Part 3 Malam pertama yang tak terjadi

598 8 1
                                    

Warning
****
Banyak typo bertebaran dan kalimat ejaan yang masih berantakan ,mohon pengertiannya.
vote & komen , baik itu kritik ataupun masukan untuk saya .
Thanks :D

***

Waktu telah menunjukkan pukul 05.00 pagi, sudah Waktunya setiap umat muslim untuk menunaikan sholat subuh.

Sudah menjadi kebiasaan untuk Tiyah bangun di pagi dini hari, biasanya Tiyah akan langsung melaksanakan sholat tahajud setelah itu Tiyah akan mengaji hingga waktu sholat subuh tiba.

Tapi hari ini Tiyah terlambat bangun tidur , mungkin dikarenakan kecapekan setelah perjalanan yang cukup panjang kemarin.

Flashback

Setelah acara resepsi selesai, Hasan dan Tiyah segera beristirahat .

Di dalam kamar, Tiyah hanya berdiam diri duduk di pinggiran kasur sambil memikirkan apakah malam ini Mas Hasan akan meminta haknya sebagai seorang suami.

lalu jika Tiyah belum siap apakah boleh menolaknya dan bersedia menunggu sampai Tiyah siap lahir dan batin, apakah Tiyah akan berdosa jika tidak ingin melakukan malam pertama.

Dan jawaban nya tentu saja berdosa, Tiyah sangat mengerti tentang ajaran agamanya.

Tiyah hanya bisa berdoa disaat ini , semoga mas Hasan suaminya bisa mengerti dengan keadaannya.

Meskipun kini mereka telah sah secara agama dan hukum.

Tapi tetap saja Tiyah tidak akan pernah bisa melakukannya jika bukan dengan seorang pria yang dicintainya.

Tiyah tidak siap untuk disentuh ,sekalipun mas Hasan adalah suaminya sekarang.

Sejak akad nikah mulai dilaksanakan Tiyah tidak berhenti menangis, saat acara resepsi pun Tiyah tetap mengeluarkan air matanya .

Tapi Tiyah berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan keluarga nya dan para tamu, berpura-pura kalau ia bahagia dengan pernikahan ini.

Sama halnya dengan Tiyah Hasan pun sedang berfikir , dia harus membicarakan hal ini berdua dengan Tiyah nanti.

Hasan tidak akan meminta haknya sebagai suami untuk saat ini, semua pasti butuh proses pengenalan antara mereka berdua.

Lama hening diantara mereka, akhirnya Hasan yang memutuskan untuk berbicara duluan dengan berdehem sebentar, lalu berkata :

"Tiyah , kamu tau kan kita sekarang sudah menikah .

"Saya tahu kalau ini mungkin berat untuk kamu menerima semua ini atau mungkin kamu masih syok sampai saat ini, dan saya minta maaf karena telah membuat pernikahan secara dadakan seperti ini.

"Tapi ketahuilah saya menikahi Tiyah dengan niat yang tulus dan ingin membangun rumah tangga yang sakinah mawadah warohmah hingga kita sama- sama menua nanti.

"Saya mungkin bukan pria yang Sholeh, juga bukan pria yang romantis.

"Tapi saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk anak dan istriku, jadi mari kita bersama-sama berusaha untuk mewujudkannya.

"Saya tidak akan memaksa Tiyah untuk memenuhi hak saya sebagai suami.

"Saya sangat mengerti kamu butuh waktu untuk Bisa menerima dan terbiasa dengan semua ini.

" Kita mulai dengan mengenali sesama , sifat-sifat dan kepribadian kita.

"Bersama-sama kita membangun kepercayaan untuk saling melengkapi satu sama lain, menutupi segala kekurangan kita dan perlahan-lahan mulai belajar untuk saling mencintai .

"Saya akan memberikan waktu untuk kita melakukan pendekatan kurang lebih selama dua tahun, anggap saja selama dua tahun itu waktu masa kita berpacaran.

"Bagaimana Tiyah, apakah kamu bersedia mengikuti semua yang saya bilang tadi.

Tiyah menangis mendengar semua perkataan suaminya yang sangat serius dan tulus, ia pikir mas Hasan tidak akan mengerti dirinya.

Tapi ternyata sebaliknya mas Hasan justru sangat pengertian untuk memberikan waktu untuknya.

Lalu kenapa ia harus keberatan dengan keputusan mas Hasan , karena cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu.

Tapi satu pertanyaan yang masih janggal dihatinya, kenapa mas Hasan harus menikahinya secara mendadak.

Mungkin sebaiknya ia tanyakan nanti setelah mereka berdua pulang ke Kalimantan, rumah yang akan menjadi tempat ia memulai hidup baru.

Setelah berfikir cukup matang, Tiyah pun memutuskan untuk menjawab nya.

"Ya , mas Hasan, insyaallah Tiyah bersedia.

"Syukurlah, sekarang mari kita tidur dan beristirahat.

"saya tahu pasti kamu sangat lelah, begitupun saya sangat lelah sekali.

"Iya, hmm...
Dengan gugup Tiyah melanjutkan perkataannya

"mas Hasan, apa kita harus tidur bersama di kasur ini.

"Tentu saja,kita sudah sah sebagai suami-istri, dan saya tidak akan ngapa-ngapain kamu kalau itu yang kamu khawatirkan jadi tidurlah sekarang.

"Iya mas.

Tiyah lalu menaiki kasur dan merebahkan dirinya menghadap ke kanan.

sedangkan Hasan sendiri sudah terlebih dulu merebahkan dirinya berlawanan arah dengan Tiyah.

Mereka memang sama-sama berbaring tapi tidak ada satupun yang saling tertidur.

Mereka sama-sama terluka dengan pernikahan ini, tapi Hasan dan Tiyah sudah mempunyai kesepakatan untuk memulai dan menghadapi semua permasalahan yang akan datang secara bersama.



Sudden MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang