Rey baru saja keluar dari ruang kelasnya, sekarang menunjukkan pukul 14.30 WIB. Rey berlari kecil menuju parkiran motor untuk mengambil kendaraannya sekarang. Jakarta begitu ramai di pagi hari tadi, maklum hari Senin. Rey terlalu malas untuk bergelut dengan kemacetan bersama mobilnya, maka ia memutuskan untuk membawa motor ke kampus hari ini.
"Rey! Mau kemana lu, baru jam segini udah pulang aja bro?" tanya Aga, teman baiknya sejak duduk di bangku menengah pertama
"Pacar gue, si Selma masih di sekolah. Gue mau jemput dia dulu"
"Nanti malem jadi gak? Kita mau kumpul di tongkrongan biasa"
"Dimana? Tongkrongan biasa kan ada 3, bodoh"
"Distro Cafe lah, paling enak buat ngopi-ngopi"
"Oh, disitu tempatnya lumayan enak buat cerita kan?"
"Wow, seorang Rey macho gini mau curhat sama temen-temennya? Serius lu bro?"
"ini masalah yang lumayan penting. Gue butuh opini kalian" kali ini Rey memasang tampang serius yang jarang ia tampilkan
"Oke kalo gitu ntar kita bantu, yaudah sana jemput si Selma"
"iya thanks bro"
Sepersekian detik kemudian Rey sudah melesat ke arah sekolah Selma yang dulu juga pernah menjadi sekolahnya. Terngiang perbincangan orang tuanya kemarin yang memaksa Rey untuk menikah tahun ini, Rey prihatin dengan dirinya sendiri. Umurnya saja baru 19 tahun 1 bulan dan orangtuanya menyuruhnya untuk segera menikah? Oh tidak, mimpi buruk apa lagi ini?
TIIN TIIN
"Rey! Hai sayang" Selma berlari dari lobby menuju pintu gerbang
"Udah lama ya nunggunya?"
"Enggak juga. Aku abis makan, kamu udah makan?"
"Iya, udah tadi di kampus"
"kita langsung pulang ya, mama mau ngajak aku jemput papa di kantor"
"Iya sayang" Rey membalasnya terlalu singkat, itu membuat Selma menjadi bingung
"Kenapa sih? Ada yang salah ya?"
"Enggak kok, ayok naik nanti kesorean"
Selma menaiki motor Rey, lalu tangannya ia kalungkan dipinggang Rey dengan erat. Sementara itu Rey masih terfokus dengan jalan raya. Setelah seesai membelah jalan bersama Selma, sampailah mereka di depan rumah Selma.
"Terimakasih sayang" ucap selma sambil menuruni jok belakang motor Rey
"Iya, sama-sama. Aku langsung pulang ya"
"kok cepet banget sih?"
"aku juga ada urusan sama Aga dan lainnya, nanti aku kabarin lagi"
Rey pergi melesat dari hadapan Selma. Kini dia melajukan motornya sedikit lebih cepat dari biasanya. Sekarang pukul 15.00 Rey sudah berada di depan pintu kamarnya, dia mengistirahatkan diri di sofa kamar, namun otaknya beum bisa beristirahat dengan tenang. Pikirannya melayang-layang memikirkan ucapan papanya.
~Flashback~
"Rey, mama tau ini susah buat kamu. Tapi mama gak mau liat kamu berkeliaran terus sama teman-teman kamu kalo gak ada tujuannya, dunia malam sudah semakin gila nak, mama gak mau dengar kamu sampai melakukan hal yang tidak senonoh nak. Kalau kamu sudah menikah, semua akan terasa lebih aman. Kamu bisa punya teman hidup dan semua jadi terarah. Tolong lah nak, tolong mengerti posisi kita sekeluarga" ucap mama mencoba untuk membujuk Rey
"Ma, Pa. Ini bukan main-main loh, ini PERNIKAHAN sekali seumur hidup. Aku gak mau sampai ada kata CERAI nantinya, nyarinya juga gak gampang. Aku gak bisa nikah di umur semuda ini, pacarku aja baru berumur 17 tahun, dia masih sekolah"
"Papa juga tau, gak harus si Selma pacar kamu juga gak apa-apa. Lagipula, kalau memang kamu gak bisa menemukannya, mama dan papa bisa carikan gadis itu untuk kamu"
"Maksud papa, semacam perjodohan?" tanya Rey shock
"Bisa jadi, kalau kamu gak menemukannya dalam waktu 8 bulan ini"
"8 bulan doang? Ma, Pa jangan yang aneh-aneh deh, aku harus cari yang benar-benar pas"
"kalau begitu, mama dan papa bisa carikan gadis itu untuk kamu" ucap mama tegas
"aku capek Ma Pa. Aku tunjukkin 8 bulan aku bisa dapetin gadis itu kalau kalian mau, tapi jangan berpikir aku setuju" kat Rey beranjak dari sofa keluarga
***
Sudah pukul 18.00, itu berarti Rey sudah tertidur selama 3 jam di sofa. Rey beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap menuju Cafe Distro tempat dimana dia dan teman-teman seperjuangannya berkumpul. Ia berusaha untuk jujur ke pada teman-temannya itu. Cafe Distro sepi malam ini, malam selasa yang begitu tenang. Rey menutup pintu mobil dan menguncinya. Dia mencoba berjalan santai menuju teman-temannya, mencoba menetralkan suasana hatinya, ia tak mau Aga, Falah, Tio, Raja, Mario dan Kiki malah kepo berlebih.
"Hey, telat ya gue?" sapanya setelah berada dalam jangkauan meja genk-nya itu
"Eh, Rey, belom, slow aja" ucap falah menyambutnya
"Rey, mumpung kita udh pada full team nih, cepet cerita" kata Aga to the point
"Jangan sampe bocor nih rahasianya"
"Kayak PMS aja pake bocor segala" celetuk Raja
"Serius nih"
"Lanjut elah" Aga mulai emosi dengan keadaan pun rasanya mulai nyolot
"Gue mau nikah tahun ini, 8 bulan lagi gue harus punya calon. Kalo enggak, gue dipilihin calonnya, kata lainnya sih dijodohin" kata Rey cepat
"SERIUS LO?!" ucap mereka berbarengan
"Iya, dan gak mungkin sama Selma. Lo pada kebayang anak umur 17 tahun mau dinikahin sama gue? Ya walaupun gue udah kerja di kantor bokap tapi tetep aja gue belom siap" kata Rey frustasi
"Feeling gue, orang tua Selma mana mau. 15% mereka kasih ijin dan 85% lainnya mereka nolak lu mentah-mentah" ucap Kiki serius
"8 bulan untuk cari pasangan kan hal yang konyol. PDKT gue sama Selma aja 4 bulan lebih, kita pacaran belom ada 1 tahun dan gue harus ngajak dia menikah gitu?"
"Mustahil" satu kata yang diucapkan Mario mewakilkan kata hati Rey
"Mungkin" Aga berkata serius walau hanya satu kata yang membuat semuanya menoleh
"Caranya?" tanya Rey heran
"Mungkin aja dia ada di sekitar lo, kalau udah kenal lama biasanya gak perlu banyak pendekatan, pasti kalau ada di sekitar lo, udah saling mengerti" lanjut Aga
"Cewek di sekitar gue tuh banyak, ada temen sekolah, temen lama, temen baru, temen kerja kelompok, temen nongkrong dan lainnya deh" Jawab Rey lagi
"Tujuan orangtua lo apa si Rey?" tanya Tio terheran-heran
"Biar gue gak lagi berkeliaran malam-malam, ya menghilangkan dunia malam gue lah. Mejauhkan gue dari hal yang tidak senonoh" jelas Rey
"Bagus sih tujuannya, tapi terdengar aneh dan sedikit tidak masuk akal" kata Tio
"Mending kita cari cara lain, setidaknya bantuin Rey cari cewek itu. Rey jangan lupa tanya juga ke Selma" ucap Mario
"Gila aja, bisa-bisa gue sama Selma udahan detik itu juga"
"Cepat atau lambat kalian bakal udahan kalau si Selma gak mau" jelas Mario
"Gue akan coba pelan-pelan deh" jawab Rey lesu
~TO BE CONTINUE~
JANGAN LUPA VOTE IF YOU LIKE IT, COMMENT, AND SHARE TO YOUR FRIEND! HOPE YOU ENJOY IT GUYS
~CHERRYBLOSSOMSISTERS~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Karma
Fiksi RemajaRey, seorang anak muda yang baru berumur 19 tahun harus menikah secepatnya. Ia tak punya pilihan lain selain menikah dengan pilihan orangtuanya, dengan kata lain berarti dia akan dijodohkan dengan pilihan orang tuanya. Dengan kesempatan 8 bulan untu...