Mentari tersenyum lebar menyinari ribuan pohon, hari yang cerah namun tak secerah kehidupannya hari ini. Entah mengapa pagi ini membuat wanita remaja itu suntuk akan dunia, bukan karena pr menumpuk belum terselesaikan bukan pula tak diberi uang jajan. Disepanjang perjalanan menuju ke sekolah sambil mengendarai motor hanya angin yang membisik kuat, takada nyanyian dari bibir wanita berkulit sawo matang itu yang beriringan dengan kuat nya arus angin pergi. Senyap hingga tibalah wanita itu di parkiran motor.
"Pagi ghea..!" sapa widra sambil melambaikan tangan dari sudut parkiran yang kebetulan bersamaan tiba disekolah.
Hanya senyuman kecil yang menyapa dibibir ghea untuk mengembalikan sapaan widra.
Widra yang melihat senyuman itu pun tergerak untuk menghampirinya lebih dekat."Hey, whatsapp bro ? Any problem ? You can talk with me anything !" kata Widra sambil merangkul pundak Ghea.
"Takada apa-apa kok" ucap Ghea dengan volume nada rendah.
"Mm.." sambil tersenyum lebar, di dalam hati, sepertinya Widra mengerti suasana seperti ini.
Berjalanlah mereka berdua iring-iringan menuju kelas tanpa melepas rangkulan hangat tangan kecilnya Widra. Dan tibalah Widra didepan pintu kelasnya sehingga lepaslah rangkulan sahabat tercinta dari pundak Ghea. Ghea yang masih diam tanpa kata melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya. Mereka berdua memang bukan satu kelas, namun kapanpun dan dimanapun mereka selalu berdua, make a story untuk menjadi cerita hidup mereka berdua hingga kelak mereka akan berpisah oleh maut. Dua sahabat ini memang berbeda dari teman-teman yang lain. Sebabnya mereka berdua terkenal karna slalu aktif di kegiatan keislaman dan sebagai pendukungnya mereka selalu berpakaian sesuai dengan syariat islam. Namun lumayan Berbeda dengan teman-teman yang lain yang hanya menggunakan kerudung ala kadarnya saja
Back to Ghea. Dikelas Ghea masih tetap diam tanpa isyarat dengan muka sedikit 4L (Lesu,Letih,Loyo,Lemas). Tak biasanya Ghea diam seperti ini.
"Hey, kesambet apa Ghea ? Kok tumben diem aja dari tadi. Biasanya kamu paling bising dikelas buat nyeramahin orang-orang" kata Miftah teman sebangku Ghea yang lumayan pendiam juga dikelas.
"Entahlah, rasanya gak mood mau sekolah hari ini Mif," jawabnya lirih dan menidurkan kembali kepalanya di atas meja.
Pelajaran pun berlangsung, soal pun diberikan oleh guru mtk yang terkenal dengan banyak tugas. Saat mengerjakan tugas, Ghea mengalami kesulitan dalam soal mtk. Karena pelajaran mtk adalah pelajaran yang dibencinya sejak masuk SMA karena pelajaran nya ribet. Yah namanya jugak udah SMA pastinya lebih sulit daripada ngitung satu tambah dua.
"Fenia, ini jawabannya segini ? Kok aku gak dapat ya?" tanya Ghea kepada Fenia yang duduk di depan Ghea.
"Cari dulu determinannya" jawab Fenia cuek yang masih sibuk mengerjakan tugas
Tak lama dari itu, Ghea terus bertanya disetiap soal. Hingga pada soal ke 8, Fenia tak lagi menghiraukan pertanyaan Ghea.
"Fen, ini gimana ya ?" tanya Ghea. Namun Fenia tak menghiraukannya, sedangkan teman yang lain bertanya kepadanya dihiraukannya. Maka timbullah benih pemikiran negatif di dalam otak Ghea tentang Fenia.
Fenia merupakan siswa terpintar dikelasnya yang selalu mendapat predikat pertama dikelasnya. Fenia orang yang ceria dan selalu menjadi pujian dari teman-teman dan guru. Jadi tak jarang Fenia kadang merasa besar kepala dan Fenia sebenarnya tidak memilih untuk masalah teman. Walaupun besar kepalanya terjadi kadang-kadang, pemikiran Ghea tetap berfikir macam-macam tentang Fenia. Mulai saat itulah menambah kekesalannya terhadap orang.
"Teng..teng..teng !!" suara bel istirahat pun akhirnya bersuara,setelah menunggu sekian lama detak detik jarum jam pun menyapa.
Ghea yang lega dengan suara bel tersebut pun langsung menyandarkan kepalanya diatas meja. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki berparas tampan memakai kopiah hitam memanggil Ghea di depan pintu. Ya !! Itu lelaki yang dikagumi Ghea yang dikenal rajin solat pokoknya alim banget menurut pandangan mata Ghea.