Duval - Casanova

6.6K 595 53
                                    

Aku yakin aku baru saja terlelap ketika hantaman tak menyenangkan tepat mengenai belakang kepalaku. Satu kali. Dua kali. Tiga kali.

Cukup. Aku berbalik. Membuka mataku. Mengerjap. Dan menemukan Saphir dengan bantal yang siap untuk dihantamkan kembali ke arahku.

"Leve toi!" bentak Saphir dengan nada mendesak, menarikku keluar dari keinginanku untuk berbalik mengendus kasur lagi, "Tu as une promesse de parler a Pradnya."

Aku mengerjapkan mata kembali. Ahya... Pradnya. Bagaimana mungkin aku bisa lupa.

"Duval," desak Saphir, "Tu m'entend ou non?"

Aku menguap dan melempar selimutku, "Aku mendengarnya, Saph. Aku akan bicara dengan gadis itu.

Pada pukul delapan tepat, aku menghidupkan laptopku sementara Saphir tampak mondar-mandir di depan jendela yang terbuka. Aku menimbang-nimbang untuk mematikan komputerku dan kembali naik ke tempat tidur jika Saphir tak bertindak seperti anjing penjaga sepanjang pagi ini. Ia tak mau beranjak dari kamarku barang sebentar saja.

Aku menatap layar computer dengan penuh rasa ingin tahu. Dan ketika citra seorang gadis terlihat di sana, aku nyaris melompat dari kursi yang kududuki. Pradnya Paramitha Adhisty berupa secantik namanya. Perempuan itu itu terlihat eksotis sekaligus misterius pada saat yang sama. Terlihat pemalu, dengan mata yang mengerjap indah dan senyum ragu di wajah paling elok yang pernah kulihat seumur hidupku.

"Halo?" suara itu sama persis dengan yang kubayangkan ketika aku mengetahui nama lengkapnya, lembut, merdu dan mengalun dalam nada yang dalam, "Halo, Duval."

"Pradnya?"

Ia kembali tersenyum dan aku merasa seperti mentega yang dipanaskan di wajan, "Yes it's me, Pradnya"

 "Is it still morning there?"

Pradnya tertawa, "Is already noon here. How can you forget, we often talk about this time difference."

"Yes, im bad at counting and remember information."

Gadis itu menggeleng dan aku memerhatikan latar tempat ia duduk. Sebuah ruangan tertutup yang bersekat tampaknya.

"Apa kau berada di kamarmu?"

"Tidak, ini bukan kamarku. Apa itu kamarmu?"

"Yapp!!"

"Siapa itu yang berdiri di belakangmu?"

Aku berbalik hampir seketika dan menemukan Saphir nyengir tepat di belakangku. Sialan.

"Dia..."

"Haii, Pradya... aku Saphir, teman satu flat Duval."

Aku menahan erangan kesal, "Maaf, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tahu seperti apa rupamu. Aku sering membicarakan tentang dirimu padanya."

Pradnya menggeleng, "Tidak. Tidak apa-apa, sungguh. Kita sering membicarakan dia. Aku senang bertemu dengan Saphir. Ia setampan yang kau ceritakan."

Aku kembali berbalik dan mendapati Saphir nyengir semakin lebar, "Seharusnya jangan mempercayai ucapan laki-laki tentang ketampanan lelaki lain, Pradnya."

"Senang akhirnya bisa melihatmu, Pradnya," Saphir melambai pada Pradnya, "Kurasa sudah saatnya aku menyingkir sebelum Duval melempar diriku keluar jendela. Semoga harimu menyenangkan."

"Benar sekali, pergilah menjauh. Kalau perlu pergilah hingga beberapa blok dari sini."

Saphir terkekeh lalu pintu dibanting di belakangku. Aku kembali menatap layar komputerku dan Pradnya tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NyanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang