I Want Hear Your Voice Chapter 7

1.4K 119 14
                                    

I Want Hear Your Voice Chapter 7
Author: Luksa Gyueren Kyuzizi.

Tujuh Tahun Lalu
Disaat umur kita bertambah, sebenarnya jatah umur kita pun berkurang, tapi ada kesan tersediri yang cukup mengesankan seperti halnya menerima kado ulang tahun dan ucapan.
Hari ini adalah hari spesial bagi Myungsoo, umurnya bertambah dan ia mendapatkan banyak kado dari teman-teman, terutama para wanita.
Myungsoo anak kedua dari tiga bersaudara. Ia punya kakak lelaki (Kyusoo), dan adik lelaki (Moonsoo). Beberapa bulan lalu adiknya Myungsoo mendapat kado pen tablet dari sang kakak sulung, karena itulah Myungsoo juga berharap di ulang tahunnya mendapat kado spesial dari kakaknya.
"Hyung," Myungsoo berjalan masuk ke kamar kakaknya, ada Kyusoo sedang memainkan laptop.
"Kenapa Myung?" Sang kakak masih belum melepas pandangan dari layar laptop.
"Hyung ingat tidak hari ini hari apa?"
"Hari selasa." jawab Kyusoo, datar.
"Bukan itu." Myungsoo mulai sebal, ia menutup laptop hyungnya.
"Hei! Jangan ganggu!"
"Masa hyung lupa?" Myungsoo sangat berharap kakaknya itu ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Myung.
Belum selesai bicara, ponselnya Kyusoo berbunyi, ada pesan masuk.
"Wah, Haenam, tunggu aku."
"Haenam?" Myungsoo mengangkat sebelah alis. Haenam itu kan tempat yang sangat jauh, meskipun masih sama-sama korea selatan. "Hyung mau ke Haenam?"
Kyusoo menempelkan jari di depan bibirnya sendiri sambil berbisik, 'Ssst'. Ia lalu menutup pintu kamar, setelah memastikan tak ada yang mendengar.
"Aku mau pindah kesana, ada bisnis baru dengan teman-teman."
"EH?" Myung kaget mendengar berita baru ini. "Eomma dan Appa sudah tahu belum?"
"Tahu, tapi tentu saja mereka melarang. Appa ingin aku jadi dokter seperti dia, tapi aku tak mau, aku ingin membuka bengkel otomotif bersama teman-temanku. Meskipun hanya bisnis kecil sih, kami akan memulainya di Haenam."
Mendengar impian kakaknya yang begitu besar, Myungsoo ikut senang. Tapi... jika Kyusoo pindah, berarti ia tak akan bertemu kakak kesayangannya lagi. Terlebih, orang tua mereka pun pasti menentang keras rencana pindahan ini.
Berita Haenam sudah membuat Myungsoo melupakan hari ulang tahunnya, ia terus kepikiran masalah kakaknya yang mau pindah.
Sore harinya, Myungsoo dan adiknya (Moonsoo) jalan-jalan keluar sambil mampir beli makanan.
"Moon, kamu tahu kalau Kyusoo hyung mau pindah?"
"Tahu." balas Moonsoo. "Tapi ayah kan tidak setuju."
Hmmm... sulit juga. Disatu sisi, Myung ingin kakaknya itu sukses meraih impian, tapi di sisi lain ia juga akan sedih kalau berpisah.
"Eh, hyung, nih." Moonsoo menyerahkan sebuah kotak yang dibungkus kertas kado motif bintang perak. "Saengil chukkae."
"Oh iya, hari ini aku ulang tahun." Myung kaget padahal sejak pagi ia kesal karena belum dapat hadiah dari saudaranya. "Gomawo."
"Kau dapat apa dari hyung?"
"Dia bahkan tak ingat hari ini aku ulang tahun." Myungsoo tertunduk sambil menatap kado dari adiknya, kadonya lumayan berat, entah apa isinya.
Seharian ini Myungsoo asyik bermain dengan adiknya di taman kota, isi dari kado itu ternyata mainan helikopter yang dikendalikan remote kontrol. Sepertinya ini mainan yang mahal, tapi si adik menolak memberitahu harganya.
Moonsoo keasyikan memainkan kado yang dibelinya sendiri, sementara Myungsoo hanya melihat karena sebelumnya ia sudah puas bermain.
Walaupun sekarang Myung bersama adiknya, tapi ia tak bisa berhenti memikirkan kakaknya yang akan pindah dan tak akan tinggal lagi dengannya.
Moonsoo berhenti mengajak Myung bermain setelah ia bertemu teman-temannya di taman. Karena hari sudah sore, Myung pulang terlebih dahulu sambil membawa pesawat remote kontrol.
~
~
Seandainya kita terus bersama bertiga, pasti menyenangkan...
~
Setibanya di rumah, Myungsoo dihadapkan oleh situasi yang tidak mengenakan. Ayahnya sedang ribut besar dengan Kyusoo.
"Myung, sini." Eomma menarik Myung agar tidak ikut campur.
Ayahnya Myung adalah seorang dokter gigi yang bisa dibilang cukup sukses, beliau mengamuk karena anak sulungnya ingin pergi dari rumah untuk melakukan bisnis dengan teman-teman daripada meneruskan pekerjaan ayah sebagai dokter.
"Aku punya impianku sendiri." bentak Kyusoo. "Hanya karena aku anak ayah, bukan berarti ayah berhak mengatur semua kehidupanku."
