About Brian

32.3K 883 20
                                    

"Liat dia deh. Culun banget, hihihi."

"Eh-eh, awas celana lo kedodoran tuh!"

"Rambutnya kayak bapak-bapak. Klimis banget!"

Lelaki itu hanya diam dan menunduk. Sepanjang perjalanannya menuju kekelas selalu diiringi  nyanyian nyinyir dari anak-anak yang berada dikoridor yang dilewatinya. Pria dengan kacamata dan rambut klimis itu bernama Brian McKnight, tidakkah kalian berpikir kalau namanya terlalu bagus? Itu yang dipikirkan teman-teman sekelas Brian. Oh, maaf. Orang-orang yang berada didalam satu kelas dengan Brian bukanlah temannya. Tidak ada teman yang sampai tega menyembunyikan buku, tas, dan seragamnya dengan sengaja bukan?

Semua bisikkan itu, Brian mendengar semuanya. Telinga nya sudah terlalu terbiasa mendengar kata-kata seperti itu. Terkadang mereka bahkan memukul kepalanya hanya untuk dijadikan bahan tertawaan.

Tapi semua bisik-bisik itu berhenti bersamaan dengan datangnya mobil BMW hitam diujung lorong. Brian mengenal siapa yang akan turun dari mobil itu. Itu adik tingkatnya, namanya Amora Smith. Senyum manis dan tawa yang begitu merdu seakan membius seluruh siswa yang tadinya sibuk mengatai Brian berbalik menyapa gadis itu.

Brian terdiam ditempatnya. Ia sering melihat Amora ditaman belakang sekolah, sendirian sambil memakan bekalnya. dimata Brian gadis ini seperti gadis yang memiliki banyak teman, tidak seperti dirinya yang sama sekali tidak mempunyai teman. Kecuali Dave, itupun kalau pria laknat itu bisa dimasukkan kedalam kategori teman. Hati Brian seperti terdorong untuk mengenal lebih jauh tentang Amora Smith.

Sebagai anak yang masuk kedalam jajaran kutu buku, Brian memang jarang sekali berbicara. Bahkan ketika guru menyebut namanya untuk maju menjawab beberapa soal dipapan tulis, ia hanya akan berdehem kemudian maju dan mengerjakan semua soal dengan benar dan kembali duduk. Begitu setiap harinya, sampai bel istirahat berdenting. Dengan segera Brian mengambil bekalnya dan berjalan menuju taman belakang.

Dan seperti dugaan Brian, gadis itu berada disana. Sepertinya dia juga baru sampai karena ia baru membuka tempat makannya. Entah kenapa Brian merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dadanya. Seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk melangkahkan kaki dan menghampiri gadis manis itu, ia begitu cantik dengan rambut yang ia kuncir satu.

"Ha-hai?" Brian mengutuk suaranya yang terdengar seperti tikus kejepit itu dalam hati. Ia tersenyum kaku, ia sudah siap menerima hinaan dan ejekan yang akan dilontarkan gadis ini padanya.

Tapi hal yang tidak diduga Brian terjadi. Gadis itu mendongak, ia memperhatikan wajah Brian untuk beberapa saat kemudian tersenyum. Brian bisa melihat ketulusan dalam senyum itu, dan seperti virus penyakit mematikan yang bisa menular dengan cepat, seperti itulah senyum Amora tertular kepada Brian.

"Hai, Kak." Sapanya balik.

Brian berdiri dengan gugup. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Lidahnya bahkan terasa kelu sejak Amora menajwab sapaanya.

"Boleh saya duduk disini?"

Amora kembali mendongak untuk menatap Brian lagi masih dengan senyum diwajahnya. "Tentu, kak."

"Oh iya, nama kakak siapa?" tanya Amora.

"Nama saya Brian." Lelaki itu berucap sambil menunduk. Dan jawabannya itu lebih terdengar seperti bisikkan. Tapi Amora tersenyum.

"Ooh, kak Bian. Aku Amora. Salam kenal ya kak!"

Sebenarnya Brian ingin mengoreksi kesalahan Amora dalam menyebut namanya, tapi lagi-lagi lidahnya kelu dan ia hanya bisa terdiam.

"Kamu~ kelas berapa?" Brian menoleh kearah Amora. Dan bukannya menjawab, Amora justru balik menatap Brian terang-terangan. Seketika keringat dingin muncul didahi Brian, dia gugup sekali ditatap seperti itu oleh seorang gadis untuk pertama kalinya.

My Lovely Dictator CEO {SUDAH DITERBITKAN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang