I Want Hear Your Voice Chapter 4

1.5K 117 15
                                    

I Want Hear Your Voice Chapter 4
Author: Luksa Gyueren Kyuzizi.

____Cerita sebelumnya___
Woohyun ceria tapi egois, untuk pertama kalinya ia peduli pada seorang lelaki bisu bernama Sunggyu. Tapi ternyata Gyu tidak bisu, ia berhenti bicara lima tahun lalu. Di masa lalu, keluarganya Gyu hancur karena ucapan Gyu. Setelah itu ia tinggal bersama Jong Seok (ayah tiri) yang sering menyiksanya. Woohyun perlahan mulai tertarik dengan kehidupan Gyu dan berjanji untuk mengembalikan kembali impian Sunggyu yang hilang.
(Harap baca chapter 1, 2 & 3 karena ceritanya lebih lengkap).
----
Acara jalan-jalan Woohyun dan Gyu ke planetarium telah membawa kemajuan besar pada usaha Woohyun untuk membuat teman barunya itu mau bicara. Tak hanya itu, Gyu bahkan menceritakan semua tentang masa lalunya... tapi lewat sms.
Tentang bagaimana kehidupan Gyu saat masih bersama keluarga, kakak perempuannya, insiden yang menyebabkan ayahnya meninggal, Yon Ah yang meninggal, sampai ayah tirinya (Jong Seok).
Pagi ini Woohyun bangun cepat, ia masih kepikiran dengan cerita dari Gyu. Pasti rasanya sangat sakit ditinggalkan semua anggota keluarga, setelah bangun tidur ia langsung berjalan ke arah dapur dan melihat ibunya sedang masak.
"Eomma... sedang masak apa?" tanya Woohyun sambil memeluk ibunya dari belakang.
"Kenapa anakku jadi manja begini?" ibunya Woohyun tertawa kecil sambil sambil tetap mencampur bumbu di penggorengan.
Mendengarkan masa lalu Gyu rupanya membuat Woohyun jadi mendadak merindukan ibunya. Ya, dia rindu ibunya dan masih bisa memeluknya sekarang. Sebanyak apapun Gyu merindukan sosok ibu, ia tak bisa memeluk ibunya sendiri.
Saat sarapan, Woohyun satu meja dengan ayah dan ibunya.
"Eomma, appa... aku boleh menginap di rumah teman?" tanya Woohyun, ia khawatir dengan jawaban yang akan ia terima karena ini pertama kalinya dia menginap di rumah orang lain.
Ibu dan ayahnya Woohyun saling pandang karena bingung, menginap? Woohyun kan paling tidak suka kalau ada acara menginap yang diadakan di sekolahnya, ia selalu mengeluh dengan alasan 'Acara menginap hanya akan membuatmu kehilangan jatah tempat tidur, bantal dan guling, kecuali temanmu itu tidur di lantai'.
"Teman yang mana?" tanya Ayah
"Gyu." jawab Woohyun.
"Oh yang kemarin." Ibunya masih ingat. "Menginap semalam kan?"
"Lima hari." balas Woohyun. "Kemarin dia cerita, ayah tirinya sedang keluar kota selama lima hari."
Kedua orangtuanya jadi bingung, tapi mereka berfikiran sama: Woohyun itu kan anak tunggal, wajar saja dia semangat untuk terus menempel dengan Gyu.
"Jangan membuat Sunggyu kerepotan." kata Ayah.
"Sampaikan salam kami untuknya." timpa Ibu.
"Siap!" Woohyun sangat senang karena permintaannya dikabulkan. Ia ternyata sudah menyiapkan koper berisi pakaian ganti dan perlengkapan lainnya, pantas saja dia bangun pagi-pagi hari ini. Ibu juga menitipkan kue buatannya untuk Sunggyu.
_
Sementara itu di lain tempat, Gyu masih tidur, ia tidur lebih nyenyak dari biasanya, mungkin dia merasa sangat lega setelah curhat pada Woohyun lewat sms kemarin malam.
Gyu terbangun saat mendengar bunyi bel, padahal sekarang masih jam enam pagi.
Membaca apa yang lawan bicara pikirkan bukanlah keahlian Gyu, ia benar-benar tak habis pikir dengan tingkah sesosok makhluk bernama Woohyun.
Woohyun berdiri di depan pintunya rumahnya sambil membawa koper besar.
"Aku menginap disini selama lima hari, mohon bantuannya." kata Woohyun sambil memamerkan kopernya.
Gyu buru-buru menutup pintu, tapi Woohyun menahan pintunya.
"Aku keras kepala sama sepertimu, jadi percuma saja melarangku." kata Woohyun sambil berjalan masuk ke rumah.
Woohyun menerobos kamarnya Gyu, ia meletakan tumpukan pakaian di lemari, meletakan fotonya di atas meja, bahkan menempelkan poster wajahnya sendiri di tembok.
Apa-apaan dia? Kamarnya Gyu jadi penuh dengan barang-barang milik Woohyun, terutama posternya Woohyun. Seolah-olah kamar ini bukan milik Gyu, tapi milik Woohyun. Gyu langsung melepaskan poster Woohyun yang ditempel di tembok.
"Eh! Jangan dilepas!" Woohyun heboh, tapi Gyu mengabaikan ucapan Woohyun dan terus melucuti setiap poster yang dipajang di tembok kamarnya.
Mungkin memasang poster memang keterlaluan... ya setidaknya Gyu tidak melempar fotonya Woohyun yang ada di meja ke tempat sampah.
"Baru kali ini aku punya roommate." Woohyun semangat, maklum... dia biasa sendirian dan tak pernah ikut acara kemping maupun acara menginap yang diadakan teman-temannya. "Hei Gyu, jangan diam saja dong, katakan sesuatu."
Gyu sibuk menghitung catatan keuangan di kertas, ia benar-benar mengabaikan orang asing yang seenaknya menjajah kamarnya itu.
Woohyun lalu merangkul bahunya Gyu, "Kapan-kapan kita berkemah yuk, nanti aku ajak teman-temanku yang lain. Tidur di alam liar sepertinya menyenangkan."
Gyu menulis cepat di kertas lalu menunjukannya pada Woohyun, di kertas itu tertulis;
'Kau pasang saja tenda di kebun belakang rumahku kalau mau berkemah, tidur sendirian saja sana'.
"Astaga...Tega." Woohyun shock. "Eh... kenapa masih ngobrol di kertas? Bukannya kau mau ngobrol denganku? ayo bicara, kan hanya ada aku saja."
Meskipun sebelumnya Gyu pernah bilang bahwa ia hanya akan bicara dengan Woohyun, tapi sepertinya ia masih sedikit ragu dan malu-malu.
"Aku belum mendengar kau bicara hari ini." kata Woohyun. "Ayo ucapkan sesuatu." pinta Woohyun.
Gyu menghela nafas, ia lalu melirik Woohyun dan bicara; "Kau menyebalkan." kata Gyu sambil berjalan keluar kamar.
EH!? Woohyun langsung merasa senang dan sedih. Senang karena Gyu bicara lagi, tapi sedih karena kalimat yang diucapkan Gyu adalah 'Kau menyebalkan'.
Woohyun tertawa sambil menyusul Gyu yang menyiapkan sarapan di dapur.
"Biar aku saja yang masak." Woohyun mulai menggeledah isi kulkas. "Hanya ada kentang... daun bawang... bumbu... lalu... es krim?" Woohyun melihat Gyu tapi Gyu'nya buang muka karena tak menyangka akan kepergok hobi makan es krim.
"Aku mau masak nasi kare es krim." kata Woohyun.
"Eh? sungguh?" Gyu kaget dan keceplosan bicara, Woohyun langsung puas menertawakannya.
