Part 8 (Ending)

23 0 0
                                    

Annisa Anarahma

"Gue gak yakin kalau dia beneran sayang sama gue, Dit" ujar gue sambil menundukkan kepala gue.

"Lho? Kenapa?"

"Kalau dulu dia ninggalin gue karna cewek lain, apakah dia bakal bisa stay sama gue ketika tergoda sama banyak cewek yang lebih perfect dari gue?"

"Maksudnya?"

"Semenjak kecelakaan itu, gue sering banget ngalamin pusing banget, sampai gak ketahan. Pas di check ke dokter...."

"Gimana keadaan saya, dok?" Tanya gue penuh harap mendapatkan kabar yang baik

"Setelah kami melakukan pemeriksaan terhadap anda, anda di diagnosa penyakit kanker otak stadium 2"

"Apa? Kanker otak?"

"Tapi, anda bisa sembuh jika melakukan beberapa pengobatan. Termasuk kemoterapi"

"Terus, lu mau di kemo?" Tanya Adit ke gue.

"Gue baru lulus dan baru dapet gelar sarjana keperawatan gue, Dit. Gue gamau sampai gue menghabiskan sisa waktu hidup gue dengan pengobatan. Gue pengen sisa hidup gue penuh dengan menolong sesama. Kalau Rahman nembak gue, apa dia bakal terima gue apa adanya? Kalau gue meninggal? Apa Rahman mau stay hatinya buat gue tanpa harus cari istri baru?" Jelas gue kepada Adit. Adit hanya terdiam.

Rahman Apriliam

"Jadi, dia sakit kanker? Demi apa lu?!" Tanya gue dengan nada terkejut

"Terus gimana?"

"Yaa, mau nggak mau gue nikah sama anaknya bokap gue"

"Lo gamau perjuangin cinta lo?"

"Bukannya gitu. Dia aja gamau terima gue yang tulus sayang sama dia. Gue juga cuma punya waktu dikit buat curi hati dia!"

"Lo nyerah?"

"Gue nyerah, sob"

1 bulan kemudian

Hari ini hari pernikahan gue sama Indri. Ya, pasti pada kaget kan kalau gue nikah sama dia? Jujur dalam hati, gue gamau nikah sama Indri. Gue juga gatau keadaan Nisa kayak gimana saat ini. Kata Adit, dia dirawat di rumah sakit tempat dia berkerja.

Acara akad nikah dimulai. Tapi gue masih ragu dengan pilihan gue.

"Man, ayok turun. Kamu kan akan melaksanakan akad nikah" ujar mama gue sambil mengelus punggung gue. Gue hanya mengangguk pelan.

Gue turun dari lantai 2 dan menuju tempat pelaksanaan akad nikah yang berada di lantai dasar. Gue tatap orang-orang yang memenuhi ruangan tersebut. Gue gugup. Yang ada difikiran gue adalah Nisa. Lalu...

"Rahman! Mau kemana!" Seru orang-orang memanggil gue, bahkan ada yang mengejar gue. Tapi gue terus berlari dan bergegas menyalakan sepeda motor gue, lalu pergi ke rumah sakit dimana Nisa berada.

Disepanjang perjalanan, gue lihat banyak orang yang mengikuti gue dari belakang. Tapi gue terus tambah kecepatan motor gue sampai gue tiba di tempat tujuan.

Gue berlari sambil mengenakan jas hitam seperti pengantin yang melarikan diri, dan kenyataannya seperti itu. Gue menuju ruangan yang telah diberitahu Adit sebelumnya. Gue lihat Nisa di salah satu ruangan yang penuh dengan kaca. Tubuhnya dipenuhi dengan selang dan terhubung dengan alat. Tak terasa air mata gue jatuh membasahi pipi gue. Gue gatega liat dia kayak gitu. Gue memberanikan diri buat masuk kedalam. Gue memegang erat tangannya, sesekali gue cium punggung tangannya. Aroma rumah sakit membuat gue pengen muntah. Tapi, setelah melihat wajah Nisa yang perlahan membuka matanya, gue mengurungkan niat gue.

"Nisa, kamu udah sadar?" Ujar gue sambil memegang erat tangannya. Nisa hanya mengangguk pelan.

