Part 5 (DELIA)

34 4 0
                                    


Rey menatap ponselnya bosan, dunia perkuliahan membuatnya sedikit jenuh. Seperti biasa, Rey duduk santai di sofa sebelah jendela dan menatap ke luar rumah yang sedang hujan. Ia tenang dalam rintik hujan, menikmati bagaimana suara hujan yang semakin lama semakin deras. Rileks, dia hanya ingin rileks. Sudah satu bulan lebih mencari gadis yang ia inginkan sangatlah sulit, ia berharap bulan ini dia akan menemukan yang tepat, semoga saja walaupun gila.

"Rey, kamu mau sarapan gak nak?" suara Mama membuyarkan semuanya

"Nanti Maa, Rey nanti turun kok" balasnya malas-malasan

"ditunggu ya nak" kata mama sambil menjauh dari kamar anak pertamanya itu

Rey membuka laptopnya, tugas dan deadline yang ia tulis di home kembali teringat. 'Lelah' satu kata yang bisa menggambarkan suasana hati Rey sekarang. Hujan semakin deras, rasa dingin membalut ruang kamarnya, namun tidak untuk Rey. Laki-laki itu malah menurunkan suhu AC kamarnya, dia hanya menutupi kakinya dengan selimut.

DRRT

Ponselnya bergetar memunculkan nama Selmayunda di layarnya. Rey sedikit tersenyum, melihat ada apa pesan dari pacarnya itu. Hari senin ini Rey memang tidak bekerja di kantor Papa, tapi nanti siang dia harus pergi ke kampus untuk menemui dosennya itu.

Selmayunda: Rey dimana?

Reyta: Rumah

Selmayunda: Jadi ketemu nanti malam?

Reyta: Aku sih bisa

Selmayunda: Ketemu di sana atau jemput?

Reyta: Jemput abis maghrib ya

Selmayunda: Iya, ditunggu

Reyta: Sip

Rey mengunci ponselnya, memikirkan bagaimana hubungannya dengan Selma kedepannya. Rey tau dia harus memutuskan Selma, atau bahkan diputuskan Selma. Pilihan memang berat, itu dikarenakan keadaan keluarga Rey sekarang. Dulu hampir setiap hari Rey pergi ke Bar untuk bersenang-senang bersama teman-temannya atau bahkan sekedar merokok dan nongkrong-nongkrong saja, namun hal itu tidak berlanjut hingga sekarang. Selama Rey terbiasa dengan dunia malam, Rey tidak pernah menyentuk minuman beralkohol, obat-obatan yang terlarang, sampai one night stand bersama perempuan-perempuan ajaib di sana. Namun orangtuanya kadang merasa cemas dengan kebiasaan Rey pulang larut malam, atau bisa kelewat pagi. Memutuskan untuk mengijinkan Rey menikah dalam usia semuda ini memang hal yang luar biasa anehnya, namun mungkin tujuan orang tua Rey baik, namun tidak dengan pemikiran Rey.

...KRIET...

"Kak, jadi sarapan bareng gak sih?" kata Mama yang memasuki kamar tiba-tiba. "Masyallah, dingin banget kamarnya, nanti kamu sakit loh kak" lanjut Mama seraya mematiakn AC yang dibiarkan menyala walaupun diluar hujan

"Iya, aku turun ma" Rey bangkit lalu keluar menuju ruang makan bersama Mamanya di belakang

"Loh Papa belom berangkat?" tanya Rey sesampainya di ruang makan

"Kan baru jam 8 kak, kakak ngampus gak?" tanya Papa sambil menyuapkan perkedel kentang beserta nasi yang dibuat Mama ke dalam mulutnya.

"Siang nanti Pah" jwab Rey kembali datar

Rey melahap makanannya yang terdiri dari perkedel, sup ayam dan juga nasi seadanya dengan lahap. Mama menemaninya dan Papa, perempuan cantik itu masih setia duduk dengan senyum termanisnya hingga Papa memutuskan untuk pergi ke kantor. Seperti biasa, Mama akan selalu mengantar papa ke depan pintu dan memasang juga merapikan dasi Papa lalu melambaikan tangan hingga Papa keluar dari gerbang. Sungguh pasangan paling romantis menurut Rey. Secuek-cueknya dan sebandel apapun Rey dia akan selalu menyayangi orangtuanya apapun keadaannya. Rey memang sempat marah bahkan mengamuk ketika ia tahu dia harus mencari pasangan hidup dalam waktu 8 bulan. Namun ketika Mama memohon dengan sangat dan berurai air mata, Rey lebih mengalah dan mengiyakan permintaan Mamanya.

Love is KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang