Part 4 Kehidupan baru yang dimulai

485 5 2
                                    

Warning
****
Banyak typo bertebaran dan kalimat ejaan yang masih berantakan ,mohon pengertiannya.
vote & komen , baik itu kritik ataupun masukan untuk saya .
Thanks :D

Happy Reading

Tiyah baru saja selesai mengerjakan sholat subuh berjamaah dengan suaminya Hasan.
Selesai sholat, Tiyah ikut membantu Mama mertuanya didapur menyiapkan sarapan pagi.

Mama Hasan yang melihat kedatangan Tiyah , hanya melirik sekilas lalu mulai menyuruh Tiyah untuk membantu menata sanggar pisang dan membuatkan teh hangat untuk Hasan.

Mama Hasan memang kurang menyukai menantunya itu karena untuk memasak didapur saja Tiyah tidak bisa melakukan nya.
Terlebih Mama Hasan belum mengenal Tiyah lama , jadi Mama Hasan agak canggung untuk bertegur sapa dengan menantunya.

Tiyah sendiri menyadari jika Mama mertuanya itu sejak awal memang kurang menyukai dirinya.
Tiyah pikir , itu wajar saja karena mereka belum terlalu mengenal lebih jauh.
Berbeda sekali dengan ayah mertuanya yang sangat ramah tamah serta sering mengajak nya untuk mengobrol bersama.

Tiyah masih tinggal ditempat mertuanya itu untuk seminggu ke depan.
Setelah itu Tiyah dan Hasan akan pindah ke rumah yang di sewa oleh suaminya Hasan.
Tiyah mana bisa berlama-lama tinggal dirumah mertuanya, Tiyah lebih senang jika tinggal dirumah sendiri memulai semuanya dari bawah .

Kalimantan memang sangat jauh berbeda dengan kampung nya di Jawa.
Jika di rumahnya sana saat pagi hari seperti ini, Tiyah pasti akan kedinginan.

Kalimantan rupanya memiliki iklim tropis, di wilayah ini terbilang banyak sekali orang yang merantau untuk bekerja disini.
Katanya Kalimantan itu tempat yang banyak lapangan pekerjaan, gajih yang didapatkan cukup memadai.
Hanya saja, di kalimantan harga terbilang mahal terutama dikota Balikpapan.

Hasan yang sedang selesai dari mengajar dikelas sekolah dasar , segera keluar untuk menuju kantor para guru.
Ketika Hasan masuk, dia langsung mendapatkan banyak ucapan selamat dari teman-teman sesama guru.

"Hasan selamat ya atas pernikahannya, maaf nggak bisa datang jauh banget sih acaranya di Jawa."

"Iya tidak apa-apa, terimakasih"

Semua guru sudah mengucapkan selamat dan ada yang memberi hadiah kepada Hasan, tapi tak lama kemudian datang seseorang menegur Hasan.

"Hasan, selamat ya akhirnya nyusul juga.tapi kalau boleh tahu kenapa kamu nikahnya sama orang lain bukan sama Ana setahuku dia kan kekasihmu."

Hasan yang mendapatkan pertanyaan yang sudah dia duga akan ditanyakan oleh sahabatnya ini pak bagus, yang sudah lama mengenal Hasan sejak kuliah.
Hasan hanya tersenyum kecut lalu menjawab.

"Yah apa boleh buat , ketika aku pergi kerumah Ana, ternyata dia sudah menikah dengan orang lain."

"Aku terlambat meminangnya menjadi istriku, yah mungkin memang bukan jodoh.
Tapi aku bersyukur menikahi Tiyah, menurutku dia wanita yang sangat tepat untuk mendampingi ku."

"Kalau begitu keadaannya, saya hanya bisa mendoakan kamu Hasan , semoga kehidupan kamu bersama istri kamu Tiyah selalu bahagia. Satu lagi semoga punya banyak anak deh ."

Hasan yang mendengar doa dari sahabatnya itu mengaminkanya lantas tersenyum.

Dirumah mertuanya, saat ini Tiyah sedang mencuci piring kotor bekas memasaknya tadi.
Hari ini Tiyah yang memasak sayur sop ayam dan ibu mertuanya yang membuat sambal dan menggoreng ikan.
Bumbu sayur nya bukan Tiyah yang membuat melainkan ibu mertuanya.

Masih diingatnya tadi ketika ibu mertuanya akan mencicipi sayur sop ayam yang Tiyah masak, ketika di cicipi rasanya sangat asin .
Tiyah kena omel ibu mertuanya, dibilangin istri yang tidak baik tidak bisa membahagiakan suaminya dengan masakannya.

"Ya ampun Tiyah, ini sayurnya asin sekali kamu ingin membunuh suamimu. Kamu ini sebenarnya bisanya apa sih, heran saya kok bisa-bisanya Hasan menikahi kamu. "

Tiyah yang mendengar perkataan ibu mertuanya hanya sanggup menundukkan kepalanya seraya meminta maaf atas keteledoran nya yang memasukkan garam terlalu banyak.

"Maaf ma, Tiyah teledor tadi."

"Ya sudah, saya maafin kamu tapi lain kali kejadian seperti ini jangan diulangi lagi."

Setelah selesai mencuci piring, Tiyah segera ke kamar untuk mandi dan berganti baju.

Ting tong....
Suara bel rumah berbunyi
Tiyah bergegas ke depan untuk membuka pintu yang dia yakini itu mas Hasan suaminya yang sudah pulang.

"Assalamualaikum...
"Waalaikumsalam mas , mari makan dulu mas .
Mama dan papa sudah ada di meja makan menunggu mas pulang.

Tiyah mengambil tas kerja suaminya dan meletakkan nya dikamar, kemudian segera menyusul suaminya untuk bergabung dimeja makan.

"Hasan makan yang banyak nak, kamu pasti lelah dan lapar ."
Ucap Mama Hasan yang tersenyum kepada anak pertamanya itu.

Tiyah yang merasa sudah kewajiban nya untuk melayani suaminya segera bangkit berdiri mengambilkan suaminya nasi , sayur disertai lauk pauknya. Ketika hendak mengambilkan sambal untuk mas Hasan, tiba-tiba mamanya menginterupsi.

"Hasan tidak suka makan sambal, seharusnya kamu sebagai istrinya sudah tahu itu."

Hasan yang melihat mamanya yang berlaku seperti itu kepada Tiyah hanya menghela napas.

"Tak apa Tiyah, lain kali bertanyalah dulu , sekarang mari kita makan saya sudah sangat lapar sekali."

"Iya mas,"

Tiyah lalu memberikan piring yang sudah diisi tadi kepada suaminya.

Mereka semua makan dalam keadaan hening. Tidak ada yang berbicara karena mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing .

Tiyah yang mulai kewalahan dengan sikap ibu mertuanya itu, Hasan yang sangat tahu betul kalau mamanya belum bisa menerima Tiyah di keluarga ini.

Sedangkan Mama Hasan masih saja heran kenapa anaknya mau menikahi wanita yang jelas-jelas terlihat tidak pandai memasak.
Lain halnya dengan ayahnya Hasan yang diam saja menyaksikan semua itu, Ayahnya seperti meyakinkan dirinya apakah Tiyah benar-benar wanita yang dicintai anaknya mati-matian.

Tbc

Jangan lupa vote & komen yah :D

Sudden MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang