sembilanbelas

1.9K 352 54
                                    

Jam menunjukkan pukul 13.00 saat Luke melihat layar ponselnya. Hari Jumat memang hari yang ditunggu-tunggu oleh Luke, maupun murid-murid dan guru-guru di sekolah ini. Di hari Jumat, Luke bisa pulang lebih awal daripada hari-hari sebelumnya.

Saat melintas di koridor sekolah untuk menuju area parkir, Luke tidak sengaja melihat Peter sedang bermain basket sendirian di lapangan sekolah. Sepengetahuan Luke, Peter mengikuti ekstrakulikuler basket di sekolah, mengingat Peter dan timnya pernah menyumbang piala saat pertandingan basket antar SMA tiga bulan yang lalu.

Luke berbelok untuk menuju lapangan. Luke ingin mengingatkan Peter jaga-jaga kalau Peter lupa hari ini harus ke rumahnya untuk ia tutor. Saat akan memasuki area lapangan, Luke melihat Stella menghampiri Peter yang sedang men-dribble. Luke seketika menghentikan langkahnya dan berjalan dengan santainya kembali ke koridor.

Luke memutuskan untuk berdiri di koridor, sementara kedua matanya memerhatikan Stella yang sedang berbicara dengan Peter. Luke tidak tahu mengapa kedua muridnya ini menarik perhatiannya. Mungkin Luke merasa mereka berdua mengingatkannya dengan Emma saat SMA dulu. Mungkin saat Emma sedang berbicara serius dengannya dulu terlihat tidak berbeda jauh dengan apa yang ia lihat sekarang.

Sambil menyilangkan kedua tangannya di dada seperti seorang ayah yang sedang melihat anaknya bertanding, Luke terus memerhatikan Peter dan Stella yang sudah berdiri di tengah lapangan yang sepi selama kurang lebih lima menit. Terkadang Luke ingin tahu apa yang mereka bicarakan saat ini. Indra pendengarannya tidak bisa menangkap dengan jelas suara mereka.

"Belum pulang, Pak?" tanya seseorang yang membuat Luke sedikit terkejut dan langsung menoleh. Terlihat Asep berdiri di sampingnya, menunggu pertanyaannya tadi dijawab oleh Luke.

"Eh, Sep... ini baru mau pulang, kok," jawab Luke, lalu mulai melangkahkan kakinya. Luke sempat melirik sekilas ke arah Peter dan Stella yang kini sudah berjalan meninggalkan area lapangan.

***

"Who lives in a pineapple under the sea? SpongeBob SquarePants! Absorbant and yellow and porous is he? SpongeBob SquarePants!"

Lagu SpongeBob SquarePants terdengar dari ponsel Luke yang memang sengaja ia putar. Luke ikut bernyanyi lagu pembuka kartun tersebut dengan suara seperti seorang bajak laut. Luke, masih memakai baju kerjanya, juga berjoget abstrak di hadapan Lemma. Lemma terlihat tertawa melihat Luke melakukan itu semua.

"Luke, itu ada murid kamu dateng." kata Emma sambil berjalan menuju dapur setelah membuka pintu depan yang tadi sempat diketuk seseorang. Luke bahkan tidak menyadari kalau ada seseorang yang mengetuk pintu tadi.

Luke sempat terdiam beberapa detik sampai ia ingat kalau hari ini ia harus memberi tutor kepada Peter. Luke terlihat menghampiri Lemma, yang sedang duduk di sofa, dan sedikit menggelitik perutnya. "Papa ngajar anak orang dulu, ya. Nanti kita lanjut lagi nyanyinya."

Luke meninggalkan Lemma dengan ponselnya yang masih memutar lagu SpongeBob SquarePants secara berulang. Setelah berada di ruang tamu, Luke melihat Peter sudah duduk manis di sofa ruang tamunya.

"Nyasar nggak tadi ke sini?" tanya Luke basa-basi setelah duduk berhadapan dengan Peter.

"Nggak, kok, Pak," jawab Peter sambil menggelengkan kepalanya, lalu mengeluarkan buku Matematika dan alat tulisnya dari dalam tas ranselnya.

"Oke, kalau begitu kita langsung mulai aja, ya." kata Luke sambil membuka buku Matematika di halaman bab Peluang.

Peter terlihat sesekali mengangguk sambil melihat Luke yang sedang menjelaskan dan menulis rumus di buku Matematikanya. Peter juga tidak segan untuk bertanya saat ada penjelasan Luke yang kurang jelas.

"Nah, jadi, peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah satu." kata Luke sambil menulis angka satu. "Sekarang, coba kamu kerjain soal selanjutnya. Caranya masih sama seperti tadi."

Peter mengangguk dan mulai mengerjakan soal selanjutnya. Peter terlihat sesekali membolak-balikkan halaman buku karena ia lupa dengan rumus yang dijelaskan Luke tadi. Sedangkan, Luke hanya memerhatikan Peter mengerjakan soal itu sambil memberitahunya saat dia salah menghitung.

"Peter, saya tinggal dulu, ya. Kalau soal yang ini udah selesai, kerjakan soal yang berikutnya." kata Luke yang hanya dibalas Peter dengan anggukkan kepala.

Luke berjalan menuju ruang keluarga dan melihat Emma sedang duduk di sofa sambil memangku Lemma yang sedang mengemut ibu jarinya. Menyadari kehadiran Luke, Emma menoleh ke arahnya. "Udah ngetutornya?"

"Belum." Luke menggeleng. "Aku haus. Kenapa nggak nyiapin minum?"

"Sirup habis. Kalau kopi takutnya murid kamu nggak suka."

"Air putih, kan, ada. Nggak usah nyiapin minum yang enak. Dia bukan tamu penting." kata Luke sambil melenggang menuju dapur.

Emma memutar bola matanya. "Terserah."

Luke akhirnya kembali ke ruang tamu dengan dua gelas air putih di tangannya. Luke kemudian menyimpannya di atas meja, lalu duduk di sofa. "Ini diminum, ya. Maaf, nih, adanya air putih."

"Nggak papa, Pak. Jadi ngerepotin." kata Peter tersenyum, lalu menggeser bukunya ke arah Luke. "Ini udah bener belum, Pak?"

Luke sedikit mencondongkan tubuhnya supaya bisa melihat hasil pekerjaan Peter. "Nah, iya, ini udah bener. Itu kamu bisa ngerjain. Kenapa ulangan kemarin kamu nggak bisa?"

Peter menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil terkekeh. "Saya juga nggak tau, Pak."

"Yaudah, sekarang kamu lanjutin soal yang selanjutnya. Belum selesai, kan?"

"Belum," jawab Peter, kemudian melanjutkan mengerjakan soal selanjutnya yang belum sempat ia selesaikan tadi.

Saat Luke sedang memerhatikan Peter, Lemma terlihat merangkak dari ruang keluarga menuju Luke. Luke akhirnya menyadari kedatangan Lemma yang kini duduk di dekat kakinya. Luke lalu mengangkat Lemma ke pangkuannya. "Kamu ngapain di sini? Mau ikut belajar juga, ya?"

"Pak, ini bener ngga- Alina?"

***

Hayoloh siapa alina :-)

Ngapa gue kepikiran bikin teen fiction tentang teler haha

Lemma // lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang