The Squad

8.9K 883 5
                                    

ALI PoV

Tatjana sudah dalam penanganan dokter. Dokter menjelaskan bagaimana kondisinya saat ini padaku yang bisa kutangkap bahwa kondisi Tatjana tidak baik bahkan mengalami penurunan. Aku tidak menyangka dia memiliki penyakit seserius ini. Selama mengenalnya dia selalu tampak sehat. Entah bagaimana dia bisa memyembunyikan kondisinya. Pasti hal ini sangat berat baginya. Saat Tatjana dalam penanganan dokter, aku segera mengambil handphone dari dalam tas yang dibawanya tadi. Aku segera menghubungi orang tuanya untuk memberitahukan keadaannya. Kebetulan aku memang sudah mengenal mereka saat dulu di USA.

Mereka tidak bisa menemui Tatjana hari ini juga karena mereka menetap di luar negeri. Mereka memberitahuku bahwa Tatjana pergi ke Indonesia tanpa sepengetahuan mereka karena bisa dipastikan bahwa mereka tidak akan mengijinkan. Untuk itu Tatjana berbohong bahwa dia akan menginap di apartemen temannya untuk beberapa hari. Mereka sangat khawatir, mereka bahkan memohon padaku untuk menjaga Tatjana hingga mereka tiba di Indonesia. Tanpa mereka mohon pun, mana mungkin aku tega meninggalkan Tatjana sendiri di rumah sakit. Karena setahuku seluruh keluarganya menetap di luar negeri. Di tambah lagi hingga sekarang dia belum juga sadarkan diri.

Setidaknya aku sudah cukup merasa lega karena sudah bisa menghubungi keluarganya. Meskipun saat ini perasaanku lah yang sangat gelisah karena aku sudah melukai seorang gadis yang seharusnya selalu kujaga. Gadis yang selalu kusayang. Prilly, masih kuingat dengan jelas tatapan terlukanya siang tadi dan membuatku jauh lebih terluka. Aku ingin menemuinya saat ini juga dan menjelaskan semuanya. Aku juga harus menemui Al dan membawanya ke sini segera. Tapi tidak ada seorangpun yang bisa menggantikanku menjaga Tatjana saat ini karena kecerobohanku. Aku lupa membawa handphone karena terburu-buru ke rumah sakit. Bodohnya aku tidak pernah mengingat nomer telepon siapapun, bahkan Alya sekalipun. Karena bingung harus bagaimana, akupun duduk di depan kamar Saphira sambil melihat-lihat kontak di handphone Tatjana. Aku tidak mengenal satupun kontaknya yang kebanyakan nama-nama asing hingga aku menemukan kontak yang familiar bagiku.

Ricki Harun

Mungkinkah ini kontak Kirun? Ada berapa Ricki Harun yang Tatjana kenal? Tanpa pikir panjang aku segera menelponnya. Aku berharap ini benar kontak Kirun. Setelah beberapa saat yang kudengar hanya nada sambung, akhirnya terdengar suara si pemilik nomer.

"Hallo Ricki Harun ganteng speaking" Syukurlah ini benar nomernya. Siapa lagi yang membuka sapaan dengan senarsis itu kalau bukan Kirun.

"Kirun? Thanks God" Jawabku merasa lega.

"Hah? Sejak kapan suara fira jadi manly begini" ucapnya bergumam tidak jelas.

"Ini Ali, Run" jawabku segera.

"Hah Ali? Tapi disini kontaknya, kontak Fira, gue nggak rabun kan" ucapnya tidak yakin.

"Iya ini nomernya Run, tapi yang nelpon gue, Ali" jelasku agar dia tidak bingung.

"Ali Arkana?" Tanyanya tidak yakin.

"Iya Run" jawabku cepat

"Eh kok bisa Lo? Fira udah nemuin Lo?" Tanyanya sambil mengucap syukur setelahnya. Sebenarnya aku ingin bertanya banyak pada Kirun tapi ini bukan waktu yang tepat.

