Amora menatap pantulan bayangan cermin di depannya dengan mata berkaca-kaca.
Hari yang paling bahagia di hidupnya sudah tiba. Pernikahannya.
Pernikahan.
Satu kata yang Amora sudah tahu pasti akan mengubah seluruh kehidupannya. Ia akan meninggalkan orang tuanya dan tinggal bersama suaminya.
Amora menunduk, rasanya ~
Masih terasa asing saat menyebut Brian sebagai suaminya. Senyum di wajah Amora tidak pernah luntur.
Konsep pernikahan mereka kali ini di usung dengan tema fairytale dan di adakan malam hari. Kekanakan?
Tidak bagi Amora dan Brian. Mereka menyukai tema ini, karena mereka berharap kehidupannya setelah ini akan sama seperti kisah-kisah dongeng klasik, bahagia selamanya.
"Nak." Antony menggerakan kursi rodanya perlahan ke arah Amora. Matanya memerah melihat Putri yang rasanya baru kemarin ia mandikan, sekarang sudah akan di pinang oleh seorang pria.
Amora susah payah berjongkok di depan Antony. Menundukan kepalanya di paha sang papa. "Pa... maafin Amora kalo Amora ada salah sama papa selama ini. Sekali lagi, maafin Amora pa.." Amora berusaha menahan air matanya.
Antony mendongak. Berusaha menghalau kumpulan air yang sudah siap terjun dari matanya. Dengan penuh kasih Antony mengelus kepala putri sulungnya itu. "Kamu gak pernah berbuat salah sama papa sayang."
Amora mendongak. "Biarpun Amora udah jadi istri Brian. Papa tetap laki-laki paling ganteng yang pernah Amora lihat."
Antony menjawil hidung Amora ringan, membuat keduanya terkekeh pelan.
"Princess papa.. udah bermetamorfosis jadi queen sekarang. Harus lebih bijaksana ya sayang..
"Turuti apa kata suamimu. Jangan nakal." Ujar Antony menunduk, menggesekkan hidungnya dengan hidung Amora.
Amora mengangguk. Dalam hati ia tidak tega meninggalkan papanya. Papanya sakit, siapa yang akan mengurusnya?
"Pengantin wanita di persilahkan untuk menuju ke altar."
Amora menoleh kepada seorang anggota wedding organizer yang mengatur pernikahannya.
Berdiri dan menghela napas, Amora mendorong kursi roda papanya dengan menebar senyum.
Musik klasik khas pernikahan menyambut Amora di pintu altar. Semua orang berdiri dan menoleh ke arah pintu, penasaran secantik apa si pengantin wanita.
Amora melebarkan senyumnya dan melambai pada beberapa orang yang di kenalnya.
Ia tertawa saat melihat Irfan disana bersama Lina melambaikan tangannya tinggi-tinggi.
Brian menahan napasnya saat melihat Amora semakin mendekati altar.
Oh Tuhan,
Ia tidak bisa memungkiri bahwa Amora memang terlihat sangat cantik bahkan hanya dengan make up tipis seperti itu.
Senyumnya mengembang saat Amora berhenti tepat di depannya. Brian menghela napas kemudian berjalan menuruni beberapa anak tangga untuk mengambil alih tangan Amora dari Antony.
"Brian... jangan kecewakan papa. Jaga si nakal ini ya. Papa percaya sama kamu." Semua tamu yang mendengar kata 'si nakal' tertawa renyah.
Brian tersenyum sampai metanya menyipit.
"Bri janji, pa."
**
"Brian Mcknight, bersediakah kamu menerima Amora Smith sebagai istrimu, pendampingmu seumur hidup, dalam susah dan senang, sakit ataupun sehat?" Tanya sang pastur pada Brian yang fokus pandangannya hanya Amora saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Dictator CEO {SUDAH DITERBITKAN}
RomanceTakdir kembali mempertemukan Amora dan Brian, dengan situasi dan kondisi yang berbanding terbalik dari saat mereka pertama bertemu dengan Amora yang tidak lagi mengingat Brian. Apakah takdir sedang mempermainkan mereka?