"Mana ada masakan seperti itu hahaa..." Woohyun mulai sibuk memotong bahan-bahan sayuran. "Ibuku mengajariku masak karena dulu aku sering ditinggal sendirian di rumah."
"Kau mandi dulu sana." kata Woohyun. "Gantian, nanti kau telat masuk kerja."
Sudah jam enam lewat lima belas, sebaiknya Gyu siap-siap sebelum ia telat masuk kerja dan gajinya dipotong.
Keduanya sarapan di ruang tamu, meskipun tak mengatakannya tapi Gyu senang karena hari ini ia tak sendirian di rumah. Saat bersama dengan Jong Seok, Gyu harus sembunyi-sembunyi jika ingin makan, tapi saat ini ia bisa santai menyantap makanan bersama Woohyun yang dari tadi bicara tanpa henti.
"Mana?" Woohyun menyodorkan telapak tangannya.
"Apa?" Gyu balik bertanya.
"Kunci duplikat. Memangnya kau mau aku kedinginan di luar rumah gara-gara menunggu kau datang dan membuka pintu? tenang saja, kau bisa percaya padaku, tak akan ada barang-barang yang hilang."
Woohyun memang seenaknya, tapi Gyu tampaknya tak keberatan memberikan kunci duplikat rumah. Gyu pulang ke rumah malam, sementara Woohyun pulang sekolah sore, beda lagi ceritanya jika Woohyun mampir ke restauran dan menjemput Gyu.
Jika sebelumnya Gyu sama sekali tak bersemangat untuk pulang karena tak ada yang menantinya, kini ia bisa senang karena jika pulang nanti, ia tak akan sendiri. Gyu bekerja seperti biasa di tiga tempat, begitu juga Woohyun yang bersekolah dan berkutat dengan banyak materi pelajaran.
Woohyun pulang ke rumah (Rumahnya Gyu) sekitar jam lima sore, ia benar-benar sudah terbiasa di rumah itu dan beranggapan seolah itu memang rumahnya. Woohyun jalan-jalan menelusuri rumah, lalu masuk ke kamarnya Yon Ah yang masih rapi.
"Wah... Gyu rajin mengurus rumah ya." Woohyun terpukau melihat kamar tak berpenghuni yang tetap bersih walau sudah ditinggalkan selama lima tahun.
Di kamar itu ada beberapa foto Yon Ah dan barang-barang pribadinya seperti buku, tv, komputer dan yang lainnya.
"Rasanya mukanya tak asing, dimana aku pernah melihatnya ya?" Woohyun membatin sambil melihat foto Yon Ah, tapi ia tetap tak bisa mengingat. "Hmm... mungkin kami memang pernah berpapasan entah dimana."
Sepertinya Woohyun harus belajar lebih banyak tentang apa itu privasi karena dia malah keasyikan melihat benda-benda di meja belajar Yon Ah, perhatiannya tertuju pada sebuah kepingan cd dengan teks 'Sunggyu's Song'.
"Lagunya Gyu?!" Woohyun meraih keping cd itu, ia lirik kiri-kanan, memastikan Gyu belum pulang, ia lalu lari ke kamarnya Gyu dan mengambil laptop.
"Rekaman suaranya Gyu dulu? dia tidak akan tahu kalau aku diam-diam mengambilnya kan?"
Woohyun memindahkan isi lagu yang ada di cd ke dalam ipod biru miliknya. Antara penasaran dan semangat, saat Woohyun menyalakan lagu... ia bisa mendengar suara Gyu saat bernyanyi.
Di dalam keping CD itu ada hanya ada satu lagu berjudul 'Only Tears'.
'Kenapa lagunya sangat ballad', Woohyun jadi ikut sedih saat lagu diputar, tapi ia merasa senang karena akhirnya bisa mendengarkan Gyu bernyanyi walaupun lewat rekaman yang diam-diam ia curi.
Orang yang awalnya ia kira bisu...
