Amora Pov
Disinilah aku, Washington Dc. Masih sama Indahnya seperti saat terakhir kali aku berkunjung kemari. Aku tersenyum dan menyusul Boss tukang suruhku yang sudah berjalan lebih dulu.
"Hari ini kita beristirahat dulu, besok baru kita ke acara reuniku." Ucapnya tanpa melihatku. Aku mengangguk patuh tentu saja, lagipula orang ini yang menggajiku bukan?
"kalau kau mau berjalan-jalan pergilah.. tapi jangan pulang larut malam. Disini kita akan menginap dirumah ibuku. Jadi tahu dirilah sedikit." Lanjutnya dengan nada tegas.
Aku yang baru saja ingin berterima Kasih padanya langsung mengatupkan mulutku lagi. Dia tidak sebaik yang kupikir.
"baik. Pak" setelah aku menjawab, tidak ada percakapan lagi diantara kami.
Perjalanan 45 menit bagaikan berjam-jam kalau kau duduk satu mobil dengan orang yang seperti pak Brian! Aku menghela nafas kasar dan memalingkan wajahku kearah pemandangan diluar kaca mobil yang kami tumpangi ini. Gedung-gedung berjejer membentuk suatu pemandangan yang sedap dipandang. Lalu lintas yang ramai lancar membuatku mengembangkan sedikit senyuman.
"Silahkan nona." ujar seseorang yang berpakaian seperti pelayan membukakan pintu tepat saat mobil berhenti dengan sempurna di depan pintu masuk utama rum- ah bukan. Ini lebih cocok disebut sebagai mansion. Sangat Indah. Aku yakin, ibu pak Brian adalah orang yang mempunyai selera seni tinggi.
"Ayo masuk." Aku mengekor dibelakang pak Brian saat ada suara wanita memanggilnya. "Brian! Oh anakku tersayang." Ucap seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan segar.
Brian memeluk orang yang kutebak sebagai ibunya sebentar kemudian melepasnya. "Mama, jangan perlakukan aku seperti anak kecil lagi." pak Brian melirik kearahku dan diikuti pandangan bingung yang dilemparkan wanita didepan Brian,
Aku tersenyum sopan. "selamat sore. Perkenalkan, nama saya Amora, bu. Saya sekretaris pak Brian" ucapku sambil sedikit membungkuk.
Wanita itu menghampiriku dan memeluk bahuku sebentar dan tersenyum hangat. "Wah, kamu cantik ya. Nah, gak usah terlalu formal. Panggil saya tante Dini saja ya sayang." Aku mengangguk dan tersenyum tulus.
Aku mengalihkan pandanganku kearah Brian yang juga sedang menatapku, tapi begitu dia menyadari aku menatapnya ia langsung mengalihkan pandangannya dan menarik tante Dini kedalam rumah meninggalkan aku. Menarik napas, aku menarik koperku menyusul pak Brian dan tante Dini yang sudah masuk kedalam.
"Kamu langsung ke kamar saja ya Mor, tante yakin kamu pasti capek." Ujar tante Dini menatapku.
"Ma, yang anak mama itu aku atau Amora? Kenapa cuma dia yang disuruh istirahat? Brian enggak?" Protes Brian yang langsung dihadiahi jeweran yang kurasa cukup kencang dari tante Dini,
"Mora, jangan dengerin dia. Lusy, antar Amora kekamarnya," aku mengangguk dan mengikuti seorang pelayan wanita yang dipanggil Lusy oleh tante Dini.
"Nah, ini kamar Anda nona. Kalau Anda membutuhkan sesuatu, Anda bisa mengatakannya pada saya. Permisi,"
Setelah berterima Kasih aku masuk kedalam kamar dan membaringkan tubuhku dikasur empuk ditengah kamar. "Sudah jam setengah 7. Lebih baik aku mandi dulu deh." aku mengambil handuk juga baju ganti dan masuk kedalam kamar mandi.
Aku menyelesaikan mandiku dalam waktu 15 menit. Untuk apa berlama-lama dikamar mandi?
Aku turun keruang makan setelah diberitahu Lusy kalau makan malam sudah siap, "selamat malam," sapaku pada pak Brian dan tante Dini.
"Selamat malam sayang, ayo duduk. Kamu pasti sudah lapar kan," ujarnya menarikku lembut kearah kursi, aku duduk berhadapan dengan Pak Brian. Selama makan malam, sesekali tante Dini menanyakan bagaimana rasanya menjadi sekretaris seorang Brian yang terkenal dengan sifat dinginnya. Dan tentu.. menanyakan berbagai hal pada Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Dictator CEO {SUDAH DITERBITKAN}
RomansaTakdir kembali mempertemukan Amora dan Brian, dengan situasi dan kondisi yang berbanding terbalik dari saat mereka pertama bertemu dengan Amora yang tidak lagi mengingat Brian. Apakah takdir sedang mempermainkan mereka?