Lagi-lagi, sahabatnya itu datang dengan tiba-tiba ke ruangan kerjanya. Di mata Sasuke, Naruto terlihat tidak nyaman duduk di kursinya. Pria itu bersikap sangat aneh dan terlihat jelas di matanya.
Sasuke menghela napas, "Katakan saja apa yang ingin kau katakan," katanya. Dia menyerah, pun juga merasa risi dengan tingkah sahabatnya itu. Bahkan sedari tadi, dia mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Namun Naruto berhasil mengalihkan perhatiannya. "Sepertinya aku tahu apa yang ingin kau katakan padaku."
Naruto tersentak, dia mencoba mengambil posisi duduk tenang. "Boleh aku tahu kau menikah dengan siapa?" tanyanya ragu-ragu, lalu dia menoleh ke arah Sasuke dan mendapati raut wajah masam di sana. "Maafkan aku, aku akan berkata jujur padamu karena aku tidak membaca sama sekali surat undangan itu."
Pria itu menghela napas. Sesuai dengan dugaannya, kalau Naruto tidak akan membaca surat undangan yang dikirim olehnya. "Kenapa kau ingin tahu?" Sasuke menopang dagunya, layar di laptop tidak lagi menjadi perhatiannya saat ini. "Oh, kau ingin memastikan apakah aku menikah dengan mantan kekasihmu, begitu?"
Tidak ada jawaban, namun arti raut wajah di depannya sudah menjawab pertanyaan Sasuke. "Aku sudah menduga, cepat atau lambat Kakashi akan menceritakannya padamu. Sepertinya kau salah paham." Naruto mengedar pandangan sekitar karena merasa malu, lalu menggaruk pipinya, sembari tertawa kaku.
"Aku tidak menikah dengan Hinata," kata Sasuke. "Hinata menjadi Ibu susu untuk putriku, selama aku dan istriku sibuk bekerja, putriku tinggal bersama dengan Hinata." jelasnya. Sasuke sekali-sekali melirik Naruto yang memasang wajah terkejut.
Di sisi lain ia merasa lega, itu berarti anak perempuan yang dimaksud oleh Kakashi adalah anak Sasuke. Lalu bagaimana dengan anak laki-laki Hinata? Mungkinkah anak itu merupakan darah dagingnya?
Sasuke menganggap bahwa mungkin sebentar lagi pria pirang itu akan marah padanya, sebab dia pernah mengatakan kalau dia tidak tahu keberadaan perempuan itu.
"Kau mengatakan padaku kalau kau tidak tahu keberadaan Hinata," Sasuke berusaha bersikap tenang ketika tebakannya pada Naruto benar. "Kau menyembunyikan sesuatu, seperti apa yang dilakukan ibuku. Sebenarnya ada apa dengan semua ini!"
Mencoba mengontrol emosinya, Naruto mengambil napas. Ia harus tetap tenang, terlebih lagi jika saat dia bersama dengan Sasuke. Pria dingin itu pasti akan tetap memasang wajah datar yang mampu membuatnya semakin kesal.
"Aku sudah mengatakannya padamu, 'kan? Untuk berbicara empat mata dengan ibumu atau dengan Hinata. Naruto," Sasuke menatap lurus ke depan. "Aku tidak bisa ikut campur dalam urusanmu, terlebih lagi Bibi melarangku. Aku hanya bisa memberikan clue padamu." katanya.
Pandangan matanya menatap teduh, dia tidak bisa lagi berpikir apa-apa. Lagi-lagi kali ini adalah ibunya. "Anak laki-laki itu mirip sekali denganmu, siapa pun itu pasti akan berpikiran hal yang sama denganku. Sepertinya kau memang kelepasan." Naruto bersemu merah saat mendengar kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blurry Memories
FanfictionNaruto selalu terbangun di setiap malam. Mimpi yang membuatnya begitu frustrasi dan terasa begitu nyata. Mimpi yang sama selalu menghantuinya di sepanjang malam. Sosok perempuan di dalam mimpi itu tidak terlihat jelas. Kakashi menyimpulkan kalau mi...