Orang yang tak pernah bicara selama lima tahun...
Orang yang sudah mulai membuka hati tapi masih pelit bicara...
Ternyata bisa membawakan alunan musik yang indah seperti ini.
"Kalau duet denganku pasti keren." Woohyun mengandai-andai.
Waktu terus berlalu, Woohyun asyik malas-malasan di kamar sambil mendengarkan lagunya Gyu. Gyu pulang ke rumah jam sembilan malam, ia berjalan menuju kamarnya.
Ugh... yang benar saja... Woohyun sudah tidur nyenyak di kasurnya Gyu yang cuma muat satu orang, ia tertidur dengan headset yang masih menempel di telinganya.
"Woohyun, bangun." Gyu menggucang-guncang Woohyun.
Dengan mata masih tertutup dan setengah bermimpi, Woohyun meraih tangan Gyu dan mengatakan sesuatu;
'Eomma... masakannya Gyu tidak enak'.
Jleb... Gyu langsung kesal. Ia ingin menendang Woohyun supaya menyingkir dari kasurnya tapi ia tak setega itu, akhirnya Gyu mengambil selimut lalu pergi tidur di kamarnya Yon Ah.
Gyu menghempaskan badannya yang kelelahan di kasur, sambil berbalut selimut, perlahan ia menutup matanya....
___
___
"Eomma! Appa! Gyu sudah bangun!" terdengar teriakan seorang perempuan, tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan.
"Gyu! kau sudah bangun!?"
Gyu menggosok pelan matanya, ia ada di sebuah ruangan yang hanya berisikan ranjang, meja dan kursi. Ruangan ini sudah jelas... rumah sakit.
"Gyu!" Yon Ah berseru.
"Noona?" Gyu tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Gyu tertidur di kasur rumah sakit, lalu kenapa ada... Yon Ah, Eomma, dan Appa?
"Kau koma selama lima minggu." Yon Ah bicara sambil menangis dan memeluk Gyu.
"Koma?" Gyu masih merasa pusing. "Kenapa Noona masih hidup?"
"Eh!? kau mendoakanku mati?!" Yon Ah melepaskan pelukannya. "Dasar adik jelek."
"Bagaimana kondisimu?" Eomma meletakan telapak tangannya di kening Gyu.
"Dia belum sepenuhnya pulih." balas Appa. "Jangan banyak bergerak dulu, Gyu."
"Kau tertidur sangaaaaat lama." kata Yon Ah. "Lima minggu kau koma, rasanya seperti lima tahun saja."
Di hadapan Gyu ada Noona'nya, eomma dan appa, sosok yang sangat dirindukan oleh Gyu. Situasi sekarang mereka sedikit sulit dimengerti, tapi eomma bilang kalau Gyu sempat kecelakaan dan tak sadarkan diri selama lima minggu.
Gyu bisa melihat kedua orangtuanya sedang mengobrol, kemudian Yon Ah memperlihatkan sesuatu.
"Kalau kau sudah pulih, ayo kesini." Yon Ah menunjuk brosur planetarium. "Kita pergi bersama eomma dan appa." Gyu menjawab dengan anggukan.
"Biar aku panggil dokter dulu." kata Eomma. "Siapa yang menyangka Gyu akan bangun tiba-tiba seperti ini."
"Biar kutemani." balas Appa.
Sebelum Eomma dan Appa'nya pergi meninggalkan ruangan, Gyu menghentikan mereka sesaat.
"Eomma... Appa..." kata Gyu, mereka langsung menengok ke belakang. "Aku menyayangi kalian."
Appa tersenyum, "Tentu saja kami pun menyayangimu." Mereka lalu berjalan keluar, di ruangan hanya ada Gyu dan kakak perempuannya itu.
Gyu memegang tangan Yon Ah, "Noona... jangan pergi kemana-mana lagi."
"Aku tak kemana-mana." balas Yon Ah. "Selama ini aku selalu di sampingmu, menunggu kau terbangun."
