"Chalistaaaa....udah jam 5 !! Bangun !!""5 menit lagi, Ma"
"Gaaaa !! Pokoknya bangun sekarang !!"
Haii, kenalin, namaku Chalista Renata Putrinanda. Pecinta lukisan yang gemar baca novel. Sebenernya aku orang Padang campur Jawa yang lahir di Jakarta, tinggal di Balikpapan (Kalimantan Timur) lalu pindah ke Bogor.
Hari ini, adalah hari pertamaku masuk SMA. Awalnya aku malas untuk sekolah. Tapi aku ingin punya teman banyak, aku tak mau seperti waktu SMP, semua temanku pengkhianat, aku dikucilkan pada masa SMP, aku tak punya teman. Dan aku ingin mengubah nasibku itu. Aku akan mengubah kenyataam semua kejadian pahit yang aku alami saat SMP.
⭐⭐⭐
Agustus, di sekolah.....
SMA MadrivaSesampainya di sekolah, ada perkenalan dulu, wali kelasku, Pak Tra, sekaligus guru matematika. Sebelumnya aku sudah kenal dengan Athaya Maisha Afshen, alias Thaya, kami berkenalan pada saat MOPDB berakhir. Dia memakai baju muslim biru. Namun pada saat aku dan Thaya berkenalan, Thaya seperti tidak suka aku ajak berkenalan. Entahlah, mungkin hanya persaanku saja.
Pemilihan ketua dan wakil ketua dilakukan secara voting. Hasil votingnya, Haslen menjadi ketua kelas dan Bethany menjadi wakil ketua kelasnya.
Pertemuan kedua, siswa siswi berkumpul di lapangan rumput SMA Madriva untuk mendengarkan pengumuman. Aku telat datang, sehingga aku tak sempat menaruh tasku di kelas. Pada saat baris, aku baru menyadari bahwa depan aku itu Dourtney, ia memakai baju kotak kotak dan kerudung biru tua. Sebelumnya aku sudah mengenalnya pada saat MOPDB, ia mengenalkanku kepada Fannah, temannya.
"Kamu kelas 10 IPA 6, kan , Dourt ?" Tanyaku
"Kayaknya sih, aku ga tau" Jawabnya
"Kamu udah liat pembagian kelas di mading belum ?"
"Ga ada dimading, kayaknya udah dicopot, kamu liat ga aku dikelas mana ? Kemaren aku ga masuk"
"Engga, kalau Fannah dikelas mana ?"
"Dia bilang, dia di kelas 10 IPS 4, semoga bener aku di 10 IPA 6"
"Aamiin, kamu naruh tasnya dimana ?"
"Dipojok kanan barisan kedua dari belakang"
"Nanti aku belakang kamu ya, belakang kamu kosongkan ?"
"Kosong kok"
"Okay deh"
*aku seperti mengenali sosok perempuan di depan Dourtney, lalu aku berniat untuk menyapa perempuan itu*
"Halo, kamu Bethany ya ??" Tanyaku ke Bethany yang ada di depan Dourtney.
"Iya" Jawabnya singkat sambil mengangguk pelan.
Selesai pengumuman, aku langsung menaruh tasku di meja paling belakang dan paling pojok di belakangnya Dortney. Kulihat Bethany duduk disebelahku. Dan disebelahnya kosong, tetapi itu barisan laki laki. Dayu kebingungan mencari tempat duduk. Akhirnya, Bethany berbaik hati memberikan tempat duduknya lalu duduk di bangku yang kosong tersebut walau dia perempuan sendiri dibarisan itu.
"Bethany, kenapa pindah tempat duduk ?" Tanyaku.
"Ga kenapa kenapa, rasanya lebih enak aja gitu kalau tempat duduknya pas kepapan tulis, mumpung ada kesempatan kenapa engga gitu" Jelasnya.
Baik banget ya batinku.
"Hai, kamu Dayu ya ?" Tanyaku sok akrab :v
"Iya, kamu siapa ?" Tanyanya.
"Aku Chalista, salken yakk"
Posisi duduknya seperti ujian. Di depan dayu ada tya duduk disitu disebelah dortney juga. Saat aku mengobrol dengan Dourtney, Pak Tra datang untuk mengabsen. Dan Alhamdulillah Dourtney ga salah kelas.
Pelajaran pertama dimulai. Yaitu pelajaran matematika. Karena Pak Tra sibuk ada urusan lain, diganti lah untuk sementara oleh Pak Russell.
"Bapak minta kalian membuat kelompok untuk memecahkan soal ini !" Perintah Pak Russell.
"Dourtney, Thaya, Dayu, Bethany, bareng yukk" Ajakku.
"Ayoo" Jawab mereka.
Lalu kita menggeserkan meja dan kursi menjadi kelompok. Semenjak itu, jika ada tugas kelompok, pasti kita berlima terus.
Keesokkan harinya, pelajaran pertama adalah biologi. Tugasnya membuat mind mapping berkelompok, lalu beri nama kelompoknya, dan perwakilan setiap kelompok mempresentasikannya. Aku bagian menghias. Dourtney dan Thaya bagian mencari isi mind mapnya, Bethany dan Dayu bagian mempresentasikan mind map yang kami buat tersebut. Dari sinilah persahabatan Fiery Five muncul.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful
Teen Fiction[#721 DALAM TEENFICTION 15 JAN 2017] jika nanti aku terlihat baik baik saja tanpamu, percayalah itu sandiwara terbaikku