Krystal duduk termenung di teras rumahnya, menunggu lelaki yang selalu menjemputnya. Tapi hari ini, sudah hampir 1 jam ia menunggu. Lelaki itu tak kunjung terlihat batang hidungnya.
"Dimana dia? Tidak biasanya seperti ini." Ujarnya sembari mengamit tasnya yang tergeletak di bangku terasnya.
Ia berulang kali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Tanpa sengaja matanya menangkap seseorang yang sangat dikenalnya. Oh tunggu, bukan lelaki yang ia tunggu.
"Sera-ya." Teriaknya lalu berlari menghampiri Sera.
"Eonni, kau belum pergi ke sekolah?"
"Dimana Sehun?"
"Oppa sudah pergi ke sekolah satu setengah jam yang lalu."
"Mwo?!" Krystal membelalakan matanya tak percaya dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Sera.
"Aku pikir kau yang memintanya untuk berangkat lebih pagi. Kau tau kan Sehun Oppa--"
"Arraseo, aku pergi dulu Sera-ya." Krystal langsung saja berlari tanpa mempedulikan Sera dengan wajah kesalnya.
"YA eonni! Ah apa mereka berdua selalu begitu, Sehun Oppa tidak pernah mau mendengar aku menyelesaikan omonganku dan sekarang Soojung eonni."
Krystal berlari menuju halte bus, yang ada dipikirannya sekarang adalah ia tidak boleh terlambat karena 20 menit lagi bel akan berbunyi.
"Sialan kau Sehun. Awas saja."
Krystal langsung menerobos masuk ke dalam bus yang lumayan padat itu. Ia berusaha menetralkan nafasnya yang masih ngos-ngosan karena berlari tadi.
~~
Kai Pov
Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Memastikan agar aku tidak terlambat untuk masuk sebelum gerbang di tutup.
Tanpa sengaja mataku menangkap seorang gadis dengan rambut panjangnya yang terurai baru keluar dari bus sambil melompat.
"Krystal."
Tidak biasanya dia datang sangat telat seperti ini.
Senyumku terulas begitu saja saat melihat wajahnya yang sangat kesal saat ini. Aku sengaja tidak melanjutkan jalanku dan malah menunggu gadis yang tak menyukaiku itu.
Tiba-tiba dia berlari melewatiku begitu saja. Hey, bukankah ketika melewati teman sekelasmu kau harus menyapanya.
"Aigoo, apa aku tidak terlihat olehnya?"
Aku berlari mencoba mengejarnya, memang jarak untuk sampai ke gerbang masih cukup jauh. Aku menarik tangannya dan sepertinya itu cukup membuatnya terkejut dengan matanya yang membulat seperti itu.
Aku membawanya berlari bersamaku, tidak ada maksud apapun hanya saja kita berdua memang terlambat. 1 menit saja kita berjalan santai maka tidak ada harapan bisa masuk ke dalam sekolah.
Aku tidak mendengar suara dingin itu keluar dari bibir gadis itu. Dia benar-benar tak mengucapkan satu patah katapun, hanya ikut berlari bersamaku.
Tidak biasanya.
Kami berhasil melewati gerbang tepat saat bel masuk berbunyi. Aku masih mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Mataku melirik sebentar ke arahnya.
Gadis cantik ini benar-benar membuatku tidak tega.
"Tidak biasanya kau sangat ter--" belum sempat aku menyelasikan ucapanku, gadis itu sudah melenggang pergi mendahuluiku.
"Ck, ku kira dia sudah menjadi baik, nyatanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Believe (SLOW UP)
أدب الهواةPercaya. Satu kata yang sangat gampang diucapkan, tapi tak banyak orang yang bisa melakukannya. Kenapa? Mempercayai seseorang itu sangat sulit, sekalipun dia sudah sangat dekat dengan kita. Walaupun akhirnya kita percaya, tapi terkadang kepercayaan...