"Aku bermimpi banyak hal." kata Gyu. "Aku bermimpi appa meninggal, eomma hilang, lalu noona juga pergi menyusul Appa."
"Wah... tega sekali kau." balas Yon Ah.
"Lalu aku tinggal berdua bersama ayah tiri untuk membayar semua hutang, dia seringkali menyiksaku dan membuatku enggan hidup."
"Mimpimu sangat buruk." Yon Ah mengelus pelan rambut adiknya.
"Aku tak mau kembali ke mimpi itu." Gyu menggenggam tangan Yon Ah semakin erat. "Aku ingin tetap bersama kalian, aku tak mau sendiri lagi, aku takut setiap kali pulang dan melihat Jong Seok."
"Kalau begitu, tetaplah disini." balas Yon Ah. "Kalau kau tak mau kembali ke mimpi burukmu, ikutlah bersama kami, maka kau tak perlu lagi bermimpi buruk."
Apa sepenuhnya memang mimpi buruk? Gyu tiba-tiba teringat Woohyun. Jika memang Gyu koma selama bulan, itu artinya ia tak pernah bertemu Woohyun dan apa yang terjadi antara ia dan Woohyun selama ini hanyalah mimpi.
"Kau mau ikut bersama kami?" tanya Yon Ah.
Gyu perlahan melepaskan genggamannya.
Tidak... Ini bukan kenyataan... apa yang ada di hadapannya sekarang hanyalah mimpi, karena Gyu tahu bahwa seluruh keluarganya sudah pergi.
"Aku menyayangi noona, eomma dan appa... tapi aku tak bisa ikut kalian." kata Gyu. "Ada seseorang yang menungguku."
"Kau sudah menemukannya?" tanya Yon Ah sambil tersenyum. "Orang yang berharga untukmu?"
Gyu menatap kakaknya, "Aku pasti akan bertemu lagi dengan Jong Seok dan melanjutkan kehidupanku yang seperti mimpi buruk, tapi aku sekarang tidak sendirian. Woohyun tak akan pernah bisa menggantikan kalian, karena kalian tak tergantikan, tapi dia pun orang yang penting untukku. Jika aku tetap disini, maka aku tak bisa menemuinya lagi. ."
"Kau membuatku bangga." balas Yon Ah. "Jaga dia baik-baik, jangan pernah melepaskannya, dia bukan lagi orang asing, dia sudah seperti keluarga untukmu, kemudian sosok yang sangat berarti bagimu. Kehidupan yang kau jalani tak sepenuhnya mimpi buruk. Satu hal yang harus kau ingat, keluargamu tak pernah meninggalkanmu, kami selalu ada untukmu."
Yon Ah mengecup kening Gyu, "Kami menyayangimu, hidup dan bahagialah untuk kami."
___
___
___
Woohyun asyik memperhatikan Gyu yang daritadi tidur sambil senyum-senyum dan tertawa kecil.
"Dia sedang mimpi apa ya?" Woohyun tanpa ragu memencet hidungnya Gyu. "Bangun!"
"Ugh!" Gyu menangkis tangan yang menekan kuat hidungnya. Ia lalu melihat Woohyun yang duduk di sebelahnya.
Gyu baru ingat, semalam ia tidur di kamar Yon Ah, di jam dinding sudah menunjukan jam lima pagi.
"Kau tidur sambil senyum sendiri." kata Woohyun.
Gyu tak membalas karena malu. Gyu lupa sebagian mimpinya, tapi ia ingat telah bermimpi bertemu dengan keluarganya.
Saat sarapan, Woohyun masih mendengarkan ipod dengan headset yang menempel erat di telinganya.
Gyu menyantap nasi sambil memperhatikan Woohyun yang daritadi sibuk mendengarkan lagu dan menyanyi pelan.
"Kau dengar apa?" tanya Gyu, ia menarik sebelah headset yang dipakai Woohyun.
"EH JANGAN." Woohyun panik dan mengambil kembali headsetnya. Bisa gawat kalau sampai Gyu tahu bahwa Woohyun sedang mendengarkan lagunya Gyu yang dicuri secara diam-diam dari kamar Yon Ah.
Gyu makin penasaran, ia mencoba merebut ipod milik Woohyun, Woohyun juga tak mau kalah dan berusaha mempertahankan Ipod kesayangannya itu.
"Jangan iseng!" Woohyun memukul pelan kepala Gyu dengan sumpit, Gyu balas memukul kepala Woohyun dengan piring plastik.
Eh... Dejavu? Rasanya pernah ada kejadian serupa.
"Aku mau dengar." Gyu masih keras kepala, ia memaksa Woohyun untuk menunjukan isi Ipodnya. Pertarungan sengit memperbutkan Ipod dimulai, tangan Gyu risih menangkap Ipod sementara tangan Woohyun sibuk menangkisnya.
Semua makanan Woohyun sudah habis, ia buru-buru bangkit dari kursi.
"Aku duluan ya."
Gyu menarik kaki Woohyun sampai Woohyun terjatuh dan wajahnya kebanting lantai, lumayan sakit, Gyu bahkan tak ragu menyeret Woohyun.
"Jangan kabur." kata Gyu.
Woohyun berteriak kencang, "Eomma! Appa! tolong aku!" Woohyun berteriak sambil kakinya diseret, tenaga Gyu ternyata sangat kuat.
"Aku penasaran." Gyu membuka paksa tangan Woohyun yang menggenggam Ipod.
"Aku sedang mendengarkan laguku." balas Woohyun.
"Bohong." Gyu tak percaya karena biasanya Woohyun akan bersikap santai saja.
"Serius serius!" Woohyun memegang Ipodnya sangat kencang. Woohyun masih sulit berdiri tapi ia tetap berusaha kabur. "Aishh Jinjja! Gyu! jangan seret-seret! memangnya kau pikir aku ini karung!?"
Saat Woohyun lengah akhirnya Gyu berhasil merebut Ipod itu.
"Aku penasaran." kata Gyu.
"Dua cup es krim ekstra jumbo yang dijual di depan toko musik!" Woohyun berteriak.
"Maksudnya?" Gyu gagal paham.
"Kembalikan Ipodku, nanti aku belikan kau es krim DUA." kata Woohyun.
Gyu tampaknya tak tertarik dengan penawaran dari Woohyun.
"TIGA!" Woohyun mengulang.
Gyu semakin menyipitkan matanya.
"EMPAT!" Woohyun menaikan intonasi suaranya. "Aku akan beli EMPAT es krim cup ekstra jumbo, rasa apa saja terserah, tapi serahkan Ipodnya."
Awalnya ragu tapi akhirnya Gyu setuju, ia mengembalikan kembali Ipod Woohyun setelah diiming-imingi makanan, seperti anak kecil saja.
Hufth... syukurlah, Woohyun bisa bernafas lega.
Gyu hanya mau bicara dengan Woohyun di rumah, karena jika di luar dia akan kembali membisu, bahkan tak ada yang tahu bahwa Gyu sudah mulai bicara.
Cuaca di luar sangat dingin, Gyu memberikan syal hijau pada Woohyun, sementara ia memakai sarung tangan tebal dan topi rajut. Jalanan juga licin karena es, beberapa kali Woohyun hampir terpeleset.
Di tengah kerumunan orang-orang, Gyu menulis sesuatu di ponsel dan menunjukannya pada Woohyun.
'Hati-hati.'
"Kau juga." balas Woohyun, mulutnya mengeluarkan sedikit uap karena dinginnya cuaca.
Keduanya berpisah di pertigaan jalan dekat halte bis. Setelah melihat Gyu pergi, Woohyun langsung naik bis, tapi bukan bis menuju sekolahnya, hari ini dia bolos.
