23%

2.7K 236 35
                                    

Happy Reading~~

><><><><><><><><><><><><><

Rasa itu...pernah sekali aku rasakan. Rasa tak nyaman, dan juga cemas yang berlebihan pada sesuatu hal yang belum tentu terjadi. Bahkan sesuatu hal yang bahkan tak berubah wujudnya. Rasa yang membuatku dalam sekejap kehilangan orang-orang yang amat sangat aku sayangi. Rasa tak nyaman yang sama sekali tak dapat aku lupakan. Rasa cemas.

"Makanya gue bilang apa? Percuma juga lo, ngecengin tuh cewek. Kalau ceweknya sendiri ilfiel ma lo. Ngimpi sana."

"Lo ngedoain gue gitu amat."

"Noh! Belajar dari Andre. Fansnya banyak. Tuh sampai gebetan lo, sheyla ngelirik Andre mulu."

Merasa di perhatikan aku mendongakkan kepalaku mengalihkan perhatianku dari layar ponselku. Aku memandang Theo, Faisal, dan juga Nugi, secara satu persatu. Mengangkat salah satu alisku. "Napa lo pada ngeliatin gue?"

"Nyebelin sumpah." Komentar Theo tiba-tiba.

"Enak banget nasib lo, Dre. Lo kalau cari pasangan tinggal jentikkan jari, tuh cewek pada rela datengin elo." Ucap Ichal sambil menunjuk sekelompok para murid perempuan yang sedang mengamati kearah kami.

"Bahkan gebetan Ichal juga kecantol pesona seorang Andre." Nugi tertawa terbahak-bahak saat tak sengaja Sheyla lewat di samping dan mengedipkan matanya ke arah kami. Salah. Melainkan kearahku, lebih tepatnya. Melihat itu membuatku bergidik ngeri.

"Gue gak ada minat. Ambil aja cewek bertubuh seksi itu. Untuk ukuran anak SMP gue gak suka dengan gayanya." Sontak saja kata-kataku dapat respon saling memandang dari para sahabatku ini.

"Enak banget ye, jadi elo. Lo tinggal kedip mata aja, tuh para cewek mau nerima elo jadi pacarnya."sindir Ichal yang benar-benar kesal dengan perkataanku tadi. Sebenarnya aku gak maksud apa-apa. Hanya saja aku memang tak begitu menyukai perempuan yang berdandan melebihi batas umur yang seharusnya. Kalau dia masih SMP kenapa mesti berdandan menor? Toh berdandan biasa aja juga sudah cantik.

"Kalau andai yang lo katakan bener. Gue udah dapetin orang yang gue suka dari dulu." Gumamku menanggapi perkataan Ichal.

Tentu saja mereka bertiga menatapku dengan pandangan masing-masing. "Apa?" dan mereka hanya menggeleng menjawab pertanyaanku. Aku kembali melihat layar ponselku yang tadi sempat aku tunda. Masih belum ada balasan dari orang yang aku kirimi pesan. Jangankan balasan, di baca pesanku saja tidak. Kak Andara memang marah hari ini. Sebenarnya aku ingin sekali cepat-cepat melakukan ide bodoh ini, dan dapat memeluk kak Andara lagi. Melihatnya yang mencueki aku sepanjang hari ini, membuatku gila.

.

.

"Bu, kak Andara sedang marah ya? Apa kita keterlaluan ya bu?" ucapku saat melihat ibu yang mempersiapkan bekal untuk perjalanan kita ke Bandung.

"Kian sayang. Apa kamu mau tak menjadi spesial kejutan kita?" suara ibu yang lembut membuatku mengurungkan niat untuk membongkar semuanya. Sebenarnya aku tak tega mendiami kakak yang amat sangat aku cintai. tapi demi kejutan ulang tahunnya. Aku harus rela mati-matian menahan semuanya.

"Tapi bu. Kakak marah banget sama, Kian. Kian jadi tak enak dengan kakak." Senyum lembut ibu serta usapan di kepalaku membuat rasa khawatir itu lenyap seketika. "Tidak akan lama kok sayang. Setelah sampai di Bandung, kita akan jelaskan semua."

[2]Between of Shadow (MxBxB) (Yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang