Part 3

50 2 0
                                    

Author

"Reza?" Tanya Mama Nisa kebingungan

"Pa.. pacar a.. ku ma" jawab Nisa dengan nada lemah

"Kamu istirahat dulu, Sa. Nanti, mama bakal panggil Reza buat kesini, ya"

Nisa hanya tersenyum lalu kembali tidur.

Sementara itu, dokter masuk ke ruangan dan memeriksa keadaan Nisa.

"Ini sebuah keajaiban, Nisa telah melewati masa kritisnya" ucap sang Dokter sambil mencatat sesuatu diatas kertas

"Oh iya, apakah kalian keluarga dari saudara Reza?" Lanjutnya

"Kami tidak tahu, dok. Memangnya Reza itu siapa?" Tanya Papa Nisa dengan penasaran

"Dari tadi juga Nisa selalu menyebutkan nama Reza, dok" sambung Mama Nisa

"Saya kira Reza adalah adiknya Nisa. Kami tidak tahu siapa Reza, tapi Reza datang ke rumah sakit ini memakai seragam SMA dan dalam keadaan meninggal dunia" jelas Dokter

"Meninggal?"

"Baiklah, saya permisi dulu"

"Oh ya, silahkan dok"

Keesokan harinya..

Rahman Apriliam

Hari ini gak ada jadwak ngampus, jadi gue berniat buat datang ke makamnya Fia. Sambil membawa bunga mawar kesukaannya, gue mengendarakan sepeda motor gue biar sampai ke tujuan.

Setibanya disana, gue langsung ke makam dimana tubuh Fia berada. Gue tatap papan nisannya

Fia Novia binti Agung Suryono
Lahir: 7 November 1994
Wafat: 22 Agustus 2016

"Fi, cepet banget sih ninggalin Rahman nya? Maaf ya, Rahman dulu masih ragu mau ngelamar Fia atau engga soalnya Rahman belum yakin sama pilihan Rahman" ucap gue

Gue menaruh bunga mawar diatas makamnya.

"Fi, yang tenang disana, ya. Rahman pasti bakal kangen banget sama Fia"

Perlahan, air mata gue berjatuhan dan membasahi pipi gue.

"Fi, kemarin aku ketemu mantan dan cinta pertama aku dulu, yang pernah aku ceritain itu, lho. Yang gabisa lupain aku sampai ngejar-ngejar aku. Gak sengaja tabrakan di kampus. Tapi pas di siang harinya Rahman ketemu dia dalam keadaan luka-luka"

"Fi, kalau Rahman jatuh cinta sama cewek lain, Fia gapapa, kan? Rahman takut Fia ga bahagia dialam sana"

Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk pundak gue dari belakang. Sontak, gue menengok ke arah belakang. Ah, rupanya itu Indri, sahabat Fia.

"Lu masih sedihin Fia?" Tanya Indri memulai percakapan

"Ga sedih, Ndri. Gue cuma ngerasa jadi cowok bodoh aja" jawab gue

"Lu yang tegar, Man. Kalau lu senyum, disana juga Fia tersenyum"

"Ta..."

"Gaada kata tapi, Man. Fia bukan jodoh lu, jadi lu harus bisa bangkit dan cari cewek baru. By the way, Nisa kecelakaan, ya?" Tanya Indri

"Gue bakal coba Ndri kalau itu bisa bikin Fia tenang disana. Iya, dia kecelakaan"

"Kasian banget, ya. Padahal pacarnya sayang banget tuh sama dia"

"Pacar?"

"Iya, namanya Reza Nugroho. Dia tetangga gue, anak kelas 3 SMA. Setau gue, mereka pacaran udah 1 tahun, pokoknya selang beberapa hari setelah lu jadian sama Fia, mereka jadian juga"

"Kok gue gatau sih?"

"Ya, lu nya kudet. Mikirin Fia mulu sih sampa-sampai lost contact sama mantan sendiri"

"Jadi, Reza tuh masih pacaran sama Nisa?"

"Ya, Reza nya udah mati. Masa iya masih jadian tapi beda alam?"

"Iya, sih. Yaudah deh, gue buru-buru, Ndri!"

"Mau kemana?"

"Gue cabut dulu, bye!"

Gue pun berlari menuju parkiran dan menancap gas menuju ke rumah sakit dimana Nisa dirawat.

Sesampainya disana....

Nisa gak ada disana! Tiba-tiba seorang suster menghampiri gue.

"Maaf, cari siapa, ya?" Tanya suster tersebut

"Nisa, yang semalam disini, kecelakaan"

"Oh, dia sudah dipindahkan ke ruang Mawar kamar nomor 808"

"Oke, makasih, sus" gue pun berjalan cepat menuju ruang Mawar yang berada gak jauh dari ruangan yang semalam Nisa tempati. Sesampainya di kamar 808, perlahan gue membuka pintunya.

Gue lihat Nisa sedang asyik bermain games di ponselnya.

"Nisa udah sadar?" Tanya gue

"Hai, Man!" Seru Nisa

Perlahan, kaki gue melangkah menuju ke arah Nisa

"H.. hai juga, Sa. Apa kabarnya?"

"Baik"

"Udah gimana keadaannya? Udah mendingan?"

"Belum, Man. Eh, kok lo tau gue ada disini sih?"

"Kan gue yang bawa lo kesini"

"Oh, makasih ya" ucapnya sambil melontarkan senyum manisnya itu.

"Oh ya, pas lu bawa gue kesini, ada Reza ngga?" Lanjutnya

"Ohh, cowok anak SMA itu, ya?"

"Iya!"

"Hmm... itu... di... dia kemarin ada terus gatau deh langsung pergi gitu aja"

"Dia kemana, ya? Whatsapp gue ceklis terus soalnya"

"Emang Reza siapanya Nisa?"

"Pacar"

"Cie yang mulai lupain Rahman"

"Gue ga lupain Rahman. Cinta gue masih ada buat Rahman walaupun udah di paling ujung"

"Maksudnya?"

"Udah deh, jangan dibahas. Oh ya, gimana hubungan lo sama Fia? Jadi nikah?"

"Hmm, jangan bahas Fia deh. Takut dia gak tenang"

"Maksudnya?"

"Fia meninggal beberapa hari yang lalu"

"Inalillahi. Gue gatau, Man. Turut berduka cita"

"Iya, Sa. Gapapa"

"Oh ya, lu ambil jurusan apa di kampus? Udah semester berapa?"

"Ambil DKV udah semester 3. Kalau lu?"

"Keperawatan, udah semester 5. 3 semester lagi dapet gelas S.Kep"

"Oh, ambil S1, ya?"

"Hm, iya"

"Ya, lu selalu semangat kalau tentang belajar dan kesehatan. Semangat terus, ya. Kalau gue ambil D3, gamau ngejar-ngejar dosen mulu. Cape"

"Ya, kayak gitu deh perasaan gue pas ngejar-ngejar lu. Cape" ujar Nisa membalikan ucapan gue

Cinta Diujung HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang