dengan semangat.

"Tetot! Salah" Amora mengerutkan dahinya, kali ini ia tidak akan salah.

"Irfan anak bunda Lina yang paling ganteng, paling baik, paling pinter, paling ramah, tidak sombong dan rajin menabung" Amora menunggu sambil menggerak-gerakan kakinya ke kanan dan kiri.

Ceklek!

"Ada apa?" Senyum Amora makin mengembang saat kepala Irfan muncul dari celah pintu yang dibukanya, dengan cepat Amora mendorong Irfan dan masuk kedalam kamarnya, "hei! Kamu itu gak sopan banget sih" seru Irfan jengkel sambil duduk disofa kecil yang berada tidak jauh dari pintu.

Amora memutar bola matanya, "emang biasanya siapa yang kalo masuk kamar aku gak pake diketuk dulu?" Irfan menunjukan barisan giginya, "aku dong" ucapnya bangga.

"Fan" panggil Amora saat ia membaringkan tubuhnya diranjang Irfan. "Hmm?"

"Aku kan belum bikin surat pengunduran diri" secepat kilat Irfan berdiri dan mengambil amplop putih dari atas meja kerjanya dan menyodorkannya pada Amora yang sekarang sedang asik tengkurap. "Apa itu?" Tanya Amora sembari mengambil amplop misterius itu.

"Surat pengunduran dirimu" mata Amora membelalak. "Lho kok cepet banget?" Kagetnya. Irfan tersenyum sinis, "aku gitu loh"

"Ck. Yaudahlah, besok temenin aku Kasih ini ke pak Brian ya Fan" ujar Amora, Irfan mengangguk sebagai jawaban. Saat Amora akan kembali kekamarnya, Irfan menahan gadis itu dengan senyum canggung. "Besok temenin aku ke acara temen-temen kuliahku ya Mor?" Ucapnya sambil menggaruk tengkuk lehernya,

Amora tersenyum, "oke! Aku balik dulu yaa dah"

Irfan menatap pintu kamarnya yang sudah tertutup dengan senyum lebar.

****

"Pagi bun" sapa Amora saat melihat Lina sudah berada dimeja makan, "pagi sayang" jawab Lina sambil mengoles roti tawar dengan selai coklat, Amora duduk ditempat yang sama dengan yang ia duduki semalam.

"Pagi semua" suara bariton itu membuat Amora dan Lina sama-sama menolehkan kepalanya ke Sumber suara itu. Dan disanalah Irfan, berdiri tegap dengan kemeja biru tua yang digulung sesiku juga celana bahan berwarna hitam, "pagi" jawab Lina dan Amora bersamaan.

Irfan mengambil tempat duduk dibangku sebelah Amora, "ma, kok coklat sih?" Protesnya saat melihat Lina mengoles roti-roti tawar itu dengan selai coklat.

"Bunda ada keju kan?" Lina mengangguk menjawab pertanyaan Amora. Amora mengalihkan pandangannya kearah Irfan. "Kamu tunggu sini, aku parutin keju buat kamu" tukasnya sambil berjalan kearah kulkas.

"Wah, Mora masih inget kamu suka banget makan keju Fan" ujar Lina setengah meledek putranya itu,

Irfan mendengus, "dia kan sayang sama Irfan. Gak kayak mama. Masa masih gak inget aku gak suka selai coklat?". Lina menghentikan kegiatannya, "yang bilang ini buat kamu siapa? Orang buat Amora kok" jengkel. Itulah yang Irfan rasakan dipagi hari ini, ibunya sukses membuatnya malu karna kegeeran.

My Lovely Dictator CEO {SUDAH DITERBITKAN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang