"WOY LIAT PR DONG!!!"
Beni si cucu fir'aun yang terbuang datang-datang membuat heboh, selalu seperti itu jika ada tugas atau pun pekerjaan rumah. Terlepas dari susah atau tidaknya itu tugas dia pasti akan menjadi jajaran pertama siswa yang tidak mengerjakan pr.
"Jar, gue liat catetan lu dong!" Dan dia akan sangat bahagia karna mempunyai teman baik sepertiku.
"Giliran susah ya, dateng ke gua. Kemaren apa kabar gue pinjem duit goceng aja lu ngeles sepuluh ribu alesan."
"Seribu alesan, jar."
"Iya itu maksud gue." Ralatku.
"Udah buruan ah! 5 menit lagi bel nih! Ayo jar cepetan, cepetan fajar!!!!"
"Fajar cepetan ebuset dah! Lu buka resleting tas apa lagi buka resleting celana cewe."
Beni terus saja mengoceh saat tanganku sibuk mencari buku pr. Seakan-akan tanganku bergerak seperti slow motion.
"Fajarrrrrrr" dia berteriak gemas.
"Sumpah gua lupa, ben! Anjir ini gimana??? Beni ini gimana?" Kini giliranku yang berteriak frustasi. Kenapa saat aku sedang bahagia diatas penderitaan beni tapi aku sendiri jatuh kedalam lubang penderitaan beni. Alah apaansih gue.
"Kenapa dah? Cepetan mana buku pr nya?"
"Gua lupa bawa buku pr-nya"
"Astaga, bisa mati berdiri kita, fajar!!!!!"
Ya, bagus sekali fajar, kenapa buku pr saja sampai lupa dibawa????
Selamat datang di dunia yang kejam, dimana guru tidak mengenal kata lupa. Guru tidak pernah salah, begitulah prinsip murid yang sudah pasrah akan kena hukuman.Guru tidak pernah salah, murid mah apa atuh.....
*****
"Kenapa bisa lupa?" Penggaris berukuran satu meter itu meluncur dengan indahnya ke meja yang ada di hadapanku, poor my table.
Aku diam, tidak ingin menjawab pertanyaannya, karena sama aja, jika menjawab, bu lety tetap akan berkata "banyak alasan" atau "kamu ini menjawab mulu, ga sopan."
Tapi kalau tidak menjawab juga pasti kena semprot, misalnya..."Jawab saya, fajar!"
Terus saya harus gimana buuuuuuu....
Apa harus saya nungging sambil bilang wow gitu?
"Saya harus ngomong apa, bu?"
Ya, fajar gumilang ternyata pintas sekali, pertanyaan tolol macam apa itu?!"Untung cuma ada satu murid yang bentukannya kaya gini, kalo ada sepuluh aja, sudah tutup sekolah ini dari dulu."
"Yaelah bu, lebay aja." Celetuk bayu spontan dari mejanya, dia mungkin mengira bu Lety tidak mendengarnya, mungkin jika murid lain yang mengatakannya iya, tapi ini bayu lho, si mulut kaleng rombeng.
"Diam kamu, bayu!" Bayu langsung ciut dan pura-pura membaca buku paket yang ada dihadapannya, parahnya lagi, buku paket itu terbalik. stupid bayu.
"Kamu juga beni, kenapa tidak mengerjakan pr?" Kini bu Lety banting setir, gantian beni yang kena semprot.
"Lupa." Jawabnya spontan.
"Ngapain aja kamu selama seminggu? Memangnya tugas yang saya berikan susah sekali atau kamu memang menyepelekan tugas dari saya? saya yakin kamu jarang mengerjakan pr sampai lupa tugas yang saya berikan, ngapain aja kamu selama dirumah? Main gundu?"
Yah, si ibu ngelucu. Si beni bukan jarang lagi tapi tidak pernah.
"Bukan, bu. Tapi maen bekel."
Good answer, beni!
***
Kami, khusunya aku dan beni berjalan lesu ke arah kantin, inilah efek samping tidak mengerjakan tugas bahasa indonesia. Setelah mengalami masa-masa sulit, alias dapet ceramah satu jam pelajaran, bu Lety 'menjatuhkan hukuman' yang membuatku langsung merasa mual, baca novel setelah itu menceritakan kembali isi novel tersebut.
"Ngga sekalian buat novel aja, bu?" Beni keceplosan menyela omongan orang, aku mendelik kesal.
"Kamu mau?"
"Ngga bu, makasih."
Begitulah kira-kira akhir sebelum kami pasrah menerima 'hukuman' tersebut.
"Itu muka lecek banget, ben." bayu sedari tadi terus saja mengolok kami berdua, sepertinya mulutnya akan sariawan kalau sehari saja tidak menghina orang.
"Diem lu." Beni bersungut-sungut kesal menimpali setiap hinaan bayu.
"Gue bantuin deh." ucap Bayu entah dapat hidayah dari mana.
"Serius lu?" aku dan Beni langsung tersenyum bahagia.
"Mau ga, shan?" lanjutnya lagi.
Hah? Shan? Petashan?
Dan ternyata aku dan Beni salah tanggap, yang dimaksud Bayu menawarkan tolong itu ternyata bukan untuk kita, tapi untuk shania. Shit.
"Eehhh ga usah, bayu. Gue bisa sendiri ko." shania menjawab dengan susah payah dengan bawaan yang ada di tangannya yang sepertinya berat. Ck dasar cewek, kegedean gengsi.
"Yakin?" Bayu masih tetap nge-gas.
"Iya, duluan ya." pamitnya sambil berlalu ke arah meja teman-temannya.
Brukk...
Suara bedebam keras mengalihkan perhatian siswa-siswa dari makanannya ke arah asal suara.
Tipe orang indonesia sekali memang, kalau ada keramaian pasti ikut nimbrung melihat tanpa adanya niat membantu.
Kan, Buat apa gengsi dipelihara kalau ujungnya bakal bikin malu juga.
Shania terjatuh karna salah satu bawaannya tersangkut ke salah satu meja dikantin, yang menyebabkan ia jatuh tersungkur ke depan. Poor jidat shania.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF I STAY
Teen Fictionjika aku tetap bertahan denganmu apakah akan merubah segalanya? aku hanya takut waktulah yang akan merubah segalanya--shania marselia [Masih banyak typo, harap maklum]