"Kau mau pindah dan berbisnis tak jelas!?" Appa balas membentak. "Kau itu kakaknya Myungsoo dan Moonsoo, harusnya kau memberikan contoh yang baik bagi mereka!"
"Aku bisa nekat pergi kalau ayah tak mengizinkan." Kyusoo tak mempedulikan ucapan ayahnya. Mungkin karena terlalu emosi dan lepas kendali, ayah menampar Kyusoo sangat keras sampai anak sulung itu terjatuh.
"Hyung!" Myungsoo buru-buru menghampiri kakaknya, saat itu Myung masih memegang kado dari Moonsoo.
"Jangan ikut campur!" Kyusoo mendorong Myung sampai kado yang dipegang terbentur di tembok, baling-baling helikopternya rusak.
Kyusoo kaget melihat apa yang sudah ia perbuat, tapi ia kembali mengalihkan pandangannya pada Appa yang sedang marah.
Suasana cukup panas dan tegang, Kyusoo lantas menaiki tangga menuju kamarnya, disusul Myungsoo.
"Hyung! tunggu!"
Kyusoo mengeluarkan koper kecil, menjejalkan setiap kaos, celana dan barang-barang seadanya.
"Hyung mau kemana?" Myung fokus memperhatikan wajah Hyungnya yang sedang emosi.
"Sudah jelas kan? Aku mau pergi dari rumah."
"Jangan!" Myung menghentikan pergerakan tangan Kyusoo yang sibuk melipat kaos.
"Myungsoo! Sudah kubilang, jangan ikut campur!"
"Hyung jangan kabur dari rumah! Jangan tinggalkan aku, moonsoo, eomma dan appa. Pokoknya aku tidak mau hyung pergi!"
"Jangan manja!" Bentak Kyusoo. "Kenapa ayah selalu membanding-bandingkan aku denganmu? Aku anak pertama yang selalu dituntut untuk sempurna, tapi semua kesempurnaan itu jatuh padamu. Kau tahu seberapa seringnya aku kesal karena cemburu pada adikku sendiri yang sering dibanggakan orangtua?"
Myungsoo diam karena kaget mendengar ucapan hyungnya. Ia tak pernah merasa sempurna, ia pun punya banyak kekurangan, Myungsoo justru menjadikan Kyusoo sebagai panutan.
"Maksud hyung apa?" Myungsoo tak siap jika harus mendengar ucapan menyakitkan.
"Aku tak pernah berharap punya adik." Balas Kyusoo. "Aku tak suka jadi anak pertama yang selalu dituntut serba bisa, dibandingkan dengan adikku sendiri. Kau senang kan saat orang lain bicara buruk tentangku? karena dengan begitu kau akan terlihat lebih hebat."
"Aku tak pernah berfikiran begitu!" Myungsoo mulai emosi.
"Jangan munafik!" Kyusoo menatap tajam Myungsoo. "Kau mau tahu yang sebenarnya? aku membencimu, aku berharap kau dan Moonsoo tidak lahir."
Ada banyak hal yang membuat Myungsoo kaget, tapi mungkin ucapan hyungnya inilah yang paling membuat dia kaget.
"Hyung tidak serius kan?" Myung masih berharap kakaknya itu sedang bercanda.
"Kalau kau dan Moonsoo tidak ada, aku pasti tak akan seperti ini."
....
......
........
Myungsoo membuka lemari Kyusoo, lalu melemparkan semua isi lemari ke lantai.
"Pergi sana ke Haenam! Jangan pernah kembali!" balas Myungsoo. "Di rumah ini hanya akan ada aku, Moonsoo, eomma dan appa! Sebaiknya kau jangan pernah kembali! Pergi temui teman-temanmu dan meraih impianmu yang tak jelas itu!"
Tanpa disuruhpun Kyusoo memang mau pergi, ia sudah mengepak semua barang-barangnya dan berjalan menuruni tangga. Appa sudah tidak mau peduli, eomma hanya menangis dan mencoba menghentikan Kyusoo walau hasilnya sia-sia.
"Eomma pasti akan sering mengunjungimu bersama adik-adikmu." kata Eomma.
"Aku tak sudi menemuinya!" balas Myungsoo. "Aku benci hyung!"
Eomma kaget mendengar Myung bicara seperti itu karena ia tahu bahwa Myung dan Kyusoo sangat dekat.
Kyusoo memeluk ibunya, ia hanya melihat selintas Myungsoo dan Ayahnya yang sedang diam dalam emosi.
"Appa.. Eomma... Myungsoo... jaga diri kalian baik-baik." kata Kyusoo.
Moonsoo si anak bungsu sempat melihat keributan itu, ia hanya diam dalam kaget, mencoba menghentikan hyungnya tapi tetap saja percuma.
Saat itu kalimat terakhir yang disebutkan Myungsoo pada kakaknya yaitu;
'Aku benci hyung'.
.........
...........
..............
Impian Kyusoo untuk membuka bengkel bersama teman-temannya di Haenam kini sudah lenyap. Bukan karena ia berubah pikiran, ataupun sang ayah berhasil membujuknya kembali.
Kyusoo mengalami kecelakaan saat akan menuju halte, ia dilarikan ke rumah sakit. Eomma, Appa dan Moonsoo bergegas ke rumah sakit, Myungsoo masih di rumah, ia khawatir tapi masih sakit hati dengan ucapan Kyusoo tadi.

I Want Hear Your Voice (IWHYV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang