Nelisa
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki, mungkin itu suster atau dokter yang akan mengecekku. Segera kuhapus air mataku, rasanya memalukan untuk menangis dihadapan seseorang.
"Apa ada yabg sakit?" Tanya wanita yang muncul dari balik pintu kamar rumah sakit.
"Tidak ada sus" jawabku pada wanita berpaikan layaknya perawat
Ia pun mengecek perban di kepalaku, ekspresi wajahnya terlihat sangat tenang. Sepertinya tidak ada hal buruk yang terjadi.
"Kau akan segera sembuh, jangan khawatirkan soal sekolah dulu. Istirahatlah yang cukup" 0erawat itu tersenyum lalu menunggalkanku.
Aku lega mendengarnya. Tapi aku bingung bagaimana caranya aku memberi tahu pihak sekolah agar tidak mengalfaku karena tidak mengirim surat keterangan sakit. Sakit? Ah, seharusnya tidak, kalau-kalau Refan tidak tega mendorongku sampai tertabrak mobil. Entah setan apa yang merasukinya saat itu, aku masih tidak percaya kalau ia sengaja mencelakakanku. Dan jika ditanya kenapa aku begitu percaya, tentu sana kerena Refan sendiri yang menuliskannya pada kertas selembar yang digelatakkan pada nakasku.
Maaf sudah mendorongmu dengan sengaja. Tapi kau sendiri yang bilang ingin menjenguk Defan yang dirawat di rumah sakit. Maka biar ambulans yang mengantarkanmu ke rumah sakit dimana Defan dirawat. Sekarang kau dengannya sudah berada di tempat yang sama. Kalau begitu, aku pamit pulang. Dan satu lagi, jangan ganggu atau berani berada di sekitarku. Ini baru awalan.
Refan.
Itulah isi surat yang membuatku menangis tadi. Rasanya aku juga ingin menangis lagi. Kenapa orang yang kucintai menyakitiku. Adai move on itu tidak sekedar mudah diucap, aku sudah melakukannya sejak dulu. Kalau sudah begini, aku ingin pulang. Aku ingin memeluk kedua orang tuaku.
Tok tok tok!
Baiklah, kurasa aku memang tidak bileh menangis sedari tadi "masuk"
"Nelisa, bagaimana keadaanmu?"
"Defan?!" Sontak aku terkejut. Aku bingung, jadi siapa yang menjenguk, aku atau Defan?
"Aku tanya, bagaimana keadaanmu? Apa kau terkuka parah?"
"Tidak, aku baik-baik saja mungkin hanya butuh sehari istirahat sanpai besok saja"
"Kau yakin? Lagipula kenapa kau repot-repot ingin menjengukku?" Tanya Defan dengan raut wajah khawatirnya ditambah ia masih mengenakan baju pasien rumah sakit sama sepertiku, terlihat makin memelas.
"Kau salah satu teman pertamaku di sini, pastinya aku ingin menjengukmu"
"Terimakasih. Tapi kau menyakiti dirimu sendiri"
Aku menggeleng bermaksud mebgatakan 'bukan apa-apa'.
"Apa itu ditanganmu?" Tanya Defan yang melihatku menggenggam kertas berisi tulisan Refan yang membuatku sakit hati.
Aku pun segera melipatnya dan menaruhnya di nakas "bukan hal penting" jawabku berlagak santai
Defan terlihat tahu jika aku hanya berpura-pura dalam kondisi baik. Ia menatapku lekat-lekat dan menyelipkan rambutku kebelakang telingaku.
"Jika kau ingin bercerita, aku akan senang hati mendengarkan. Kalau menurutmu kita adalah teman, maka masalahmu juga masalahku" katanya sungguh-sungguh
Tapi aku tidak percaya dengan apa yang kudengar, kini gilaranku menatapnya lekat-lekat "kau terlalu berlebihan. Kau juga terlalu baik pada orang yang baru kau kenal, jika kau memang sebaik itu, aku belum bisa menerima kebaikanmu sebanyak itu sekarang ini"
"Tidak masalah. Tapi perlu kau ingat, jika membutuhkan bantuan, aku akan berusaha membantu sebisa mungkin"
Aku terdiam memandangnya. bertanya-tanya apa maksud dibalik semuanya. Namun senyumanya menyadarkanku untuk sekedar mengangguk menjawab kata-katanya.
"Kalau begitu, aku pergi dulu"
"Silahkan"
Ia pun melangkahkan kakinya perlahan, mungkin ia masih belum benar-benar fit walau wajahnya terlihat sudah berseri layaknya orang-orang sehat.
"Defan" panggilku, ia pun menoleh "kenapa kau berkata demikian?"
"Karena kurasa kau bukan orang yang salah"
Ia pun melanjutkan jalannya dengan lebih cepat seakan menghindari pertanyaan berikutnya.
Aku bukan orang yang salah? Apa maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Teardrops
RomansaAku jatuh hati padanya, tetapi kenapa ia meninggalkanku dengan kebencian tanpa penjelasan? Apa suatu hari ia akan memberi penjelasan padaku? 23 juni 2023 Nelisa, seorang gadis remaja tiba-tiba ditinggalkan tanpa penjelasan oleh Refan, pemuda yang te...