*****
Rane's pov
Hoam... aku terbangun karena kepanasan. Aku ingin menuju dapur untuk minum. Harry tertidur di sebelahku. Saat aku memegang meja sebelahku untuk melihat jam, ternyata aku menyenggol iPhone harry. Braakkk. Huh, untung saja harry tidak terbangun.
Seketika aku ingat bahwa aku ingin mengecek ketidak biasaan harry.
Aku ambil HPnya. Kulihat pesan masuknya. Oh my God! Kau pasti tak percaya. Taylor Swift, sahabatku nama itu yang tertera di kotak masuk suamiku, astaga, ada apa ini. Aku duduk di pinggir tempat tidur, ku beranikan diri untuk membuka sms mereka.
Paling atas.
"Gud nite too babe xxx" ihh apa-apaan ini.
Ku lihat semua sms mereka. Aku sangat menyesal.
Tak terasa aku melelehkan air mataku.
Aku tak bisa menahan kekecewaanku pada mereka. Akhirnya ku lemparkan hp Harry ke kaca yang ada di dinding.
Pyarrrr... kaca tersebut pecah.
Harry terbangun dengan wajah shock. "Rane? What are you doing?" Harry memegang tanganku. "Don't touch me." Aku membentaknya dan berdiri. "What happened?" Ia bertanya. Aku hanya menangis kecewa. Sangat kecewa. Akhirnya malam itu juga aku mengemasi barang-barangku. Aku tak mau tinggal dengan Harry lagi. Harry mencegahku melakukan semua ini. Dia juga tak menanggapi iPhone-nya yang telah ku lempar. Saat aku mengambil koper yang ada di atas lemari, Harry memeluku dari belang, "Rane, tell me what's wrong?" "Hah? U don't know what the hell happened Haz? You jerk!" Aku mendorong Harry menjauh dariku. "What did u say? Jerk? What do u think about your husband." Ia balik membentakku. "I know all about you and Taylor. U guys are the same bitches." Aku menamparnya. Astaga.. aku benar-benar marah pada Harry. "Okay whatever u said, i don't care about you aymore. Im bored with you." Harry berlalu pergi, ya Tuhan, sakit sekali rasanya. Harry tega sekali, aku menangis kembali.
aku pergi ke kamar Darcy, saat aku membuka pintu kamarnya, aku melihat Darcy sedang duduk di atas kasurnya dengan menangis. "oh my God, baby, why are you crying?" aku memeluk putriku. "mom, apakah mom dan daddy bertengkar? mom aku dengar ada suara kaca pecah. aku takut." Darcy membenamkan kepalanya di dadaku. "okay, okay now come with mommy, we leave this house." aku beranjak dari kasur Darcy dan mengambil pakaiannya. saat aku keluar dari kamar Darcy, ku lihat Harry sedang duduk menatap kami. aku jujur, sangat takut. rambut curlynya acak-acakan dan mata hijaunya bersirat marah sekali. ia bangkit menghampiri kami. "dad, come on go with us." Darcy menggapai-gapai daddynya. "no, just us." aku menurunkan tangan Darcy. "tapi mom." "diam. hanya mom dan kamu yang pergi. dad tetap disini." aku kemudian menarik koperku dan membawa Darcy ke mobilku. "no." Harry menarik tanganku. "aku tidak sudi tinggal dengan laki-laki pengkhianat sepertimu." aku beteriak di depan muka Harry. Darcy sudah ada di dalam mobilku. "shut the fucking up" Harry balas membentakku. aku tak mau berlama-lama akhirnya aku langsung pergi meninggalkan Harry.
Alphardku melaju kencang di tengah malam seperti ini. Darcy sudah tidak menangis. aku memarkirkan mobilku di halaman sebuah hotel mewah dan bergegas masuk. "tolong mobil saya , sir." aku berkata pada petugas bagian parking hotel tersebut. "yes, ma'am." aku pergi ke receptionist dan memesan satu kamar VVIP. sesampainya di kamar aku berusaha menidurkan Darcy. tapi tetap, ia menanyakan Harry. "mom, kenapa dad tidak boleh ikut?" "mom tidak mau dad menyakiti kita sayang. mom sudah sangat capek, Darcy tidur ya" aku memaksa Darcy tidur.akhirnya ia bisa tidur juga setelah aku selesai menyanyikan lagu Bella's lullaby. jam 3, pagi. aku baru beranjak untuk tidur.