"Gue butuh bantuan Lo, Run" aku pun segera menjelaskan padanya tentang keadaan Tatjana. Aku harap Kirun bisa menggantikanku untuk menjaga Tatjana sementara Aku menemui Al dan Prilly, sebelum semuanya terlambat. Syukurlah Kirun langsung bersedia membantuku. Setelah sekitar lima belas menit berlalu kudengar derap langkah menuju ke arahku. Dan saat aku menoleh ke asal suara, di sanalah Kirun berjalan ke arahku. Tidak sendiri, Kevin, Dicky, Jerry dan Dika berjalan bersamanya. CLASH, minus Al saat ini.

"Kalian?" Tanyaku heran

"Tenang aja Li, Kirun udah jelasin ke kita semua" Kevin menjawab pertanyaanku,

"Kita di sini untuk bantuin lo" Ucap Dicky.

"Apapun bakal kita lakuin" lanjut Jerry.

"Demi persahabatan kita" tambah Dika.

"See? Lo nggak sendiri bro." Ucap Kirun sambil menepuk pundakku. Aku tidak tahu harus bilang apa selain berterimakasih sebanyak-banyaknya. Mereka adalah sahabat terbaik yang pernah kukenal.

"Tapi Run, gimana bisa lo dapat kontak Fira?" Tanyaku pada akhirnya. Kulihat Kirun tersenyum.

"Lo kira, selama ini kita diam aja melihat perselisihan antara Lo dan Al?" Ucap Kirun disertai cengiran khasnya.

"Lo nggak lupa kan kita siapa?" Ucap Dika.

"Jangan sebut kita CLASH kalau kita nggak bisa nemuin satu orang aja" ucap Kevin.

"Sekalipun artinya kita nggak tidur buat cari informasi" ucap Dicky

"Sekalipun gue harus ninggalin mimi gue buat ke luar negeri nyariin cewek lain, eh maksud gue Fira" tambah Kirun

"Sekalipun kita harus berpikir ekstra" timpal Jerry.

"Halah kayak lo pernah mikir aja Jer" celetuk Dika yang dihadiahi jitakan cukup keras oleh Jerry.

"Udah cukup, malah berantem ini somplak dua, kita kesini buat bantuin Ali" ucap Kirun sambil menjitak Jerry dan Dika bersamaan.

"Gue nggak tau harus gimana balas bantuan kalian" ucapku pada mereka

"Santai aja kali Li, bagi kita lo tetep bagian dari CLASH" Jelas Kirun.

"Gue mau minta tolong buat jagain Fira sementara gue bakal nemuin Al buat jelasin semuanya dan bawa dia ke sini secepatnya" jelasku.

"Gue ikut" ucap Kirun cepat.

"Nggak usah Run, biar gue sendiri yang jelasin ke Al" ucapku. Kemudian kurasakan Kevin menepuk bahuku.

"Lebih baik Kirun ikut Lo, Li. Trust me! Cuma omongan Kirun yang bisa didengerin Al kalau Al lagi emosi" jelas Kevin.

"Oke" akhirnya akupun menyetujuinya. Aku dan Kirun segera bergegas. Sebelum menemui Al aku harus pulang terlebih dahulu untuk mengambil handphoneku yang tertinggal. Saat mobil sudah kuparkirkan di halaman rumah aku segera bergegas masuk ke dalam rumah. Kubiarkan gerbang rumah terbuka karena aku hanya sebentar untuk mengambil handphoneku.

"Li, gue numpang ke kamar kecil bentar, gue udah nggak tahan pengen kencing" ucap Kirun saat aku sudah berhasil menemukan handphone ku.

"Oke, gue tunggu di mobil" jawabku dan Kirun segera berlari ke kamar kecil. Akupun segera berjalan keluar dan saat aku baru saja melewati pintu rumah. Seseorang yang ku kenal mengejutkanku.

"Al-" ucapku terpotong

"Brengsek!" Umpatnya. Kurasakan pukulan keras mengenai rahangku. Tidak hanya sekali. Akupun tidak ada niatan membalasnya. Aku sadar pasti ini ada sangkut pautnya dengan Prilly. Aku sudah mengecewakannya. Biarkan dia puas menghajarku.

To be continued...

CLASH: Another Ali And Prilly StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang