Sungguh suatu hal yang menyenangkan karena bisa menikmati perjalanan bisnis dengan senang. Tangan kanan dan kiri Kushina dipenuhi dengan bingkisan mainan yang dibeli di Inggris tepat pada saat tanpa sengaja matanya melihat salah satu toko mainan. Benjamin Pollock's Toyshop, salah satu toko mainan yang sering dikunjungi keluarga, terlebih lagi saat Natal tiba.
Minato tidak bisa menghentikan istrinya, terakhir, mereka pulang membawa banyak bingkisan. Dia tahu kalau tidak ada gunanya melarang itu semua. Ah, pria itu bahkan tidak tega membuat senyuman cerah itu luntur.
Rin mengernyit bingung, keningnya mengkerut ketika melihat Mrs. Kushina tersenyum lebih cerah. Bahkan dia bisa melihat bunga-bunga bermekaran di sekitar wanita paruh baya itu.
"Biar saya bantu, Mrs." Kata Rin, namun Kushina mengabaikan dirinya, memilih masuk dengan gembira ke dalam rumah sembari meneriaki nama cucunya.
"Aku tidak bisa menghentikannya," Minato menggaruk kepalanya. "Padahal dia pernah mengatakan padaku kalau anak itu sangat merawat semua mainan dan bahkan masih terbungkus di dalam plastik. Apa benar tidak ada tempat lagi untuk menyimpan semua mainan itu?"
"Nona Hinata hanya bingung harus meletakannya di mana, namun dia membeli lemari khusus baru-baru ini." tidak mungkin baginya mengatakan, kalau lemari itu tidak bisa lagi diisi mainan karena mainan baru lain datang.
"Begitu ya," Minato merogoh saku celananya. Rin melotot di sana, dia tahu kalau itu tablet khusus yang digunakan Mister untuk mengirim uang pada klien maupun pebisnis lainnya. "Aku akan ̶ ̶"
"Tidak!" kata Rin, bahkan suara itu terdengar seperti berteriak. Ia pun buru-buru minta maaf, "Maksud saya, maaf ... Nona Hinata tidak menyukai hal seperti ini. Saya pikir Anda masih mengingat bagaimana dia bersikeras ketika diberitahu akan diberikan rumah ini."
Minato menghela napas, ingatannya mundur perlahan. Cukup lama istrinya itu membujuk wanita itu agar mau tinggal di rumah yang sengaja mereka beli di daerah Distrik Ota Ward. "Oh, aku mengerti." tidak ingin suasana menjadi canggung, dia pun memilih memasukkan kembali tablet itu ke dalam saku. Minato kembali masuk ke dalam mobil, dia tidak bisa bertemu dengan cucunya saat ini, kesibukannya di dunia bisnis membuat dirinya begitu sulit untuk istirahat.
Dia memandang mobil yang mulai menjauh, Rin melirik dari ujung matanya. Lalu beralih ke arah seberang jalan, cukup lama dia memandang ke arah sana. Hingga pada akhirnya orang di seberang itu memilih mendekat ke arahnya.
"Rin, kenapa kau lama sekali di luar sana. Apa yang sedang Minato bicarakan padamu?" Kushina bergeming di depan pintu. Senyuman itu luntur seketika. Rin menoleh ke arah wanita paruh baya itu sembari sedikit menggeser tubuhnya.
"Ibu ... sepertinya kita harus bicara sekarang. Maaf jika kehadiranku membuatmu terkejut. Karena aku sengaja tidak ingin mengabari Ibu."
Situasi ini tentu bukanlah hal yang baik pun bukanlah hal buruk. Rin menjaga batasannya dalam ikut campur, sekali pun terkadang ikut andil, namun di sadar kalau dia tetap harus menahan diri. Karena itu, dia memilih membiarkan mereka berdua di sana. Belum lagi, Hinata ada di depan pintu yang memasang wajah tidak kalah terkejut dari Mrs. Kushina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blurry Memories
FanfictionNaruto selalu terbangun di setiap malam. Mimpi yang membuatnya begitu frustrasi dan terasa begitu nyata. Mimpi yang sama selalu menghantuinya di sepanjang malam. Sosok perempuan di dalam mimpi itu tidak terlihat jelas. Kakashi menyimpulkan kalau mi...