"Ihh kapan libuuurrr." kata Chalista.
"Iya ih pengen cepet-cepet libur." kata Thaya.
"Eh iya betewe si Bethany mana cuy."
"Eh iya yak, telat kalii biasanya kan dia dateng mepet mepet bel."
"Iya sih, lagian rumahnya jauh banget."
"Nah tuh dia si Bethany."
"Wah panjang umur nih anak."
Kriingg....
"Anak-anak yang bapak cintai, minggu depan sudah mulai ulangan akhir semester, bapak mohon persiapkan dengan benar, baca-baca lagi yang belum ngerti ya." Nasihat Pak Tra.
"Iyaa, Paak." ucap siswa.
"Bethanyyy, ranking berapa ih pas rapot bayangan?" Tanya Thaya.
"Beuh, Bethany mah pasti ranking satu." Kataku.
"Engga sih, ranking dua." Jawab Bethany.
"Beuh, kan." kata Thaya.
'Bethany ranking dua, Thaya ranking delapan, Dourthney ranking tujuh, Dayu ranking 3, si Warningsih juga ranking 6, lah aku ranking sebelas -_-. Kayaknya cuma aku deh yang bukan sepuluh besar di persahabatan ini.' batinku cemas. 'Berarti aku harus lebih giat lagi belajar, bismillah.'
"Woyy Chalista" Ujar Thaya membuyarkan kecemasanku.
"Hah? Eh iya? Apaan tadi?" Ucapku sambil mengembalikan diri dari lamunan.
"Haduh, kamu kenapa sih? Mikirin apaan?"
"Hah? Engga, bukan apa-apa heheh. Hmm.. Tadi kamu nanya apa ya?"
"Bener Ga kenapa kenapa? Itu ih aku nanya kamu ranking berapa ih?"
"Ooh itu, privasi wkwk" ucapku langsung kabur keluar kelas.
"Eh Chalistaaa! Tungguuuu eh!"
☆☆☆
"Beth! Beth!" Panggil Nelson.
"Apaan sih?" Jawab Bethany.
"Sini dulu deh!"
"Lu aja yang sini."
"Yaudah, nih mau gua bisikin."
"Yang waktu itu salah, harusnya lu ranking satu, gua ranking dua." Bisik Nelson.
"Demi apa?"
"Iyaa beneran."
"Kenapa? Kenapa?" Tanya Dayu.
"Itu tuh si Bethany ranking satu." Jawab Nelson.
"Lah bukannya elu, Nel?" Jawab Dayu.
"Engga itu salah."
"Eh, anjir lu Beth, ga ngajarin, bagi bagi atuh nilainya." Kata Dayu.
"Gua tuh sebenernya ga pinter. Cuman rajin. Kata bapak gua sih gitu."
'Ooh, jadi intinya aku harus rajin baca-baca buku.' Batin Chalista.
☆☆☆
UAS sudah selesai, hasil UAS dibagikan, aku cemas, aku takut nilainya tidak memuaskan. Hasil UAS PAI ditempel di papan mading sekolah. Aku teringat perkataan Nelson.
Flashback on~~
Pada saat itu...
Pelajaran PAI...
"Anak-anak yang terkena remedial, silahkan memperbaiki soal yang salah saja di belakang kertas jawaban! Bagi yang tidak remedial silahkan kerjakan buku referensi halaman 79!" Perintah Pak Arlen.
"Thayaaa, ini hukum bacaan apaa yaak? Kan kamu ga remed heheh, bantuin yaa :)" Kataku kepada Thaya.
"Itu Idghom Bighunnah." Jawab Thaya.
"Eh, Chalista emg remed tah? Masa sih? Dari SMPIT Husada Husein kan? Masa dari SMPIT remed sih? Pasti boong ya? Chalista ga mungkin remed kali." Kata Nelson.
JLEEBB.
'Bener, aku lulusan SMP Islam tapi malah jelek nilai PAI nya. Aku harus belajar lebih giat lagi nih'
Flashback off~~
'Tapi perkataan dia itu membuatku rajin belajar, walaupun kata itu menyakitkan sih. Tapi kan.. '
"Woyyy, Chalista, tuh kan bengong lagi. Kenapa sih? Mikirin apaan?" Ujar Thaya membuyarkan lamunanku.
"Hah? Eh iya maap heheh" Kataku.
"Yeuh bengong mulu. Itu tuh nilai kamu 94 PAI, ajarin aku atuhh, aku 86."
"Hah? Serius? Gaboong kan?" Ucapku kaget.
"Ya seriuslah, liat aja noh depan kamu mading juga ge-_- jangan bengong mulu makanya"
"Heheh maap ath, eh iya bener, Alhamdulillah ya Allah."
'Si Nelson berapa ya? Hah? Seriusan Nelson 78? Padahal dia yang bikin aku termotivasi buat belajar, kasian, tapi mau ngakak. Gimana atuh. Tapi kasian. Karma kan dia heheh' Batin Chalista.
Di sisi lain....
'Orang yang aku suka mana ya? My luv luv. Nelson mana ya? 78? Pas kkm dong? Yes di atas Nelson. My luv luv:) Nanti pulang chat dia ah.' Batin Thaya.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful
Teen Fiction[#721 DALAM TEENFICTION 15 JAN 2017] jika nanti aku terlihat baik baik saja tanpamu, percayalah itu sandiwara terbaikku
