CHAPTER 9 : FINAL LEVEL

59 7 0
                                    

“Terima kasih sudah ikut membebaskanku dari game itu, hahahaha!” tawa Alessa.
“Sialan, aku pikir kau sudah mati!” ujar Mizuki geram.
“Penyihir sakti sepertiku takkan mudah mati, Mizuki! Lupakan tubuhmu, aku sudah akan sangat puas jika berhasil membunuhmu dan teman-temanmu! Sekarang, berikan kepadaku Segel Metatron!”
“Takkan pernah, Alessa!”
Tiba-tiba Alessa mengangkat tubuh Ken dengan kemampuan telekinesisnya.
“A ... apa yang akan kau lakukan padanya?”
Alessa mulai menyiksanya dengan kemampuan telekinesisnya lagi. Terdengar raungan kesakitan Ken ketika tubuhnya terasa remuk oleh kekuatan sihir Alessa.
“Jangan siksa dia!” jerit Mizuki.
“Makanya, serahkan segel itu! Cepat!”
“Ja ... jangan Mizuki ...” pinta Ken, “Kita tidak tahu apa yang bisa ia lakukan dengan segel itu ...”
“Tidak!” Mizuki meneguhkan hatinya. Ia tak bisa membahayakan nyawa banyak orang. Entah apa yang terjadi bila benda sesakti itu jatuh ke tangan penyihir jahat seperti Alessa.
“Aku tak akan memberikannya kepadamu!” Mizuki memejamkan matanya agar ia tak melihat penderitaan sepupunya.
“Huh, dasar keras kepala! Baiklah kalau begitu!” Alessa menjatuhkan tubuh Ken ke bawah.
“Guk guk ...” terdengar suara seekor anjing mendekati Mizuki. Ternyata itu adalah seekor anak anjing kecil yang terlantar.
“Kalau begitu akan kubunuh saja dia!”
Alessa mengangkat tubuh anak anjing itu.
“Kaing?”
“Apa? Dasar biadab! Jangan sakiti hewan tak berdosa itu!” jerit Mizuki, “Oke ... oke ... akan kuberikan segel itu, namun lepaskan dulu binatang malang itu!”
“Hah, apa?” seru Ken yang masih terbaring tak berdaya di tanah.
Alessa segera meletakkan kembali anak anjing itu.
“Ayo ke sini ... berikan segel itu ...” Alessa mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
Mizuki mendekat dan mencoba bernegosiasi.
“Kenapa Alessa ... kenapa kau harus berbuat jahat? Kita memiliki kekuatan yang sama ... kau tak harus memilih jalan seperti ini ...”
“Mereka ... mereka terus menyiksaku ... hanya karena aku berbeda ... hanya karena ayahku seorang gaijin ....” seru Alessa penuh kemurkaan, “Itu semua salah mereka!”
“Aku mengerti penderitaanmu, Alessa, sungguh! Namun kau harus bisa melupakan semua dendam itu! Aku tahu kau bisa berubah, Alessa! Aku mau menjadi temanmu ...”
“Benarkah?” mata Alessa menjadi berkaca-kaca, “Kau mau menjadi temanku?”
“Tentu saja Alessa, asalkan kau mau berubah menjadi baik.”
“Aku menyesal ... selama ini aku salah, tak semua manusia jahat,” ujar Alessa sambil menitikkan air mata haru, “Ternyata ... ternyata kau berbeda ....”
Mizuki tersenyum sambil menerima uluran tangan Alessa, “Syukurlah Alessa kau mau berubah ...”
“JUST KIDDING! HAHAHAHA!!!”, tiba-tiba tangan Alessa langsung mencekik leher Mizuki dan dia kembali tertawa dengan jahat.
“AH SIAL!” maki Mizuki, “Kalau begitu, kembalilah ke alammu!”
Mizuki segera memutar segel itu dan menempelkannya ke tubuh Alessa.
Pusaran angin tiba-tiba menjebak tubuh Alessa.
“Apa? Apa yang kau lakukan?” jerit Alessa tak berdaya.
“Segel ini bisa mengeluarkan kami dari permainan ... dan aku sangat yakin segel ini juga bisa mengirimmu kembali ke permainan itu!”
“TIDAK! TIDAAAAAAAK!!!” jerit Alessa ketika tubuhnya mulai tertelan pusaran angin itu dan menghilang.
“Nikmatilah permainan itu selamanya!”
Tubuh Alessa akhirnya benar-benar lenyap. Kabut pun mulai menghilang, menampakkan warna-warni kota Silent Hill kembali.
Mizuki membanting segel itu ke tanah dan menghancurkannya. Kini tak ada lagi yang bisa masuk ataupun keluar dari permainan Silent Hill. Tak ada.
“Syukurlah semua sudah berakhir.” Tante Maruko yang kembali ke wujudnya yang semula berhasil melepaskan diri dari jaring, begitu pula Soichi dan Reina.
Maruko segera memeluk anaknya, “Wow, kau hebat sekali Ken! Mama tadi melihat kau sudah mencapai level 30 di Bake Cupcakes! Banyak sekali hadiah koin dan berlian yang bisa Mama pakai. Mulai sekarang Mama akan merestuimu menjadi gamer sejati asal kau mau membantu Mama mencapai level 60!”
“IDIH MAMA! GAME YANG KUINGINKAN BUKAN GAME SEMACAM ITU!!!”
***
 
Alessa bersembunyi begitu mendengar seretan pedang dari Pyramid Head. Setelah situasi aman, ia melanjutkan pekerjaannya menjahit tubuh ayahnya yang telah dibelah oleh monster itu menjadi satu kembali.
“Hampir selesai, Ayah.” ucap Alessa kepada Richard. “Segera, tubuhmu akan menjadi utuh kembali.”
“Eeeemmm ... Sayang, sebenarnya Ayah tak ingin protes, tapi sepertinya kau terbalik menjahit tangan kanan dan kiri Ayah.”
“Ayah, pekerjaan ini sangatlah sulit! Aku bahkan belum menempel hidung Ayah. Aku tak tahu hidung Ayah yang mana. Ada banyak di sini ... semuanya hampir sama.”
“Ya sudah, mumpung hidung Ayah baru bisa carikan yang mancung? Oya sepertinya ini juga bukan kaki Ayah. Ayah cukup yakin kaki asli Ayah nggak ada tompelnya.”
Richard pun berdiri menggunakan tubuh barunya.
“Gimana penampilan Ayah? Ganteng nggak?”

 “Gimana penampilan Ayah? Ganteng nggak?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Eeeeh ... eeeeh ...” Alessa bingung untuk berkomentar.
 

GAME OVER

SILENT HILL - DETOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang