I Want Hear Your Voice Chapter 8

1.4K 110 19
                                    

Woohyun berdiri di depan makam, ia menggenggam Ipod ungu yang dipenuhi lagu-lagu Gyu. Ia tak kuasa menahan air matanya, tangannya memegang Ipod sangat kuat, mungkin ia sebaiknya berhati-hati sebelum tenaganya itu meremukan Ipod kecil berwarna ungu yang disayanginya itu.
"Kenapa kau tak menepati janjimu?"
--------

I Want Hear Your Voice Chapter 8
Author Luksa Gyueren Kyuzizi
--------

Aku lebih suka mendengar kau marah-marah, mengomel, ceweret, daripada harus melihatmu terus diam karena 'Aku Ingin Mendengar Suaramu'.
Ini hari keenam sejak Gyu di RS Seoul, konsumsi obat tidur dalam jumlah banyak ternyata bisa menimbulkan efek fatal bahkan overdosis.
Di ruangannya Gyu dipenuhi banyak bunga, keranjang berisi buah-buahan dari para penjenguk. Sekarang di ruangan ini hanya ada Myungsoo yang duduk sambil mengganti vas dengan bunga baru.
"Hyung, kau selalu merasa sendirian, tapi kau tidak menyadari kalau kau dikelilingi orang-orang baik. Teman-teman dan bosmu di pabrik distribusi, teman-temanmu di restauran, bosmu di toko musik, bahkan para gadis yang diam-diam mengagumimu ikut menjenguk. Mereka membawakan semua ini untukmu."
Percuma saja Myung bicara karena Gyu masih tertidur dan belum terbangun......

Sementara itu di lain tempat__
Woohyun sedang makan malam bersama seorang gadis yang kelihatannya lebih muda, namanya Seo Eun. Keduanya makan malam di sebuah restauran, mereka mengambil spot di meja dekat kolam ikan, ada banyak lampu kelap kelip, lalu lilin di atas meja yang membuat suasana romantis.
"Woohyun Oppa, gomapta sudah mengajakku makan." Kata Seo Eun sambil memotong stik daging jadi dua bagian.
"Tak masalah, kau sering kesini?"
"Iya, tempat favoritku." Seo Eun tersenyum lalu memegang tangan Woohyun tangan kiri Woohyun yang sedang menganggur di atas meja, Woohyun saja sampai kaget. "Oppa, aku tidak mimpi kan? Kita pacaran kan?"
Woohyun diam sebentar, lalu membalasnya dengan senyuman;
'Nde, kau benar.'
Acara obrolan ringan ini pecah oleh bunyi ponselnya Woohyun; ada sms dari Myungsoo.

'Saat Gyu hyung sedang kritis, kau justru sibuk dengan perempuan lain'.

Woohyun langsung mematikan ponsel, memasukannya ke saku celana.
"Dari siapa?" tanya Seo Eun.
"Dari ibuku." Woohyun mengambil tisu dengan ukiran kipas, kemudian mengelap sedikit bumbu yang tersisa di sisi mulut Seo Eun dengan tisu itu.
"Oppa.. ternyata kau sangat romantis ya."
-----

Flashback lima hari lalu.
Di ruangan hanya ada Gyu dan Woohyun, meskipun begitu rasanya hanya ada Woohyun seorang karena Gyu masih belum sadarkan diri.
Woohyun memegang tangan Gyu, "Sampai kapan kau mau terus tidur? Sebenarnya aku tidak suka orang cerewet, tapi itu semua pengecualian untukmu. Kau lebih cocok bawel daripada pendiam. Kalau kau bangun nanti, aku ingin mendengar nyanyianmu."
Woohyun menyalakan ponsel, ia memutar video.
Di video itu ada Gyu yang sedang menyanyikan lagu berjudul 'Can You Smile' sambil memaikan gitar.
Sudah jelas... video itu di dapatnya setelah menggeledah kamar Yon Ah, karena hanya Yon Ah sang kakak yang punya banyak video rekaman lagu Gyu.
"Kau bisa membuat ekspresi ceria seperti ini ya, kelihatannya kau sangat senang. Aku ingin kau menjadi Gyu yang dulu, yang bisa bicara, tersenyum dan tertawa bebas."
Woohyun menyalakan lagi video lainnya, ada rekaman Gyu yang sedang main basket dengan Yon Ah, dua kakak beradik itu memang sangat dekat.
Kebahagiaanmu sudah hilang sejak lima tahun lalu...
"Gyu... kalau kau bangun, aku ingin minta satu hal lagi. Perlihatkan sosok dirimu yang sebenarnya, aku ingin melihat Gyu yang dulu. Bukan Gyu yang selalu sedih, diam dan murung. Aku iri pada siapapun yang mengenal dirimu lima tahun lalu, kenapa aku tak mengenalmu lebih awal? Ini janjiku... Aku tak akan pernah meninggalkanmu, kau juga harus berjanji untuk cepat bangun lagi lalu minta maaf padaku..." Woohyun mengelap air matanya. "Minta maaf padaku karena kau tidak mempercayaiku."
Woohyun tidak main-main jika serius. Ia selalu mengunjungi Gyu ditengah kesibukannya sekolah, ia bahkan sempat menginap di rumah sakit. Lalu hal penting lainnya... ia sudah melakukan kontak mata/tatapan langsung dengan dokter Lau Hwa.
(FYI: Dokter Lau Hwa adalah dokter yang dulu salah memberikan obat pada Byun, menyebabkan Byun meninggal lalu memfitnah ayahnya Gyu sebagai tersangka).
Dokter Lau Hwa sama sekali tidak mengenal Woohyun, ia menganggap Woohyun sebagai pasien biasa saat mengunjungi kliniknya karena sakit perut.
---Klinik Lau Hwa ---
"Sejak kapan kau sakit perut seperti itu?" tanya dokter.
"Lima hari." Woohyun berakting sambil memegang perutnya. "Aduh sakit...luar biasa."
"Hmmm tapi kelihatannya kau baik-baik saja."
"Masa? Sakitnya setengah mati." Balas Woohyun. "Tolong buat resepnya."
Dokter itu mengambil selembar kertas sambil menuliskan daftar obat, sesekali ia membetulkan kacamatanya yang sering miring.
"Resepnya yang ampuh ya." Kata Woohyun. "Jangan salah obat... nanti bisa-bisa aku mati."
Lau Hwa mengerutkan keningnya lalu melirik Woohyun.
"Maksudnya?"
"Bercanda." Woohyun tertawa kecil.
Tak lama kemudian seorang gadis muncul dari pintu masuk, rambutnya coklat pendek model bob, ia meletakan sepatunya lalu berjalan masuk ke ruangan yang ditempati dokter dan Woohyun.
"Paman.. aku pulang." Kata gadis itu. "Eh ada pasien, maaf."
"Seo Eun, hari ini kau pulang cepat?" dokter memperhatikan gadis berseragam sma yang tak lain adalah keponakannya.
Seo Eun mengabaikan ucapan pamannya, ia hanya memperhatikan Woohyun.
"Kau keren." Kata Seo.
"Eh? Terima kasih." Woohyun jadi malu.
Woohyun memang punya rencana sendiri dalam menghadapi dokter ini. Ia kembali lagi ke klinik setelah beberapa hari dan mengeluh karena rasa sakit perutnya semakin menjadi-jadi;
"Anda salah memberikan obat." Kata Woohyun.
"Aku tidak mungkin salah." Balas Lau Hwa.
"Apa anda yakin bahwa anda tak pernah melakukan kesalahan? Seorang dokter harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya."
"Aku bisa menuntutmu karena pencemaran nama baik." Dokter balas menyerang.
"Aku juga bisa menuntut dokter." Timpa Woohyun. "Atas pencemaran nama baik karena anda sudah memfitnah seseorang demi menutupi kesalahan anda di masa lalu."
"Apa maksudmu?" Lau Hwa mulai cemas.
"Masih ingat Park Byun Seok? Bayi yang mendadak meninggal karena kejang-kejang."
.....
..........
..............
Suasana mulai sunyi, dokter menatap serius Woohyun.
"Dia meninggal karena sakit." Balas Lau Hwa.
"Bukan karena kecerobohanmu? Kau menutupi semuanya dan beranggapan seolah kematian Byun adalah karena sakit alami, itu tak wajar. Pihak rumah sakit pun menutupinya, ada apa dengan kalian? Ucapan kalian bahkan sudah membuat seseorang kena getahnya."
"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan." Lau Hwa pura-pura bodoh.
"Anda tak akan bisa lagi bertemu dengan keponakan anda, Seo Eun." Kata Woohyun.
Lau Hwa langsung membelalakan matanya, "Apa yang kau lakukan pada Seo Eun!? Dimana dia!?"
"Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, maka Seo Eun akan selamat."
Semuanya sudah diatur Woohyun. Woohyun melakukan pendekatan dengan Seo Eun, mengajaknya ke restauran, makan bersama, bahkan mengajaknya berpacaran, tapi itu semata-mata untuk menjebak sang dokter.
"Dimana Seo Eun!?"
"Ceritakan dulu semuanya." Balas Woohyun. "Kalau anda menolak, jangan harap bisa bertemu lagi dengan keponakan anda itu."
Lau Hwa kesal, ia menarik nafas dalam-dalam.
"Pihak rumah sakit menutupi fakta bahwa aku sudah salah memberikan obat pada Byun si bayi hingga akhirnya ia kejang-kejang dan meninggal. Kim Dae.... maksudku ayahnya Sungkyu, dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kematian Byun."
"Itu cukup." Woohyun memotong obrolan, ia ternyata merekan ucapan Lau Hwa dalam Ipodnya. "Katakan ini pada hakim nanti."
Dengan perasaan puas, Woohyun keluar dari pintu klinik.
Semudah itukah?
Sesingkat itukah penyelesaiannya?
Woohyun tak menyadari dokter dibelakangnya itu mengangkat pentungan berat dan mengarahkannya ke kepala Woohyun.
"Tak semudah itu!" Ia langsung mengarahkannya ke kepala Woohyun hingga pemuda itu terjatuh dengan darah kepala membasahi lantai.
-----
Ruang Pasien_
Myungsoo terus mengecek ponselnya, ia berulang kali menelepon Woohyun tapi tak diangkat.
"Gyu hyung... aku khawatir. Woohyun-ssi bilang dia akan melakukan sesuatu hari ini, tapi firasatku buruk."
Gyu masih tak sadarkan diri dan terus tertidur,
"Gyu Hyung... tolong Woohyun." Pinta Myungsoo.
Myungsoo sedikit menggerakan arah pandangannya, ia melihat Jong Seok berdiri di dekat pintu.
"Ahjussi?" sapa Myungsoo, ia langsung berdiri karena hanya ada satu kursi disana.
"Duduk saja." Kata Jong Seok. "Bagaimana kondisinya?"
"Masih belum ada kemajuan."
"Ahjussi, boleh aku tanya sesuatu?"
Jong Seok tak menjawab, tapi tatapannya seolah mengatakan 'Tanya apa?'.
"Gyu hyung tidak salah, kenapa anda membencinya?"
"Kau tak perlu tahu masalah orang lain." Balas Jong Seok.
"Tapi Gyu hyung sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, wajar kan jika aku mengkhawatirkannya? Sekarang pun Woohyun-ssi sedang berusaha menunjukan bukti pada anda."
"Bukti?"
"Bukti bahwa ayah Gyu tidak bersalah saat anak kandung anda meninggal."
Mendengar ucapan Myungsoo, Jong Seok pun mulai merasakan sesuatu yang mengganjal, seperti... sesuatu yang tak beres.
"Dimana Woohyun?" tanya Jong Seok.
"Klinik dokter Lau Hwa."
Tanpa basa-basi Jong Seok langsung berlari meninggalkan ruangan, klinik itu letaknya tak terlalu jauh dari rumah sakit. Semua permasalahan tak akan selesai dengan mudah seperti halnya kisah dalam dongeng yang hanya bisa selesai dalam beberapa baris narasi. Kisah keluarganya Gyu terlalu kompleks, penyelesaiannya pun pasti tak akan mudah_

I Want Hear Your Voice (IWHYV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang