I Want Hear Your Voice Chapter 3

1.8K 136 17
                                    

I Want Hear Your Voice
Author: Luksa Gyueren Kyuzizi.

_
Secercah cahaya... walaupun kecil tapi mampu memberikan penerangan dalam kegelapan. Begitu pula hati manusia, sebanyak apapun manusia mengalami keputusasaan, jika uluran tangan datang maka harapan akan muncul.
_
Gyu kadang tak bisa membedakan antara pagi-siang-malam saat Jong Seok si ayah tiri mengurungnya dalam gudang tanpa penerangan, hanya ventilasi kecil di sela tembok. Tak hanya itu, tak ada sedikitpun makanan dan setetes air diberikan. Hal seperti ini kerap terjadi sampai tujuh kali, kadang Jong Seok mengunci anak tirinya itu sampai dua hari tanpa makan-minum dalam gelapnya gudang. Hal inilah yang membuat Gyu punya fobia tempat gelap, ia selalu menyalakan lampu saat tidur.
Apakah sekarang siang? atau malam? entahlah.. yang ada hanya warna hitam dan suasana sunyi.
__
Suara jam alarm membangunkan Gyu, lagi-lagi ia bermimpi buruk saat dulu Jong Seok mengurungnya di gudang, saat ini Gyu ada di kamarnya yang terang, di dekat kasur ada meja makan kecil bekas semalam ia makan bersama Woohyun.
Aktivitas Sunggyu setiap harinya tak jauh berbeda, pagi-pagi menyiapkan sarapan, makan sendirian di ruang tamu lalu pergi ke distributor majalah jam tujuh pagi. Gyu memang tinggal satu atap dengan Jong Seok, ia seringkali sembunyi-sembunyi agar tidak berpapasan dengan ayah tirinya itu. Pagi ini pun begitu, Gyu membuat sarapan dengan makanan kaleng yang ia simpan di kulkas, Jong Seok tertidur di kamar setelah membuat seisi rumah bau alkohol.
Setiap hari memang terkesan datar, tapi sepertinya hari ini akan berbeda. Woohyun berjanji akan datang ke tempat Gyu bekerja sekitar jam tujuh, tapi sosok yang ditunggu tak kunjung datang. Mungkin Woohyun bangun telat dan harus buru-buru berangkat sekolah, kemudian Gyu berfikir; 'Untuk apa aku menunggunya?'
Sesuai dugaan Gyu, Woohyun memang bangun telat dan buru-buru pergi ke sekolah, ia sama sekali tidak ada waktu untuk mengunjungi Gyu, tapi ia sempat mengirimkan pesan;
'Maaf! pagi ini aku bangun telat, nanti sore aku ke restauran tempatmu kerja!'.
Gyu memang bekerja di tiga tempat; distributor majalah, restauran, lalu toko musik. Semua gaji yang ia dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan membayar cicilan hutang ke Jong Seok yang masih menumpuk.
__
__
"Kau kenapa sih?" Lay mulai risih melihat Woohyun yang senyum sendiri melihat ponsel.
"Gilanya kumat." balas Jaeha.
"Sembarangan!" Woohyun menjitak Lay dan Jaeha.
"Nanti sore ke game center yuk." ajak Lay.
"Aku tidak ikut." Woohyun menjawab dengan cepat. "Aku mau ke restauran."
"Restauran?" Lay dan Jaeha saling bertatapan bingung.
Malas meladeni dua temannya yang bawel, Woohyun memilih untuk lanjut memainkan ponselnya di luar kelas selagi guru belum datang.
"Dia kenapa sih?" Lay curiga. "Tumben semangat di restauran."
"Bukankah alasannya sudah jelas?" Jaeha mulai menebak-nebak. "Dia pasti... mau makan."
Anak kecil juga tahu kalau orang pergi ke restauran untuk makan, tapi sepertinya Woohyun punya alasan lain.
"Jangan-jangan karena perempuan?" Jaeha lagi-lagi menebak.
Cepat atau lambatnya waktu tergantung oleh situasi dan kondisi, karena Woohyun tak sabaran, menunggu sampai sore saja terasa seperti menunggu seminggu penuh. Ia baru pergi ke restauran setelah jam pelajaran berakhir, memesan tempat di meja belakang restauran, dan tak lama kemudian ia melihat Sunggyu yang sedang mengantarkan makanan ke meja lain.
"Gyu!" Woohyun memanggil pelan.
Gyu membalas dengan isyarat tangan *Nanti saja, aku sedang bekerja*.
"Okay." balas Woohyun.
Sambil menunggu, Woohyun memesan tiga porsi sushi. Normalnya, orang butuh waktu tak sampai satu jam untuk melahap sushi, tapi Woohyun makan sangat pelan karena kemungkinan Gyu baru selesai bekerja dua jam lagi.
Pandangan Woohyun bolak balik memperhatikan Gyu yang mengantarkan makanan ke meja pelanggan.
'Dia benar-benar tak punya ekspresi ya?' Woohyun bertanya dalam hatinya. 'Kira-kira apa alasan yang membuat Gyu sampai tak mau bicara selama lima tahun. Apa traumanya di masa lalu memang parah?'.
Dua jam berlalu, Gyu sudah mengganti pakaiannya dengan jaket putih dan jins hitam, ia langsung menghampiri Woohyun yang nyaris melahap wasabi pahit.
"Kau masuk kerja di toko musik jam berapa?" tanya Woohyun.
