11%

6K 422 73
                                    

maaf karena baru up. soalnya ada beberapa urusan yang sungguh author kelimpungan. :( ini juga author mau magang. jadi gak bisa up sering2. saya mohon maaf. TT^TT terima kasih sama nur yang mau bantu membuatkan ceritaku di sela2 kesibukannya. gomen nur. T^T

created and colaburacy story with NurEdMelAsWan

Happy reading~~

><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><

"Lo ngapain senyum-senyum sendiri? Menyeramkan." Aku mendengus ketika mendengar perkataan Reo yang begitu menyebalkan di pagi hari ini.

"Gue gak ingin denger kata-kata itu. Terlebih dari seorang Reno si jomblo."

"Lo ngehina?!"

Aku terkekeh mendengar suara Reo di sampingku. Lalu aku kembali menatap papan yang menampilkan berbagai macam materi biologi yang di jelaskan Bu Lusi. Apa aku sudah bilang kalau aku pindah tempat duduk? Oh kalau belum, maka aku akan beri taukan pada kalian. Aku sudah pindah tempat duduk. Aku tak begitu sudi berdekatan pada seseorang yang telah menyakiti Tasya. Aku bahkan dengan anak brengsek itu (anak yang namanya aku malas menyebutkan) sudah tak kembali duduk satu meja. Aku pindah jauh darinya. Dan aku geret Reo bersamaku.

"Dan." Aku hanya menjawabnya dengan dehaman. "Lo...masih marah dengan Gabriel?" oh. Tak adakah hal yang harus di bahas selain itu? Aku mengacuhkannya dan lebih memilih melipat kedua tanganku di atas meja dan menidurkan kepalaku. Pelajarsan Biologi yang sangat membosankan.

"Dan..lo gak seharusnya seperti ini...lo...jahat ma Gabriel dan juga Tasya, kakak kembar elo." Aku masih tetap mengabaikannya. Terlampau malas aku memikirkannya. "Adan. lo jangan gini. Kasihan Gabriel lo siksa seperti ini. Gue tau Gab—"

Aku sudah tak bisa menahannya. Rasanya emosiku sudah tersulut hingga ubun-ubun. Akupun bangun dari posisiku, dan reflek menendang meja di hadapanku, hingga menimbulkan suara keras yang menggaung di seluruh penjuru kelas. Menyita perhatian hampir seluruh kelas bahkan bu Lusipun juga terhenti untuk menerangkan suatu materi demi melihat apa yang terjadi.

Aku menatap Reo dengan tatapan datar. "Gue tau, lo gak ada saudara perempuan. Gue tau lo gak ada kakak perempuan. Lo hanya punya adik keil cowok lo yang lo sayangi. Bayangkan adik lo, Musa, adalah seorang wanita. Dan dia menangis di hadapan lo, karena adik lo di sakiti oleh seorang cowok 'BRENGSEK'. Well, lo akan bagaimana? Diem?" aku melirik Gabriel yang menunduk tak melihat ke arah kami. "Lo memang pecundang. Diem aja lo. Pandangi aja adik lo nangis, dan biarkan dia h-a-n-c-u-r." Aku mengeja kata 'hancur' dalam kata-kataku.

Reo menatapku dengan tatapan tertegun, kaget, lalu pucat. Aku berjalan keluar kelas dengan entengnya. Hancur sudah moodku hari ini. Aku sudah tak ingin berdiam diri di dalam kelas. Terlalu menyebalkan, jadi percuma aku berdiam diri di sana. Hanya membuatku hancur. Kalau di pikir-pikir baru kali ini aku terpecah belah dengan Reo, Gabriel maupun Kanesa. Mengingat Kanesa, cowok mungil itu terlihat enggan berbicara denganku. Tapi bagiku tak masalah. Itu urusan mereka.

Akupun melangkah menju taman belakang. Sedikit tidur-tiduran di sana kayaknya boleh juga. Aku juga rasanya mengantuk. Aku berjalan melewati lapangan outdoor demi menuju belakang aula. Ah. Jadi mengingat cerita mom dan dad. Mereka selalu menceritakan taman belakang ini semasa mereka sekolah.

Tapi langkahku terhenti saat aku mendengar suara seseorang. Aku mencoba menajamkan pendengaranku dan mencoba mendekat ke asal suara. Terlihat dua sosok yang amat sangat aku kenal. Dan itu membuat jantungku berdetak berpuluh kali lipat. Sial!

[2]Between of Shadow (MxBxB) (Yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang