hai. sorry banget. pake banget. author nge-stuck banget. akhir-akhir ini mood author naik turun. tapi thanks banget buat pacar Author yang rela aku jadikan objek kemesuman author. thanks you so much, and i love you. sorry. hahaha.
happy reading~
><><><><><><><><><><><><><><><><<><><><><><><><><><
"Lo gak ada niatan gitu mampir ke neraka atau ke surga? Ntar lo bisa curhat ma gue. Oh, bawa HP lo, biar lo bisa ngehubungi gue." Cecar Kanesa begitu kejamnya saat setelah 1 jam yang lalu dengan tak berdosanya Gabriel siuman dari koma 2 minggunya. "Ya, kali aja, gue bisa mili waktu ntar di tanya malaikat maut. Pilih surga atau neraka." Ucap Kanesa masih saja menyindir.
"Lo kejam banget sumpah, Nes. Orang baru juga bangun lo, sindir. Ntar dia mati gimana, lo mau tanggung jawab?" ucap Reo yang secara tak langsung menyindir Gabriel.
Sedangkan Gabriel hanya tersenyum kecil melihat sahabat-sahabatnya hanya mencibir juga menyindirnya tak tanggung-tanggung. Hanya senyuman yang bisa dia berikan.
"Elah. Mana ada orang keras kepala matinya cepet. Buktinya dia." Ucap Kanesa masih saja menyindir dengan menunjuk Gabriel yang terbaring lemah dengan di sampingnya ada Tasya yang terkekeh pelan.
"Thanks. Gue juga kaget waktu bisa bangun." Tandas Gabriel menimpali ucapan sahabatnya yang begitu menusuk.
Kanesa hanya memutar matanya jengah. "Paling juga malaikat maut enggan nyabut nyawa lo, dosa lo kan banyak, Gab."
Hening. Ruangan ini terasa hening mendadak. Seluruh penghuni mendadak membisu. Sedangkan aku hanya asyik mendengarkan dan mengupas apel yang ada di pangkuanku. Mau tanya? Kenapa aku di sini? Oh, aku rasa kalian tau kalau aku sudah memaafkannya, Gabriel, hanya dengan syarat dia tak lagi menyakiti kakakku tersayang. Merasa ada yang melihatku, aku mendongak dan menatap semua penghuni yang ada di sini. Semua mata tertuju padaku. Dengan cuek aku mengangkat kedua bahuku.
"Apa? Ngapain lo pada nontonin gue?"
"Bener kata Kanesa, gue banyak dosa." Aku menaikkan satu alisku ke atas. Apa perlu aku tekankan? Kalau dia tak perlu begitu? Atau perlu aku berulang kali mengucapkan 'aku sudah memaafkannya'?
Aku menghela nafas pelan lalu kembali pada kegiatan mengupas apelku. Aku abaikan kata-kata membosankan yang baru saja di lontarkan Gabriel. Bagiku itu sudah tak ada untungnya.
"Dan, lo beneran udah maafin Gabriel?" kini Kanesalah yang angkat bicara, setelah beberapa detik suasana begitu tak mengenakkan. "Gue hanya ingin tanya."
Aku mendongak menatap Kanesa yang menunggu jawabanku. Tapi lirikkanku aku tujukan pada sosok Tasya yang memegang atau lebih tepatnya menggenggam tangan Gabriel dengan erat. Aku bangun dari dudukku dan berjalan pelan di hadapan kasur Gabriel. Aku pandang tangan yang saling terpaut itu, seperti menunjukkan tak ada yang ingin lepas. Menyedihkan. Apa aku akan melepas kakakku begitu saja?
"Di sini, selama gue jenguk lo selama 3 hari. Gue gak pernah ngeliat KEKASIH lo. Shinta. Ke mana dia?" aku tatap wajah Gabriel yang terbaring lemah di atas kasurnya.
Gabriel tersenyum kecut saat mendengar pertanyaanku, dan aku lihat dia berusaha bangun dari tidurnya, mungkin berusaha duduk. Tasya membantunya dengan telaten. Kenapa harus kakakku? Kenapa Tasya yang harus mencintai dia? Gabriel dengan tegas menatapku dengan tatapan yang sama denganku. Tak ada keraguan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]Between of Shadow (MxBxB) (Yaoi)
Teen Fictionsquel book no 2 from "i and you in your past" jangan salahkan aku yang telah mencintaimu. karena cinta akan datang kapanpun, di manapun, dan dengan siapapun. salahkah aku yang mencintaimu? cinta itu buta... cinta itu juga tentang rasa cinta juga s...