Woohyun pergi ke sebuah kantor percetakan yang letaknya lumayan jauh dari rumah Gyu, kenapa dia pergi kesana?
Gyu pernah cerita bahwa ayah tirinya kerja di kantor percetakan. Kedatangan Woohyun kesini adalah karena penasaran, ia bertanya pada orang-orang kantor percetakan tentang Jong Seok, semuanya menjawab sama 'Dia sedang pergi dinas ke Busan.'
"Apa kau tahu sesuatu tentang keluarganya?" tanya Woohyun pada tiga wanita yang mengaku kenal Jong Seok.
"Dia tinggal dengan anak tirinya." balas wanita yang rambutnya dikepang satu. "Padahal anak tiri, tapi Jong Seok masih mau mengurusnya."
Huh? Mereka semua tak ada yang tahu seperti apa perlakuan jahat Jong Seok pada Gyu?
"Kau siapanya Jong Seok?" tanya wanita lainnya sambil melihat Woohyun dari ujung kaki sampai rambut.
"Bukan siapa-siapa." balas Woohyun.
Ada satu orang pria tua yang daritadi memperhatikan Woohyun, ia bahkan mengikuti Woohyun saat akan keluar kantor.
"Kenapa mengikutiku?" tanya Woohyun, ia lalu berbalik, pria itu bersikap pura-pura tak tahu. Ia lalu menghampiri pria itu.
"Ada apa?" tanya pria dengan nametag 'Min Suk' di seragamnya. "Aku tak mengikutimu."
"Kau tahu sesuatu?" Woohyun penasaran.
Min Suk melirik kiri-kanan, memastikan tak ada mata-mata, ia lalu menarik tangan Woohyun supaya mengikutinya. Keduanya lalu berdiri di tangga pojok.
"Kau siapanya Jong Seok?" tanya Min Suk.
"Aku berteman dengan anak tirinya." balas Woohyun.
"Kau temannya Sunggyu?" Min Suk menebak.
"Paman kenal Sunggyu?" Woohyun balik bertanya.
"Bagaimana kabar dia? aku sudah lama tidak mengunjunginya, apa Jong Seok masih suka berbuat kasar padanya?"
"Lho? paman tahu kalau ayah tirinya Gyu itu jahat? kenapa paman diam saja?"
"Ssst! kecilkan suaramu." Min Suk mengacungkan jari telunjuk depan mulut, ia minta Woohyun bicara pelan. "Semua orang disini tak ada yang tahu, mereka beranggapan bahwa Jong Seok memang mengasuh Gyu seperti anaknya. Mereka juga berfikiran Jong Seok sedang dinas, padahal bukan."
"Lalu? kemana dia?"
"Ke kampung halaman, menemui anak kandungnya..." jawab Min Suk. "

Kemudian... Woohyun dan Min Suk pun bicara empat mata, Min Suk menceritakan fakta tentang Jong Seok yang sebenarnya. Min Suk berteman dengan Jong Seok hampir sepuluh tahun, karena itulah ia sangat tahu karakteristik Jong Seok.

Min Suk menceritakan sebuah fakta di hari kelahiran Sunggyu yang berkaitan erat dengan Jong Seok....
........
.............
....................
.............................
......................................
.............................................
...........................................................
Setelah mengadakan kunjungan ke kantornya Jong Seok dan mendapatkan banyak informasi dari Min Suk, Woohyun jadi tak bisa fokus, ia menghabiskan waktu di luar yang dingin untuk menjernihkan pikirannya, ia pulang ke rumahnya Gyu jam setengah sepuluh malam.
"Kemana saja?" Gyu tampak khawatir saat Woohyun sampai di rumah.
Woohyun melepaskan kantong plastik berisi cemilan dan es yang ia bawa, ia masih berdiri dan bersandar di dadanya Gyu yang masih berdiri di depannya.
"Aku hanya lelah." kata Woohyun, ia bisa mendengar detakan jantung Gyu yang berdetak normal. "Kau kenapa?" tanya Gyu.
Woohyun menggelengkan kepala.
Woohyun sudah mendengar fakta yang bahkan tak diketahui oleh Sunggyu. Dia akan menceritakan fakta itu jika waktunya sudah tiba. Ingat? ada saat kita bicara dan ada saat kita diam.
Gyu berjalan ke dalam tapi Woohyun menariknya lagi,
"Pinjam sebentar, aku perlu tempat bersandar." kata Woohyun yang masih ingin mendengar suara detakan jantung Gyu.
"Kau yakin kau baik-baik saja?" tanya Gyu.
"Gyu."
"Apa?"
"Apapun yang terjadi, jangan pergi." kata Woohyun.
"Hmm..." Gyu hanya bergumam.
"Gyu?"
"Apa lagi?"
"Aku beli es krim."
Di ruang makan, Gyu membawa dua mangkok dan sendok. Cuaca dingin seperti ini sih sebenarnya kurang cocok makan es, tapi hal ini bukan masalah bagi Gyu.
"Wah kau benar-benar membelinya." Gyu mengeluarkan empat cup es krim jumbo yang dibelikan Woohyun.
Woohyun melamun, ia memainkan sendoknya dan belum menyentuh makanannya sedikitpun. Gyu jadi bingung harus bagaimana.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Gyu.
"Eh?" Woohyun akhirnya terlepas dari lamunannya.
"Kau marah?" Gyu kelihatannya salah paham.
"Maaf Gyu, aku hanya sedang banyak pikiran. Aku tidak bisa cerita, tapi nanti aku pasti baik-baik saja."
"Baiklah..." Gyu berusaha mengerti. "Ada sesuatu yang bisa dan tak bisa kau ceritakan, tapi mungkin aku bisa membantumu sesuatu?"
"Kau mau membantu?" tanya Woohyun, Gyu mengangguk. "Kalau begitu, tersenyumlah."

___Karena sejak pertama kali bertemu, kau belum pernah menunjukan senyummu yang sebenarnya, kau lebih sering diam dan menutup mulut___Dengan melihatmu tersenyum, setidaknya kau sudah membantu menghilangkan bebanku.

Mungkin teman-teman Gyu di distributor majalan, restauran, toko musik... tak ada satupun yang melihat senyuman Gyu.
Di ruangan ini, Sunggyu dan Woogyu duduk berhadapan sambil memegang sendok dan menyantap makanan masing-masing. Lalu untuk pertama kalinya, Woohyun melihat Sunggyu tersenyum tulus dengan memperlihatkan gigi hamster khasnya.
"Ayo makan es krimnya." Woohyun kembali semangat. Entah semangat atau tidak fokus, ia makan belepotan.
Gyu tertawa melihat ice cream yang belepotan di mulut dan pipi Woohyun.
"Gyu, aku serius." kata Woohyun.
"Apa?" Gyu masih belum mengerti maksud Woohyun.
"Apapun yang kau dengar, apapun yang terjadi nanti, jangan pernah berfikiran untuk pergi."
"Pergi kemana?" tanya Gyu.
Woohyun tak menjawab, ia masih teringat omongan yang diceritakan Min Suk tentang apa yang terjadi pada Sunggyu di hari kelahirannya.

'Tak peduli masa lalumu seperti apa, janjiku tak akan berubah, aku akan mengembalikan kembali kebahagiaanmu.'

To Be Continued_
Preview chapter 5.
Lelaki tampan yang hobi memotret itu namanya L, meskipun terlihat dingin tapi dia bisa berubah jadi berisik saat menjadi 'Myungsoo', tapi kenapa dia terus mengikuti Gyu?
__
Gyu terus melihat ponselnya, "Woohyun ingkar janji."

Woohyun akhirnya bertemu dengan Jong Seok

I Want Hear Your Voice (IWHYV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang