enambelas

2.2K 353 54
                                    

Di hari Sabtu yang lumayan cerah ini, Luke memutuskan untuk bermain bersama Lemma di halaman belakang rumahnya. Luke kini sedang berjongkok sambil mengangkat bola di hadapan Lemma. Sementara itu, Lemma terlihat mencoba meraih bola itu dengan kedua tangan mungilnya.

 Sementara itu, Lemma terlihat mencoba meraih bola itu dengan kedua tangan mungilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo sebut pa-pa." kata Luke kepada Lemma yang masih mencoba meraih bola yang dipegang Luke.

"Papa." gumam Lemma sambil melihat Luke, kedua tangannya kini mencoba meraih Luke. "Papa."

Luke, yang mendengarnya, terkejut dan tersenyum, kedua matanya terlihat berkaca-kaca. "Ya Tuhan! Gue akhirnya jadi bapak!"

"Berisik, woi!" teriak Michael yang sedang berselonjoran di sofa. "Baru disebut Papa aja udah kayak dapet uang satu miliar."

"Bacot lo, anjir." kata Luke sambil melempar bola yang sejak tadi dipegangnya ke arah Michael. Namun, sayangnya, bola itu meleset dan mengenai Emma yang baru saja datang dari dalam rumah. Emma mengaduh kesakitan dan mengusap dahinya.

"Mampus gue." gumam Luke yang langsung berlari menghampiri Emma.

"Aduh, sakit, ya? Sini aku cium biar nggak sakit." kata Luke setelah berada di hadapan Emma. Luke kemudian menyingkirkan tangan Emma, lalu mengecup dahinya berkali-kali.

"Lebay kamu, ah." kata Emma sambil menyingkir dari Luke. Namun, Luke menghalanginya.

"Bibirnya sakit juga nggak? Sini biar aku cium." kata Luke sambil melihat bibir Emma.

"Apaan, sih." kata Emma sambil mendorong pelan pundak Luke agar tidak menghalangi jalannya.

Luke menampilkan wajah cemberut yang dibuat-buat, lalu melirik Michael. Michael terlihat hanya berkata, "Mampus lo." tanpa suara.

"Mama." gumam Lemma setelah Emma menggendongnya.

"Iya, sayang. Ini Mam-"

"Anjil."

Emma membulatkan matanya setelah Lemma mengatakan satu kata yang tidak seharusnya diucapkan bayi berumur satu tahun. "Siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu?"

"Papa." gumam Lemma sambil memainkan kerah baju yang dipakai Emma.

Emma langsung melihat Luke yang terdiam sambil menatapnya. Michael terlihat menunjuk ke arah Luke yang berdiri di sampingnya. "Luke-"

"Oke, oke. Aku nggak sengaja ngomong kasar di depan dia waktu itu. Aku nggak maksud ngajarin dia ngomong kasar. Aku guru. Aku nggak mungkin ngajarin yang nggak bener." jelas Luke.

Emma menghela napas. "Luke, kalau kamu ketauan ngomong kasar lagi di depan dia, kamu harus beresin rumah setiap hari Sabtu selama tiga bulan penuh."

"Dengerin tuh." kata Michael ikut-ikutan.

Luke mendengus. "Iya, iya. Aku nggak akan ngomong kasar lagi di depan dia."

"Yaudah," kata Emma tersenyum sambil melihat Lemma, "sekarang kita ke Mall. Beli baju buat kamu."

Lemma // lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang