20%

3.2K 262 37
                                    

hem. saya sebelumnya minta maaf pada kk Ariezteea yang tak sesuai dengan keinginan kk. saya benar-benar minta maaf.

Happy reading~

><><><><><><><><><><><><>><><><><><><><

"Mau sampai kapan lo bakal melarikan diri?" ucap Reo yang ada di hadapanku. Kami berlima sedang berada di kantin.

"Tidak! Aku tak akan biarkan bajingan itu kembali menyakiti adikku!! Tak akan aku biarkan!!"

"Gue ngerti, Sya maksud elo. Tapi mau sampai kapan? Mau sampai kiamat datang?" begitulah perdebatan antara sahabatku Reo dan Tasya, mengenai masalah pak Andre. Dan ya, mereka semua tau masalahku mengenai pak Andre. Sungguh itu awal yang paling ingin aku tentang. Karena kekepoan akut dari seorang Reno Fernanda, membuat Tasya mau tak mau menceritakan semua.

Hari itu sangat panjang menurutku. Mereka menghujaniku dengan berbagai pertanyaan dan tatapan yang tak sedikitnya memandangku aneh. Jelas. Terlebih saat mereka tau orientasi seksku. Dan juga tentu tak lupa 'keluarga'ku. Mereka awalnya menjauh, dan aku memakluminya. Aku tak pernah memaksakan kehendak agar mereka mengerti. Toh nyatanya mereka mengerti dengan sendirinya.

"Kalian ini berisik saja. Kalian tak lihat orang yang bersangkutan saja diam beribu bahasa." Sindir Kanesa yang jauh lebih tajam.

Sontak saja mereka berempat menoleh padaku, oh, minus Gabriel. Dia tampak cuek-cuek saja. Aku mengaduk-aduk sedotanku pada gelas yang berisikan jus mangga. Dan menatap mereka yang tengah menatapku.

"Ada apa?"

Reo tampak menghela nafas, dan lalu kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya. "Mau ngotot seberapa banyakpun kalau yang bersangkutan cuek bebek juga percuma."

Aku hanya mendengus mendengar perkataan Reo yang mulai menyindirku. Jujur aku terlampau malas untuk membahas tentang masalah ini. Bahkan jus mangga yang menjadi favoritku sama sekali tak berkurang semenjak aku membelinya beberapa menit yang lalu. Aku hanya memainkan sedotannya tanpa ada niatan untuk meminumnya.

"Tapi ini beneran? Pak Andre itu adik ayah lo, Dan?" tanya Kanesa yang masih saja menatapku. aku hanya menggidikkan bahuku cuek. "Coba aja test DNA. Kan itu bisa membutikan bahwa pak Andre itu paman lo asli atau bukan. Mungkin saja ini sebuah kebetulan yang konyol bukan?"

"Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan, Nes." Ucapku singkat.

"Tapi benar kata Kanesa, kenapa gak lo coba aja saran dari Kanesa?" ucap Gabriel yang kini mulai angkat suara. "Gue rasa gak salah."

Aku menatap Gabriel dengan tatapan malas. Aku menghelakan nafasku gusar. "Bagaimana gue bisa mintakan itu ke pak Andre? Sedangkan gue sudah sebulan ini menjauhinya."

Hening. Tak ada jawaban yang di peroleh dari keempat orang di hadapanku ini. "Ah. Tapi...gue masih heran. Kalau pak Andre ngalami kecelakaan besar kemungkinan ngenal elo kan ada 2. Pertama karena dia tak sengaja ketemu elo, karena dia hilang ingatan. Kedua, karena dia persis seperti yang lo katakan, Dan. Dia kenal elo seutuhnya, dan hanya sebagai—AW! Lo apaan sih, Nes?!"

Aku menunduk. Aku paham apa yang di bicarakan Reo. Sangat paham malah. Bahkan aku berusaha menalar seluruhnya dengan menggunakan sedikit kepintaranku untuk mengelak semuanya. Sepi semua nalarku dan juga logikaku selalu berkumpul menjadi satu dengan satu jawaban. 'pak Andre tak kehilangan ingatannya, dan hanya melampiaskan rasa cintanya padaku yang notabene adalah anak dad'. Mau sampai berabad-abad aku memikirkannya secara logika, tapi bila memang jawabannya hanya satu...apa yang bisa aku lakukan?

[2]Between of Shadow (MxBxB) (Yaoi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang