Dunia seakan jungkir balik-menurut Tiana.
Aku belari kecil saat mengetahui hampir terlambat karena jalan yang sedikit macet pagi ini. Jilbab yang ku kenakan sedikit berkibar saat aku berlari. Pemandangan kampus yang sangat ramai oleh para mahasiswa yang belalu lalang atau hanya sekedar berdiri dan mengobrol dengan teman lainnya menjadi kekelasan tersendiri. Karena aku kesulitan hanya untuk sekedar sampai ke ruang kelas.
"Ish, kenapa ramai sekali" keluhku sambil terus berjalan melewati mahasiswa lain.
Dari jauh tampak terlihat Putri dan Dhiva sedang mengobrol.
Aku menghela nafas."Kenapa harus mereka yang aku lihat pagi ini?" Keluhku lagi.
Tanpa menyapa mereka aku mempercepat langkahku menuju kelas. Putri sempat menoleh dan tersenyum kearahku. Namun aku tetap berjalan, tanpa sempat membalas senyumnya.
"Pagi, Na.." terdengar suara Putri menyapaku.
"Na.. kok bablas sih? Aku sama Dhiva tunggu kamu" teriak Putri.
Aku tidak menjawab pertanyaan Putri. Karena yang sekarang aku inginkan hanya sampai di tempat duduk sebelum Dosen mata kuliahku datang.
Kelas pertama yang aku ikuti sudah berakhir. Aku segera bergegas merapikan alat tulis yang tadi sempat digunakan untuk mencatat.
"Mudah-mudahan Putri tidak marah" pikirku.
Saat melewati lorong kampus, aku tidak mendapati Putri. Aku merogoh tas, mencari benda pipih yang tadi sempat aku masukan ke tas saat kuliah akan dimulai. Setelah menemukannya, aku langsung men-dial nomor Putri.
"Halo put.."
"..."
"Kamu dimana?"
"..."
"Kantin kampus?"
"..."
"Oke, aku kesana"
"..."
Aku memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan benda pipih tersebut kedalam tas lalu menuju kantin. Dari kejauhan terlihat Kinar dan Icha sedang jalan bersama.
"Kinar! Icha!" Panggilku.
"Hai" balas Kinar sambil melambaikan tangannya ke arahku. Mereka berjalan ke arahku.
"Mau kemana, Na?" Tanya Icha saat sampai di tempat aku berdiri.
"Mau ke kantin kampus. Ketemu Putri. Soalnya tadi pagi aku cueki dia" jawabku santai.
"Mau ikut?" Tambahku. Icha dan Kinar mengangguk.
Sesampainya di kantin, aku menyapukan pandangan kepenjuru kantin mencari tempat duduk yang Putri duduki. Saat aku menemukan tempat duduk Putri, aku juga menemukan orang lain yang sedang bersama Putri.
Itu Dhiva.
Sungguh, aku hafal bagian punggungnya.
"Hai.. maaf lama" ucapku saat sampai di meja yang Putri tempati.
"Aku duluan ya, Put! Selamat curhat dengan Tiana" kata Dhiva dengan tiba-tiba, tanpa menoleh ke arahku. Putri hanya tersenyum dan mengangguk ke arah Dhiva.
Seketika mood ku hancur melihat perlakuan Dhiva yang terkesan menjauhiku.
Memangnya ada apa?
"Ada apa dengan Dhiva? Aneh sekali dia" ucap Icha.
"Aku tidak tahu. Tadi dia biasa saja" balas Putri sambil mengedikan bahunya.
"Na.. Tiana..?" Aku tidak bisa mendengar jelas siapa yang memanggilku. Aku cukup larut dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dikepala ku.
"TIANA !!" kini aku tersadar, itu teriakan Putri.
"Iyaaa.. kenapa sih? Tidak usah teriak" aku terkesiap.
"Kamu tuh, dipanggil dari tadi malah melamun" kata Putri dengan kesal.
"Iyaaa, maaf. Ada apa..." jawabku. Kinar dan Icha hanya terkikit melihat aku dan Putri.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen FictionTiana Ann. Gadis biasa yang hidupnya selalu dikelilingi dengan tawaan dari sahabat dan keluarganya. Lalu, satu kesalahan yang membuat hidupnya bagai dikejar sang penakluk dunia merubahnya. Kebiasaan-kebiasaan yang selama ini Ia lakukan mulai ditingg...