"Se..se..ben..ar..nya... ci...cin..ta.. aa...ku.. ke..ka..mu... u..u...dah ng...nggak.. di..u...jung.. ha..ti.. la..lag..lagi.." ujarnya dengan nada terbata-bata.

"Aku tahu itu, Nis. Aku sayang kamu. Aku bakal selalu ada buat kamu, selamanya" ujar gue sambil mengelus rambutnya. Setelah itu, rambutnya penuh di genggaman tangan gue.

"Ja..jang...an.. se..sed..di... aa..aku... b..ba...kal... ba..ik... a..aja... d...di.. s..sa..na.."

Gue tersenyum kecil, "Nisa ngomong apa sih? Istirahat aja, ya? Jangan ngomong lagi. Nisa bakal sembuh, dan aku bakal selalu support Nisa. Aku janji, aku gaakan bohong lagi sama Nisa"

Gue menengok ke arah kaca. Ada papa dan mama gue yang menangis melihat gue dengan Nisa. Mama gue mengangguk dan tersenyum melihat gue. Gue balas dengan senyuman lagi..

---

Author

"Saya terima nikahnya, Anisa Anarahma Binti Yudi Alamsyah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah"

Akhirnya, Rahman dan Nisa menikah walaupun didalam ruangan rumah sakit. Nisa memakai pakaian rumah sakit, dengan wajahnya yang pucat, dan rambut yang menipis. Sedangkan Rahman yang masih mengenakan kemeja hitam dilengkapi dengan dasi.

Nisa mencium punggung tangan Rahman, dan Rahman mencium kening Nisa. Mereka telah sah menjadi sepasang suami-istri saat itu. Senyuman mereka sangat indah dan menghiasi ruangan saat itu.

"Sekarang, gaakan ada lagi kebohongan yang Rahman buat. Rahman udah buktiin kan ke Nisa kalau Rahman sayang Nisa dan nikahin Nisa?" Ujar Rahman. Nisa hanya tersenyum kecil. Rahman dengan gemasnya mencubit pipi istrinya tersebut. Suasananya menjadi sangat romantis kala itu.

Tapi, tiba-tiba...

"Denyut jantungnya menurun!" Sahut papanya Nisa, yang juga seorang dokter. Rahman berlari dan memanggil dokter disana. Sedangkan papanya Nisa segera memberi bantuan kepada putrinya tersebut. Sekuat tenaga, ia memberikan nafas buatan dan pijatan jantung untuk putrinya.

Tiba-tiba, seorang dokter datang dan langsung menangani Nisa dengan cepat. Sedangkan seluruh orang termasuk Rahman keluar dari ruangan tersebut dan melihat Nisa dari kaca. Rahman sangat berharap cemas dengan keadaan Nisa. Tapi semuanya sia-sia...

Rahman Apriliam

"Apa ini karma buat gue? Apa ini hukuman buat gue? Apakah ini salah gue? Karna dulu udah sia-siakan cintanya Nisa?" Ujar gue dalam hati

"Cinta Nisa ke Rahman emang udah di ujung hatinya, tapi dia berusaha buat memperbaiki semuanya dengan cara dia mengingat masalalu dia dengan kamu, dimana dia mulai sayang sama kamu sampai akhir hayatnya. Kamu yang sabar, Man. Kebahagiaan Rahman, kebahagiaan buat putri tante juga" ujar mamanya Nisa. Gue hanya bisa tersenyum menatap wajahnya

"Terimakasih ya, tante. Udah melahirkan bidadari nyata buat aku. Dia yang udah menyadarkan aku didalam mimpi buruk aku"

Mamanya Nisa hanya tersenyum sambil menepuk pundak gue. Gue tatap tempat peristirahatan terakhirnya.

Anisa Anarahma binti Yudi Alamsyah
28 April 1999 - 12 Februari 2022

"Yang bahagia disana. Rahman bakal baik-baik aja disini. Rahman gaakan janji sama Nisa, tapi Rahman bakal buktiin ke Nisa kalau sebagian hati Rahman buat Nisa bakal Rahman jaga terus. Sampai kapanpun. Rahman gaakan taruh cinta Rahman buat Nisa diujung hati ini, kok"

Tamat





Haii! Thanks for reading! Ini cerita abstrud gue yg akhirnya finish juga! Cerita ini gue tulis sesuai dengan inspirasi di otak gue yang suka galau dan baper terus😂 please like and comment yaa❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Diujung HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang