Nih aku kasih part yang lumayan panjang....
Happy reading.....
-------------------
Ara keluar dari kamar mandi masih terbalut handuk dari dada sampai setengah paha, berjalan menuju meja rias sambil mengeringkan rambut dengan handuk yang dibawanya. Ara terduduk mengamati pantulan dirinya di cermin meja rias.
"Brengsek, bisa-bisanya dia meninggalkan kissmark di leherku." Umpat Ara saat matanya menangkap tanda kemerahan dilehernya.
*Ara pov
Apa Ben tidak berfikir bagaimana kalau ibu melihatnya, lagipula kenapa dia sangat mudah sekali tergoda olehku.
Apa saat tadi dia melakukannya sama sekali tidak terpikirkan kecewanya ibuku kalau mengetahui perlakuannya terhadapku.Ahh bukankah memang ini rencanaku membuat Ben bertekuk lutut dikakiku lalu aku tinggal memikirkan rencana selanjutnya. Kubuka lemari pakaianku memilih pakaian tidur apa yang akan kugunakan. Sepertinya udara malam ini cukup dingin sebaiknya aku memakai pakaian yang tertutup saja.
Aku keluar dari kamar menuju dapur dilantai satu. Aku butuh minum sebelum tidur. Kulangkahkan kakiku menuju lift di pojokkan. Sungguh merepotkan sekali pria itu kenapa membuat rumah sebesar ini. Mau kedapur saja harus menunggu lift sampai dilantai satu.
Aku berjalan menuju dapur. Sepi sekali sepertinya para pelayan sudah istirahat semua. Langkahku terhenti saat tidak sengaja mataku menangkap pemandangan dua orang yang sedang berciuman panas di atas sofa ruang tv. Aku bisa melihat bagaimana dua orang itu sangat menikmatinya. Ciiihhh, sungguh menjijikan. Padahal baru tadi Ben menciumku sekarang dia malah bercumbu dengan ibuku.
Aku menghela nafas menatap miris ke arah ibuku. Bisa-bisanya dia dengan mudahnya bercumbu dengan pria lain selain ayahku. Aku tersadar saat sepasang mata Ben menatapku tajam. Ku alihkan pandanganku dan berjalan pergi dari ruang tv. Sebaiknya aku kembali ke kamar saja, lagipula rasa hausku sudah hilang saat melihat adegan menjijikan mereka.
Aku berjalan kembali menuju lift saat pintu lift sudah hampir tertutup tiba-tiba seseorang masuk dan mendorong tubuhku sampai punggungku membentur dinding lift. Ku dorong tubuhnya yang menghimpitku.
"Apa yang kau lakukan bodoh?" Umpatku pada Ben. Sungguh punggungku terasa agak sakit karna benturan tadi. Kulihat dia menatapku tajam kubalas dengan tatapan menantang.
"Sudah berapa lama kau ada disana ?" Tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.
*Ben pov
"Apa masalahmu ?"Gadis ini ditanya malah balik bertanya.
Aku menghela nafas untuk menormalkan emosiku. Aku butuh ekstra kesabaran untuk menghadapi Ara.
"Kenapa kau mengejarku dan malah meninggalkan ibuku yang baru saja kau nikmati ?" Tanya Ara masih dengan tatapan menantang.
"Aku hanya beralasan sudah ngantuk dan ingin ke kamar lebih dulu." Jawabku dengan tenang.
"Lalu kenapa kau mengejarku ?"
"Kau juga kenapa langsung pergi begitu saja?" Kubalas pertanyaannya dengan pertanyaanku.
"Memangnya aku harus bagaimana ? Apa aku harus menghampiri kalian lalu duduk dan menyaksikan adegan panas kalian berdua, HAAH ?" Ucap Ara dengan nada ketus.
"Apa kau cemburu ?" Entahlah tiba-tiba saja aku ingin menanyakannya.
Ara malah tertawa nyaring mendengar pertanyaanku.
"bagaimana aku bisa cemburu padamu bahkan aku tidak memiliki persaan suka sedikitpun padamu. Aku masih sangat mencintai Radit tunangan adikmu sekaligus mantan kekasihku yang sudah direbut oleh adikkmu. Aku hanya merasa kecewa saja melihat ibuku bercumbu dengan pria lain selain ayahku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Dendam (HIATUS)
Romansa"Bodohnya aku memberikan tubuhku secara sukarela ke pria yang sudah merusak rumah tangga orang tuaku." _Chiara Amanda_ "Jangan salahkan aku karna kau yang menggodaku lebih dulu." _Ben Rahardi_