Gyu mengacungkan tujuh jarinya. Berarti jam tujuh... sekarang sudah jam enam, hanya ada waktu satu jam tersisa.
"Ngobrol-ngobrol sebentar yuk." Ajak Woohyun. "Sambil jalan."
Entah Woohyun mau mengajak kemana, sepertinya Woohyun sendiri bingung, yang jelas ia hanya ingin mengobrol saja dengan Gyu.
Keduanya berjalan menelusuri jalan setapak yang dikelilingi pohon, Woohyun mengambil dua minuman kaleng lalu duduk di kursi sisi jalan setapak, Gyu duduk di sebelahnya.
"Biasanya apa yang kau lakukan setelah part time selesai?" tanya Woohyun.
Gyu mengeluarkan buku dari tasnya, buku itu berjudul 'Fate A Night'.
"Oh.. baca buku." Woohyun langsung mengerti maksud Gyu.
Apa kegiatan Gyu hanya bekerja-membaca buku-santai di rumahnya? apa dia tidak punya teman? Daripada disebut merasa kasihan, Woohyun juga merasa tidak tega.
"Besok minggu kan? ayo kita puas-puas main." ajak Woohyun. "Kita ke karaoke."
Karaoke? yang benar saja, Woohyun kadang suka seenaknya, dia kan tahu kalau Gyu tidak bicara, kenapa justru mengajak karaoke?
Gyu langsung membentuk gesture silang dengan tangannya.
"Kau tak usah menyanyi kalau tidak mau." balas Woohyun. "Aku mau pamer suara, kau harus mendengarkan, oke?"
Gyu tak langsung mengiyakan,
"Ayolah." pinta Woohyun. "Kan kau sendiri yang waktu itu bilang kalau suaraku bagus."
Tujuan Woohyun tak sepenuhnya ingin pamer suara, ia berharap, siapa tahu Gyu ingin ikut-ikutan menyanyi jika mendengar Woohyun menyanyi juga.
Gyu menulis di ponsel, lalu menunjukannya pada Woohyun;
*Jangan memaksaku untuk bicara*
"Kenapa?' Woohyun seolah tak terima. "Kau bisa tahan lima tahun membisu. Aku memang bukan siapa-siapa, hanya orang asing, tapi kau bisa mempercayaiku." Woohyun meneguk minumannya, ia diam sejenak. "Setiap orang butuh teman untuk berbagi. Apa kau mau... sendirian untuk seterusnya?"
Gyu memang selalu sendirian selama lima tahun ini. Saat sakit, kesusahan, ia selalu sendiri tanpa ada seorang pun yang mengulurkan tangannya. Sesungguhnya Gyu sama sekali bukan orang yang kuat, ia bisa tahan lima tahun sendirian, tapi perasaannya rapuh.
Gyu ingin bisa seperti dulu.. saat ia demam, eommanya akan merawatnya, begitu juga dengan Appa yang membawakan obat, lalu kakaknya 'Yon Ah' yang menemani dia.
Tapi itu hal yang tak akan pernah terulang, dalam waktu lima tahun, Gyu sudah sering sakit seperti demam, tak ada satupun yang peduli padanya sejak seluruh keluarganya pergi.
Kecuali kemarin... Woohyun menengoknya dan bahkan membuatkannya makan malam.
"Hubungi aku kalau kau butuh sesuatu." kata Woohyun.
Sunggyu takut.. jika ia membuka dirinya pada Woohyun, ia akan melupakan kenangan tentang kakaknya. Woohyun dan Yon Ah punya aura yang hangat, mereka berdua mirip, sama-sama membuat Gyu nyaman.
"Kau sangat suka menyanyi kan?" tanya Woohyun, mengingat kembali piala yang dipajang di kamar Gyu. "Aku tak menyuruhmu untuk buru-buru bicara. Kau tahu? aku senang saat kemarin kau menyebut namaku. Tapi kemarin kau hanya bicara satu patah kata 'Woohyun', coba sekarang tambah jadi tiga kata 'Woohyun sangat keren'. "
Gyu langsung melirik Woohyun dengan tatapan illfeel, kenapa namja yang satu ini sangat menyebalkan sih?
"Apa kau juga suka membuat lagu?" Woohyun menebak-nebak, Gyu mengangguk. "Wah... aku ingin jadi orang pertama yang mendengar lagumu."
Seketika itu Gyu kaget, kenapa ucapan Woohyun juga sangat persis dengan ucapan mendiang kakaknya dulu?
Aku ingin jadi orang pertama yang mendengar lagumu.
Ah, pantas saja Gyu merasa nyaman berada disamping Woohyun, mungkin karena Woohyun dan Yon Ah punya karakteristik yang sama.
"Nah..makanya..." Woohyun belum selesai bicara "Coba katakan -Woohyun keren-"
Gyu memukul kepala Woohyun dengan kaleng minuman yang sudah ia habiskan, phew... bahkan cara 'mereka' meledek Gyu pun mirip.
Woohyun mengantarkan Gyu ke tempat kerja, toko musik. Keduanya berjanji akan bertemu lagi besok hari minggu.
__Hari minggu, hari yang dijanjikan___
Woohyun menjemput Gyu di rumahnya, saat itu Jong Seok tidak ada di rumah. Woohyun mengenakan syal biru karena cuaca cukup dingin, Gyu mengenakan syal tipis dan baju hitam. Woohyun memaksa Gyu untuk menemaninya karaoke, ia memesan ruangan besar dan juga cemilan yang banyak.
Gyu tak bisa menyangkal bahwa suara Woohyun memang bagus karena mampu mencapai nada tinggi.

I Want Hear Your Voice (IWHYV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang