Alleiya - 7

673 33 1
                                    

Pagi ini, Alleiya sudah kembali bekerja. Keadaannya sudah benar-benar pulih. Namun hal itu tak membuat Adi diam tenang. Berbagai pesan ia berikan sebelum Alleiya melangkahkan kaki keluar dari mobil. Mulai dari hati-hati, jangan terlalu memikirkan banyak hal, jangan makan sembarangan, hingga sederet pesan lainnya yang mungkin ia sendiri pun sudah lupa jika telah mengucapkannya tadi.

Tidak hanya itu, Adi bahkan sempat menawarkan diri untuk menjaga Alleiya sepanjang hari ini. Lebih tepatnya, ia ingin mengawasi Alleiya. Sayangnya wanita mandiri itu menolaknya. Ia tidak nyaman jika harus diperlakukan seperti itu, terlebih kepada bos juga teman-teman sekantornya. Hingga ia mengiyakan saja apapun pesan Adi padanya untuk meyakinkan.

Bertolak dari kantor Alleiya, ia tidak menuju kantornya. Malah memutar balik mobil, mengarah ke area pemakaman. Pagi ini ia berniat untuk mengunjungi Bastian.

Kedua kakinya melangkah dengan yakin memasuki area pemakaman. Ia dapat melihat tujuannya sekarang. Gundukan tanah itu masih seperti beberapa bulan yang lalu, kecuali bunganya yang sudah tidak berbentuk.

Adi berhenti tepat di sebelah makam Bastian. Dipandanginya untuk sesaat, seolah melepaskan rindu pada sosok Bastian. Lututnya kemudian ditekuk, satu tangannya memegangi nisan.

"Bagaimana kabarmu?" Sengaja ia mengambil jeda sebelum melanjutkan. "Kau pasti sudah bahagia di sana."

Jemarinya menghapus jejak air mata yang jatuh di pipi. "Maaf untuk semuanya. Untuk apapun itu, abang minta maaf. Dan hari ini abang baru bisa berkunjung, untuk itu maaf juga."

"Aku pernah menuntutmu untuk menjaga Alleiya dengan baik. Bahkan lebih ke mengancammu. Mungkin itu sebabnya kau jadi tidak menjaga dirimu sendiri. Sekarang keadaannya berbalik. Seolah kau sedang nembalaskan dendam untukku." Adi melupakan sebutan abang untuk dirinya.

"Tidak apa. Aku terima semua yang harus aku hadapi saat ini. Tugas yang dulu pernah kau emban untuk beberapa saat, sekarang aku yang akan bertanggung jawab atasnya. Tentang kedua orang tuamu, tentang Alleiya, bahkan calon bayimu, aku akan menjaga semuanya."

"Hei, aku tidak terpaksa melakukan semua ini. Bagiku, semua jadi terasa lebih bermakna. Dan tentang bayimu, kami baru saja melangsungkan tujuh bulanan. Dia anak yang sangat kuat, meski beberapa hari Alleiya sempat drop. Dia benar-benar jagoan, sama seperti dirimu. Ya, dia memang jagoan, kata dokter." Adi terkekeh pelan dalam tangisnya.

"Kami juga sedang memikirkan nama yang baik untuknya. Om dan tante bilang, dia harus membawa namamu. Kau tidak keberatan kan jika dia hanya membawa nama Pamungkas-mu? Sebenarnya tidak apa juga jika dia harus menggunakan nama Bastian. Hanya saja, aku takut om dan tante terlalu mengingat-ingat dirimu dan membuat kesehatan mereka drop lagi. Karena sekarang ini keduanya sudah bangkit dari kesedihannya. Bahkan terlalu bersemangat untuk menyambut kelahiran anakmu."

Adi menghembuskan nafas panjang. "Aku pulang dulu, lain kali aku akan berkunjung lagi. Dan aku akan membawa anakmu juga untuk berkunjung setelah dia lahir nanti. Aku yakin kau pasti menantikannya juga kan?"

Senyum tipis menghias wajah Adi, meyakinkan dirinya untuk melangkah setelah mengamati sesaat nisan Bastian. Apa yang dia sampaikan tadi, membuat beban pikirannya sedikit lebih ringan.

"Kamu dari mana? Nggak kerja?" Renata bingung mendapati anaknya kembali ke rumah. Untuk sesaat mengamati wajah Adi, tidak ada yang beda. Selain sedikit lebih tirus, tidak ada hal lain yang aneh.

"Hari ini mau istirahat saja, bu. Bisa ibu bantu pijat punggungku?"

Renata mengangguk. "Hm, tentu saja."

"Ada apa, bu?" Anton menghampiri mereka.

"Tidak apa-apa, yah." Renata yang menjawab saat ia sudah memulai pijatannya di punggung Adi yang berbaring telungkup di pangkuannya. "Adi sepertinya sedikit lelah. Wajar saja, karena beberapa hari ini dia harus mengurusi Alleiya. Lihat saja tubuhnya yang semakin tidak karuan ini. Seperti tidak punya bini saja! Jadi biarkan dia istirahat untuk hari ini sebelum menjemput Alleiya nanti."

Alleiya (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang