Layar monitor pada laptop itu berkedip. Semua tulisan di sana berwarna hijau dan terlihat begitu kecil. Rin Nohara bahkan sampai memicingkan matanya, belum lagi kecerahan pada layar itu membuat matanya begitu sakit.
"Mungkin aku harus membeli kacamata."
"Kau sepertinya kurang istirahat," Hinata meletakkan cangkir teh di atas meja. Harum teh hijau yang dicampur dengan madu mengalihkan perhatian Rin. Wanita itu segera mencicipi teh hangat yang diberikan padanya. "Kau tidak pernah melepas pandangan dari layar laptop sejak kemarin. Apa pekerjaanmu akhir-akhir ini begitu berat?"
Rin meletakkan cangkir teh di atas meja yang berhasil membuat suara dentingan di sana. "Tidak," katanya. "Belakangan ini ada beberapa email yang tidak dikenal sedang meretas sandi perusahaan Mrs. Sulit rasanya mengalihkan pandangan, karena aku membutuhkan konsentrasi yang tinggi." Tentu dia berbohong, bagaimanapun Rin tidak akan bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ah, apa aku mengganggumu? Kau bisa memakai kamarku kalau kau mau. Mungkin di sana kau bisa lebih fokus." wanita itu menggelengkan kepalnya.
"Kalau begitu, aku akan memindahkan Sarada dan Boruto ke kamar. Kalau mereka terbangun, pasti suara tangisan pertama yang didengar." Hinata beranjak dari sofa. Berhati-hati memindahkan Sarada ke kamar lebih dulu, begitupun juga dengan Boruto.
"Maaf karena aku mengganggumu."
"Tidak masalah, selamat bekerja."
Rin membalas senyuman Hinata. Tidak lama kemudian, dia segera beralih ke arah laptop. Ia menghela napas, sembari menepuk-nepuk lehernya yang pegal. "Siapa yang akan menduga kalau dia melakukan hal ini." menyandarkan punggung pada sofa, layar pada laptop terus memunculkan kalimat-kalimat berwarna hijau di sana.
"Kakashi?"
◊◊◊◊
Seingat Sasuke, minggu kemarin mereka baru bertemu. Namun sekarang, Naruto sudah berada di depan matanya lagi. Lelaki itu datang ke ruangan kerjanya dengan wajah yang terlihat seperti orang yang terkena insomnia.
"Sudah berapa hari kau tidak tidur?"
Naruto berusaha membuat matanya terbuka, namun rasanya begitu sulit. Sialnya rasa mengantuk itu baru muncul sekarang. "Ini hari ke lima aku tidak tidur." dia menjatuhkan kepalanya pada meja kerja Sasuke dan berhasil membuat tumpukan dokumen itu jatuh berserakan ke lantai.
"Jika kau datang hanya mengacaukan pekerjaanku, pulanglah!" bagaimanapun dia merasa kesal di sini. Tumpukan berkas itu bahkan baru selesai tiga puluh menit yang lalu.
"Sial! Aku baru merasa mengantuk sekarang. Aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini. Bisa kau siapkan satu sopir untukku?"
Sasuke menghela napas, mencoba untuk sabar. Dia beranjak dari arah kursi, mengambil ponsel yang sengaja diletakan di salah satu nakas di sana. Ketika dia sedang bekerja, ia tidak ingin ponsel berada di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blurry Memories
FanfictionNaruto selalu terbangun di setiap malam. Mimpi yang membuatnya begitu frustrasi dan terasa begitu nyata. Mimpi yang sama selalu menghantuinya di sepanjang malam. Sosok perempuan di dalam mimpi itu tidak terlihat jelas. Kakashi menyimpulkan kalau mi...